Bab 24

11K 301 16
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.

1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.

***
"I Love you, Yolanda Aufarina," ucap Arsha kemudian pria itu mencium kening Yola dalam dan penuh cinta.

Yola terkejut ketika mendengar pengakuan Arsha. Bahkan disaat bibir pria itu mengecup keningnya. Ia hanya diam, rasanya seperti mimpi. Ia takut jika semua ini bukan kenyataan. Apakah ia sedang berkhayal?

"Bapak serius?" Yola menyuarakan isi hatinya tanpa sadar.

Arsha tersenyum kecil, lalu menangkup wajah Yola dengan kedua tangannya. Ia mengelus pipi gadis itu lembut. Arsha menunduk menempelkan keningnya dengan kening gadis itu.

"Apa kamu kira semua ini hanya candaan?" Yola diam, tubuhnya terasa kaku dan kakinya lemas. Rasanya Yola mau pingsan.

"Bahkan disaat saya melamar kamu kemarin itu bukan candaan."

"Maksud Bapak?" tanya Yola bingung. Apa hubungannya dengan lamaran kemarin?

"Lamaran kemarin bukan candaan, saya serius," lalu Arsha mengambil kotak beludru di kantongnya.

Disaat ia selesai menangis di kamar. Arsha mencari cincin itu lagi di mobil. Ia ingin membuktikan pada Yola bahwa ia memesan cincin ini bukan untuk skenario penyelamatan Yola dari fitnah tapi untuk menikahinya.

Yola terkejut ketika melihat cincin yang kemarin sempat melingkar di jemarinya. Arsha kembali memakaikan cincin tersebut. Jari Yola terasa kaku.

"Saya membeli ini khusus untuk melamar kamu. Lihat cincin ini asli dan mahal, tidak mungkin bukan saya rela mengeluarkan uang milyaran hanya untuk main-main." Yola yang tadinya serius mendengar perkataan Arsha, jadi tertawa kecil. Pria itu masih saja bisa sombong disaat seperti ini.

"Saya serius Yola. Saya ingin me-" belum sempat Arsha menyelesaikan kalimatnya. Yola menarik leher Arsha lalu gadis itu mencium bibir Arsha. Sontak saja hal itu membuat Arsha kaku. Untungnya Yola langsung melepas ciuman itu. Gadis itu membenamkan wajahnya ke dada Arsha. Tangannya melingkar erat di pinggang pria itu.

"I Love you too, Mas Arsha." Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Yola membuat hati Arsha berbunga-bunga. Ia balas memeluk erat gadis itu.

Tiba-tiba suara perut Yola berbunyi membuat kedua orang itu salah tingkah khususnya Yola. Arsha tertawa kecil.

"Kamu lapar?"

"Em-" Yola bingung mau menjawab apa. Tadi ketika ia mau memesan makanan online. Arsha menelponnya dan menyuruhnya untuk bimbingan bagaimana ia bisa makan siang. Mana berani ia menolak perintah dosennya.

"Biar saya suruh Tunjung pesankan makanan." Yola mengangguk, ia memilih untuk duduk sedangkan Arsha keluar mencari Tunjung. Karena tidak ingin terus canggung, Yola mencoba mengalihkannya dengan menyalakan laptop membuka folder skripsinya.

Jantungnya masih berdebar. Tadi itu nekat sekali. Kenapa ia bisa mencium bibir Arsha? Yola mengutuk bibirnya yang telah lancang. Terus terang saja bibir pria itu terlalu menggoda dan sayang untuk dilewatkan.

"Kita bimbingan dulu sembari nunggu makanan. Besok saya juga mau ke Australia."

"Besok mas bukannya lusa." Yola mengingat dengan jelas ucapan Arsha ketika menjemputnya di kos.

DOSEN BUCIN - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang