Bab 10

10.6K 393 27
                                    


Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Komen disetiap part-nya.. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin 🤣🤣

Follow juga Instagram aku @wgulla_ agar dapet info dari cerita ini

****

Yola duduk di kursi kemudi samping Arsha. Dosennya itu nampak tenang melajukan mobil. Yola diam-diam mencuri pandang melihat cara menyetir Arsha yang nampak menawan. Kenapa pria itu selalu bisa membuatnya terpesona? Ia juga masih tidak menyangka Arsha akan membawa mobil hanya karena omongan mbak kosnya. Apa tujuan pria itu?

"Kamu kenapa melirik saya dari tadi?" Ternyata Arsha itu super peka sehingga sadar setiap gerakan Yola.

"Maaf pak hehehe." Tepat saat itu juga suara ponsel Yola berdering. Ia bernapas lega untuk tidak berurusan dengan sang dosen lebih jauh.

"Saya angkat telpon dulu pak."

Yola mengerutkan kening melihat nama yang tertera di ponsel. Ia bosan jika nomer ini memanggilnya lagi. Pasti hanya akan meminta sesuatu darinya. Yola dengan malas mengangkat panggilan videonya. Muncul wajah cowok di layar ponselnya.

"Apalagi, Res?" tanya Yola sewot. Arsha nampak kepo memperhatikan orang yang menghubungi Yola. Tangannya tanpa sadar terkepal.

"Beliin gue helm baru. Yang kemarin hilang."

"Minta mama sana." ujar Yola kesal.

"Nggak bakal dikasih." balas Ares tidak mau kalah.

"Kamu kira aku bakal kasih!" Belum sempat Ares menjawab. Arsha lebih dahulu merebut ponselnya dan mematikan panggilan sepihak. Mata Yola melotot dengan perlakuan Arsha.

"Siapa?" Tanya Arsha dengan nada cemburu. Bolehkan Yola menyebutkannya begitu?

"Adik saya pak." tatapan Arsha yang tadi tajam dan menakutkan hilang seketika. Dalam hati Arsha bernapas lega. Ia tidak mau memiliki saingan lagi.

"Oh."

"Iya pak." Kemudian Arsha mengembalikan ponsel Yola. Pria itu fokus kembali ke depan melajukan mobilnya. Dalam hati ia tersenyum senang. Sedangkan Yola bertanya-tanya dengan maksud pria itu?

Lima menit kemudian mereka sampai di kantor Arsha. Meski hari libur ada beberapa orang yang masih berada disini. Kantor ini bukan hanya sekedar tempat bekerja tapi juga nongkrong. Arsha mendesainnya lebih santai. Bahkan di lantai paling atas dibuat taman yang menyejukkan.

"Turun." Perintah Arsha. Pria itu keluar dari mobil. Yola yang baru saja ingin membuka pintu mobil. Arsha lebih dulu membukakannya. Ia merasa seperti seorang Putri.

Kemudian Yola mengikuti Arsha dari belakang. Wajahnya tak lepas melihat sekeliling dengan takjub. Design kantor ini begitu indah. Ada beberapa gambar menara Eiffel di dinding. Sepertinya Arsha sangat menyukai seni.

"Kamu tunggu sebentar di ruangan saya." Arsha menunjukkan sebuah ruangan agar Yola masuk kesana.

Arsha bergegas pergi meninggalkan Yola. Ketika Yola masuk ke dalam ruangan. Ia dikejutkan dengan beberapa bingkai foto yang terpasang di dinding. Foto-foto Arsha diberbagai negara. Bukan hanya itu ada foto Arsha bersama anak-anak kecil sedang membersihkan kamar mandi masjid atau mengajar di TPA. Yola tersenyum melihat itu ternyata Arsha memiliki jiwa kepedulian yang tinggi. Ia jadi penasaran bagaimana Arsha mengajar di TPA dengan anak-anak kecil. Kalau jadi dosen saja bikin mahasiswa ketakutan apa berbeda dengan anak-anak.

Hingga satu foto menarik perhatian Yola. Foto seorang wanita dan pria paruh baya. Sang pria menggunakan seragam dan wanita gamis nampak cantik dan anggun. Pasti itu orang tua Arsha. Pantas saja Arsha bisa sehebat ini ternyata memiliki orangtua yang hebat juga. Foto-foto itu nampak tidak asing bagi Yola. Ia seperti pernah melihatnya.

"Mereka ayah ibu bos." Tunjung tiba-tiba berdiri dibelakang Yola membuat gadis itu terkejut.

"Eh iya kak."

