Bab 12

9.2K 406 18
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.

1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.

Selamat membaca kesayanganku 🤗

****

Ketika waktu menunjukkan pukul tujuh tepat. Arsha mengantar Yola pulang, pria itu tadi menyempatkan untuk makan malam. Sebenarnya Yola merasa aneh, karena mereka harus sehari penuh hanya untuk membicarakan masalah kontrak penerbitan. Apa semua penulis seperti ini atau hanya dirinya?

Yola memegang helm pemberian Arsha dengan senang. Adiknya tidak akan menerornya lagi. Sekarang ia sudah berada di depan kos. Yola kira Arsha akan langsung pulang, tapi pria itu ikut turun. Meski mereka sering berkomunikasi, Yola selalu canggung. Arsha juga tidak bisa diajak bercanda. Lebih sering mengeluarkan kata perintah dan ambigu yang selalu membuatnya baper.

"Terimakasih, Pak." Yola terlihat begitu cantik di bawah sinar rembulan. Arsha sampai tidak bisa berkata-kata. Ia terpesona.

"Te ves hermosa." Kening Yola berkerut mendengar kata-kata asing yang Arsha katakan.

"Bapak ngomong apa ya?"

"Bukan apa-apa."

Arsha nampak salah tingkah karena telah lancang mengatakan bahwa Yola terlihat cantik. Ia menggunakan bahasa Spanyol. Untung saja Yola tidak mengerti.

Dasar pengecut! Batin Arsha bergejolak. Padahal dulu ayahnya selalu bilang untuk selalu jujur dengan perasaannya sendiri. Tapi Arsha memilih untuk memendamnya, ini cuma masalah waktu.

"Istirahat setelah ini. Jangan begadang, biar kamu bisa update, dan revisi skripsi sama novel kamu." muka Yola jadi suram mendengarnya. Rasanya ia mau tenggelam ke dasar lautan. Kalau begini terus bagaimana ia bisa lulus kuliah dengan cepat. Beban di pundaknya begitu berat.

"Siap, Pak!"

"3 Hari lagi kita bimbingan." Andai saja Yola punya mesin waktu. Ia akan mencoba untuk mengintip apa yang terjadi tiga hari ke depan. Apakah ia masih hidup atau tidak setelah diberi beban yang begitu berat oleh dosen maha tampannya? Untung saja tampan jika tidak. Aish....

"Saya masuk ke dalam dulu, ya, Pak. Bapak hati-hati di jalan. Terimakasih atas semuanya," Yola tersenyum lebar. Walau di dalam hatinya ia ingin menangis karena tugasnya yang begitu banyak.

Arsha menghembus napas, kemudian pergi tanpa membalas ucapan Yola. Semakin kesini ia semakin ingin memiliki Yola. Namun Arsha sadar, ia belum mau merenggut masa depan Yola begitu cepat. Ia ingin gadis itu bisa mencapai impiannya. Agar Yola tidak minder atau insecure berada disisinya. Ia ingin membangun kepercayaan diri gadis itu, dengan caranya. Yola juga pernah berkata pada Prince Charming, jika gadis itu tidak sebanding dengan dosennya. Yang tidak lain adalah dirinya. Padahal Arsha tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Baginya semua orang sama di matanya.

Arsha masuk ke dalam mobil. Ketika ia duduk. Danang mengirimkan pesan di grup Arsha media. Pria itu mengejeknya habis-habisan karena membawa Yola ke kantor pada hari libur bukan jam kerja. Satu kantor sudah tahu jika Arsha naksir Yola. Itu semua karena Danang si penyebar gosip. Mentang-mentang udah nikah mulutnya jadi kayak lambe turah ngurusin hidup orang.

DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang