With---7: Bukan Menghormati

66 19 111
                                    

Ternyata cowok yang sekarang masih menghujani Abit dengan tonjokan di mukanya adalah Krisna. Dia tak peduli jika wajah itu sudah penuh lebam. Yang Krisna pikir hanya ketidakterimannya terhadap apa yang dilakukan Abit ke Nadinia dan Angel.

Abit pun berusaha memberontak dan akhirnya dia dapat merobohkan Krisna. Kini, Abit-lah yang berganti memukuli wajah Krisna.

“Kamu lupa siapa aku, Kris?” bentak Abit. Dia masih dengan posisi yang sama.

Perkataan Abit membuat Krisna tersenyum sinis dan mencengkram kedua tangan Abit lantas membanting tubuhnya ke samping. Saat Krisna ingin melanjutkan tonjokannya, tepat tangan itu telah ditahan oleh Rayyan. Meski Krisna memberontak, Rayyan tetap menahannya dan menarik Krisna untuk berdiri.

Siswa yang lain pun mulai berani mendekat ketika Rayyan dan anak OSIS lainnya datang. Untung tadi salah satu adik kelas berani melapor ke ruang OSIS. Rayyan awalnya ingin mengadukan ini langsung ke guru. Namun, para guru pun sedang rapat, jadi dia yang harus turun tangan bersama beberapa anggota Osis yang tadinya mereka lagi beres-beres dokumen untuk persiapan olimpiade nanti.

“Cukup, Krisna! Redam emosimu!” pinta Rayyan membentak. Karena Krisna masih ingin menyerang Abit walau dia sudah babak belur berdiri dipapah siswa lainnya.

Krisna melepas pegangan tangan Rayyan, dia berusaha mengatur napasnya agar dia bisa meredam keinginan itu untuk menyerang Abit lagi. Rayyan masih berdiri di belakang Krisna. Merasa Krisna sudah bisa dipercaya, Rayyan benar-benar melepas pegangan tersebut.

Rayyan sedikit menunduk, setelah menghela napas dia mengedarkan pandangan. Mendadak hati Rayyan sakit melihat keadaan sekitar; teman-temannya tidak bergegas membawa Abit ke UKS bahkan Nadinia pun yang tergeletak tak berdaya malah direkam. Dengan satu hembusan napas berat, Rayyan menatap tegas ke arah depan.

“Teman-teman! Apakah aku juga harus memberi aba-aba untuk mengetuk hati nurani kalian? Ini habis berantem, lho? Bahkan ada yang sakit. Kenapa harus divideoin? Biar viral? Atau memang perasaan iba kalian sudah nggak ada? Kalian telah dewasa, tanpa aku berucap pun pasti tahu apa mesti kalian lakukan,” ucap Rayyan tegas, lancar, dan sekali tarikan napas. Rayyan lalu beralih ke Brama yang masih mendekap Angel yang sedang ketakutan.

“Terima kasih telah menenangkan adikku, Bram. Namun, kamu tahu ‘kan apa yang harus kamu lakukan daripada di situ terus?” tanya Rayyan. Dia tersenyum ke adiknya, mendapat senyuman tersebut. Angel paham, maksud Rayyan adalah untuk mengatakan jika semuanya baik-baik saja. Brama mengerti itu dan dia langsung saja membopong tubuh Angel, membawanya pergi dari kantin. Perihal wolker, nanti dia ambil lagi. Yang penting sekarang Angel yang Brama utamakan.

Beberapa saat usai Rayyan berkata demikian, Krisna pun mencegat dua temannya yang sedang memapah Abit. Mereka berniat untuk ke UKS. Mengetahui hal itu, Rayyan masih mendampingi Krisna karena dia tahu emosinya belum stabil.

“Aku hanya ingin menjawab pertanyaanmu tadi, Abit. Aku nggak lupa siapa kamu. Tidak usah dijelasin juga kepanjangan,” ucap Krisna.

Ucapan Krisna membuat Abit melepas paksa kedua tangannya yang dipapah itu lalu dia berdiri sendiri.

“Jika kamu tidak lupa siapa aku, Kris, seharusnya kamu menghormati aku!” jawab Abit sembari tersenyum sinis.

Mendapat senyuman sinis dari Abit, Krisna membalasnya dengan senyuman sarkas lalu tertawa keras dengan nada mengejek.

“Ini bukan perihal menghormatimu, Abit. Hormat karena kamu berkuasa dan kaya, gitu? Tidak, ini soal menghargai. Apalagi kepada cewek. Itu sudah keterlaluan, Abit!” tegas Krisna.

“Dia yang memulai dahulu dan Nadinia pantas mendapatkan hal itu. Apalagi Angel cewek mu---“

“Kamu mau berhadapan juga sama aku?” tanya Rayyan. Perkataan Abit dipotong oleh Rayyan. Dia menepuk pundak kanan Abit lalu pergi bersama Krisna. “Lanjut, gih! Ke UKS-nya.”

*****

Krisna pun menghampiri Nadinia yang ingin dipapah oleh teman-temannya. Namun, dia lemas dan tanpa bersetujuan sang empunya Krisna segera saja membopong tubuh Nadinia.

“Jangan protes. Aku khawatir sama kamu,” ucap Krisna, usai membopong tubuh Nadinia. Dia sengaja berucap lebih dahulu ketika Nadinia terkejut dengan perlakuannya.

“Maaf tadi membuatmu emosi,” ucap Nadinia pelan. Badannya terasa remuk redam akibat tingkah Abit tadi kepadanya.

“Nggak usah ngomong kamu lagi lemas,” sanggah Krisna sembari berjalan membopong Nadinia menuju UKS.

*****

Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang