Sudah seminggu Angel kembali ke rumah dan dia pun juga telah memulai aktivitas sekolah. Sekarang dia sudah kelas sebelas ranking-nya di kelas pun tetap satu dan berada di atas Brama seperti biasanya. Di sisi lain, Brama seusai berkunjung ke rumah, dia semakin mendekati Angel, Flaya dan orang tuanya.
Namun, malam itu hujan sangat deras. Angel tidak menyangka kiranya Arka dan Wanti akan berdamai sesudah Wanti mengalah ke luar kota terlebih dahulu waktu itu. Ternyata dia salah; mereka ribut kembali. Untung, Flaya berkunjung lagi ke rumah kakek neneknya.
Angel tak kuat. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah Rayyan tanpa sepengetahuan orang tuanya yang lagi berantem. Angel naik taksi usai dia memesan secara online tadi. Sesampai di sana, Rayyan yang sedang berbincang dengan Brama di bangku teras terkejut melihat Angel telah berdiri dengan wolkernya di depan mereka tepat membelakangi taksi yang masih menunggu. Awalnya, Brama ingin menghampiri. Namun, Rayyan melarang akhirnya dia yang mendatangi Angel tanpa membawa payung.
“Kamu kenapa ke sini? Ini hujan, Ngel.” Rayyan pun telah berdiri di depan Angel. “Kamu menangis? Kenapa?”
“Mas Rayyan, mau nggak peluk aku?” pinta Angel.
Tanpa menjawab, Rayyan langsung memegang pundak kanan Angel dan menyingkirkan wolkernya untuk memeluk Angel erat di bawah guyuran air hujan tersebut.
“Kamu kenapa?” tanya Rayyan masih memeluk Angel.
“Aku menginap di sini, ya, Mas?” pinta Angel.
“Untuk?” tanya Rayyan.
“Papa Mama berantem lagi,” jawab Angel semakin menangis di pelukan Rayyan. “Aku nggak kuat.”
“Nggak boleh,” sanggah Rayyan tegas lalu melepas pelukannya. Namun, dia masih menyangga tubuh Angel dengan kedua tangannya.
Mendengar jawaban sang kakak, Angel terkejut. Dia tak menyangka Rayyan menolak permintaannya.
“Kenapa, Mas?” tanya Angel heran.
“Aku nggak mau mengajarimu menjadi seorang pengecut,” jawab Rayyan.
Mendengar hal itu. Brama yang tiba-tiba telah berdiri di samping Rayyan tertegun.
“Mengapa bisa jadi seorang pengecut, Ray? Dia adikmu, Angel butuh kamu,” sanggah Brama. Dia tidak paham dengan pemikiran Rayyan.
Disanggah seperti itu, Rayyan tertawa lalu beralih menatap Brama. Mungkin karena cuaca hujan saat ini juga, suasananya terasa tegang ditambah percakapan mereka bertiga.
“Angel bukan perempuan yang lemah, dia kuat.” Rayyan pun setelah berkata demikian menatap adiknya lagi. “Kamu pulang! Selesaikan masalahmu, kamu bisa.”
Tanpa menunggu jawaban dari Angel. Rayyan sudah membopong lebih dahulu tubuh Angel dan dia membawanya masuk kembali ke dalam taksi begitu pula wolkernya dan meminta sopir untuk memulangkan sang adik kembali ke rumah.
Brama pun pamit pulang setelah itu. Namun, dia sengaja membuntuti taksi Angel sampai rumahnya.
*****
Angel yang tiba di rumah. Setelah taksi itu pergi, dia masih di halaman rumahnya. Angel tidak menggubris Brama berdiri tak jauh darinya bersama motornya. Sesekali tersenyum memperhatikan tingkah Angel.
Brama. Cowok itu, semakin hari tingkahnya membuat Angel bingung. Dia kira, Brama seperti Krisna mendekat untuk menjadi sahabat. Namun, salah, tingkahnya bertolak belakang dengan itu. Melainkan lebih dari hal tersebut. Cinta? Angel tidak tahu, tetapi Brama sering mengungkapkan rasa tidak sukanya jika Angel dekat dengan cowok lain bahkan dia selalu ada untuknya. Keluarga Angel pun dibuat bahagia oleh Brama, tak terkecuali Flaya yang lengket banget dengannya.
Lelah dengan hal itu. Angel masih membiarkan tubuhnya diterpa air hujan, dia lalu membelakangi Brama yang masih memperhatikannya dari jauh.
“Kenapa kamu lakukan ini kepadaku, Bram?” tanya Angel sesekali mengadahkan wajahnya ke atas agar wajah tersebut semakin basah.
Mendengar hal itu, Brama yang awalnya berdiri tak jauh dari sana beranjak menghampiri Angel dan memeluknya dari belakang. Empunya pun terkejut mendapat perlakuan tersebut. Lantas dia berusaha melepas kedua tangan Brama yang melingkar di pinggangnya dengan tangan kanan, sedangkan yang kiri dia gunakan untuk berpegang wolker. Akhirnya, Angel mengalah dia membiarkan Brama memeluknya. Tenaga Angel kalah dengan pelukan Brama saat ini.
“Jawab, Bram! Jangan seperti ini,” ucap Angel lalu menghela napas.
“Aku nggak bisa jawab sekarang, Ngel. Biarkan begini dahulu, jangan berontak lagi, ya,” pinta Brama.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Bersamamu
Ficção Geral"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala d...