"Tapi mereka sudah meninggal dunia. Sekitar 9 tahun yang lalu." ujar Tunjung dengan nada penuh kesedihan.

Deg!

Tiba-tiba Yola jadi sedih. Ia kira orang tua Arsha masih ada. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hati Arsha sekarang. Ia saja yang ditinggalkan ayahnya pergi sedih apalagi Arsha dua orang sekaligus.

"Umur Bos itu jauh sekali dengan orangtuanya sekitar beda 40 tahun lebih. Kalau kamu tahu kenapa Arsha sekolah Akselerasi karena ia ingin ayah ibunya melihatnya tumbuh dewasa dengan cepat sebelum mereka pergi dari dunia karena umur." Entah kenapa Yola menangis. Ia jadi membayangkan Arsha kecil yang harus mati-matian belajar demi orangtuanya. Pasti Arsha sangat mencintai kedua orangtuanya. Hingga berbakti dengan cara seperti itu.

"Lucu sekali dulu ketika tahu Bos masih berumur 14 atau 15 tahun sudah kuliah. Saya sampai takjub. Karena saya kira dulu kita seumuran apalagi Bos itu pinter sekali. Saya merasa di kalahkan oleh anak bau kencur." Tunjung mengingat masa-masa kuliahnya bersama Arsha. Lagi-lagi Yola dibuat takjub dengan perkataan Tunjung. Jika ia masih SMP, Arsha sudah kuliah. Luar biasa sekali.

(Nb. Aku ambil contoh dari anak UGM yang berusia 14 tahun)

Belum sempat Yola menanyakan hal lebih lanjut Arsha datang dengan sebuah helm. Kening Yola berkerut untuk apa helm itu? Namun tangan Arsha tiba-tiba menghapus air matanya yang tidak sadari terjatuh.

"Apa yang membuatmu menangis? Jangan bilang Sri melakukan macam-macam padamu?" Arsha menatap Tunjung galak. Sedangkan Tunjung kesal lagi-lagi ia dipanggil Sri. Andai saja Arsha bukan bosnya sudah ia cekik sampai meninggal.

"Sri?" panggil Arsha tanpa dosa. Ia mengabaikan raut wajah Tunjung yang tak suka karena di panggil Sri Arsha sudah terbiasa manggil a Tunjung dengan sebutan Sri. Sudah melekat di mulutnya.

"Tunjung yang bener." Tunjung mengoreksi panggilan Yola. Ia tidak ingin Yola memanggilnya Sri.

"Kak Tunjung nggak ngapa-ngapain kok Pak." ucap Yola membela Tunjung.

"Keluar kamu Sri." Usir Arsha galak. Tunjung menurut sambil menggerutu.

"Ini buat adik kamu." Arsha menyerahkan sebuah helm pada Yola.

"Buat adik saya pak." tanya Yola.

"Kebetulan itu sudah tidak pakai lagi."

"Memang ini punya siapa pak?"

"Keponakan saya. Sekarang dia sudah di langit jadi tidak memperlakukan itu lagi."

"Innalillahi wa Inna ilaihi Raji'un.." Yola langsung sedih. Kasihan sekali Arsha ditinggal saudaranya juga. Pasti Arsha sangat kesepian. Tidak punya siapa-siapa lagi.

"Bukan mati Yola, maksud saya jadi pilot." Arsha memang suka berbicara dengan kata pengandaian. Hingga membuat orang-orang disekelilingnya suka bingung menerjemahkan bahasanya.

"Maaf pak."

"Makasih pak atas segalanya." Yola senang karena ia tidak perlu repot memikirkan Ares yang menangis merengek meminta helm. Ia yakin adiknya itu menghilangkan helm lagi.

"Lebih baik kita bahas yang lain. Tadi Sri Sudah mencetak surat perjanjian kita. Kamu sudah setuju bukan dengan apa yang tertulis." Kemarin Arsha telah memberikan soft file-nya.

"Sudah pak."

"Yakin."

"Tidak ada yang mau kamu tambahkan?"

"Tidak pak."

"Berarti kita sudah sah ya." Ujar Arsha membuat Yola malu karena bahasanya yang ambigu. Sah yang Yola pikirkan pasti berbeda dengan apa yang Arsha mau. Kenapa sih dosennya mudah sekali membuatnya BAPER.

Tuhan. Tolong katakan pada Yola bagaimana caranya untuk tidak baper lagi.

****

Gimana part ini?

Sebelum Next Vote dulu ya ♥️

Lapak Wajib Bar-bar

SPAM ♥️

SPAM 🔥

SPAM "AKU SUKA ARSHAKA" Buat yg mau tau kelanjutannya



DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang