Bab 23

7.9K 331 18
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.

1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.

***

***

Ketika sampai di kantor, mereka langsung pergi menuju rooftop. Bimbingan mereka di tunda sebentar. Sebenarnya anak bimbinganya bukan hanya Yola, tapi hanya Yola saja yang ia perlakukan seperti. Arsha tahu ia salah menggunakan skripsi untuk mendekati gadis itu. Tapi, ia tidak punya pilihan lain.

Arsha mendesah melihat Yola berlari-lari kecil, menghampiri sepasang burung merpati putih yang sedang makan. Apakah burung merpati lebih menarik dari pada dirinya? Dengan malas ia ikut duduk di sebelah Yola.

“Nama burungnya siapa Pak?” tanya Yola gemas. Ia mengelus burung tersebut.

“No Name.”

“Kok gitu Pak. Kasihan burungnya nggak dikasih nama.” Otak Arsha berusaha untuk tidak mencerna makna burung yang lain. Astaga! Kenapa otaknya jadi kotor begini?

“Kamu mau kasih mereka nama?”

“Memangnya boleh Pak?”

“Tentu saja boleh.” Arsha penasaran Yola akan memberi nama apa pada burungnya.

“Gimana kalau namanya Shaka sama Lala?” Perkataan Yola membuat Arsha diam sejenak. Apa Yola menggunakan nama kecil mereka untuk menamai sepasang burungnya? Shaka adalah Arshaka sedangkan Lala adalah Yola. Arsha tersenyum memikirkan itu. Romantis juga gadis ini.

“Oke.”

“Jadi yang jantan namanya Shaka. Kalau yang betina Lala.”

“Kalau nanti punya anak maunya namanya siapa?” Yola mengalihkan pandangannya ke Arsha. Ia jadi bingung mau mengatakan apa, perkataan Arsha terasa ambigu untuknya. Apalagi di tatap tajam Arsha s membuatnya kelu.

“Anak siapa Pak? Anak burung atau....” Ingin sekali Yola berkata anak mereka. Tapi ia sadar diri untuk tidak mengatakan hal bodoh itu. Kenapa ia malah berpikir sejauh itu? Mereka kan sedang membicarakan burung bukan masa depan mereka.

“Anak burung kita.” Entah kenapa kalimat terakhir Arsha malah membuat Yola malu. Pria itu seolah-olah berkata jika merekalah pemilik dari burung tersebut. Kata “kita” memang selalu bisa bikin baper.

“Belum tau Pak.” Jawab Yola salah tingkah. Apa Arsha mengajaknya untuk merawat burung ini bersama.

Tiba-tiba rintik hujan turun membasahi tubuh mereka. Yola yang baru saja bangkit, ingin melangkah mencari tempat perlindungan. Tubuhnya ditarik oleh Arsha. Pria itu memeluknya. Lalu menyembunyikan tubuhnya di dalam jaket yang dikenakan.

Deg!

Jantung Yola berdegup kencang. Nafasnya memburu disaat tak ada lagi jarak diantara mereka. Tubuhnya terasa kaku tidak bergerak di dalam rengkuhan Arsha. Kenapa dosennya ini selalu bisa membuatnya baper begini? Jika Arsha bisa memeluknya kenapa ia tidak? Entah datang keberanian darimana Yola melingkarkan tangannya di pinggang pria itu. Dalam hati ia berharap Arsha tidak marah. Sekali ini saja Yola ingin mencoba mendekati Arsha.

“Ikuti langkah saya,” bisik Arsha sambil balas memeluk tubuh Yola. Jujur ia sedikit terkejut ketika merasakan tangan mungil Yola melingkar di pinggangnya. Apa ini tandanya Yola mau menerimanya? Kadang ia bingung dengan Yola. Gadis itu pernah mengatakan jika mencintainya tapi kenapa menolak lamarannya kemarin.

DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang