With---33: Hasil

32 9 71
                                    

Dua jam berlalu. Bu Kenanga sudah kembali ke rumah sakit, beliau pun juga berganti baju. Kini, Bu Kenanga duduk di atas kursi samping brankar. Angel pun berbaring terdiam dengan tenang di atasnya. Mata itu masih terpejam. Sebenarnya Bu Kenanga khawatir karena Angel belum siuman dari tadi. Namun, Dokter Demian mengatakan hal tersebut wajar sebab tubuh Angel memang berbeda dengan manusia normal. Dia hanya ingin beristirahat sejenak, itu saja.

Di sisi lain, Dokter Demian yang berada di ruangannya. Dia sedang membaca hasil check up Angel yang baru saja diberikan. Dokter Demian terkejut umur Angel saat dia lahir ternyata bukan enam bulan. Namun, kurang dari enam bulan. Bisa diartikan juga hanya lima bulan lebih satu minggu. Tak heran jika kesehatan Angel gampang menurun bahkan anemia kronisnya disebabkan oleh kondisi jantung Angel yang tak bekerja dengan normal ditambah pembentukan sel darah merahnya juga sangat lambat. Dokter Demian pun maklum Angel tidak lemas dan wajahnya pucat karena dia suka makan sayur dan buah sebagai cemilan. Namun, gejala lainnya dia pusing dan mudah lelah saat beraktivitas sedikit. Semua yang ada di tubuh Angel sehat, tetapi fungsinya saja yang berkerja lambat.

“Umur segitu lahir. Wajar saja jika organ dalamnya belum siap. Namun, Angel termasuk kuat dia bisa bertahan sampai sekarang meski depresi pun sudah dideritanya,” gumam Dokter Demian sendiri.

Setelah bergumam demikian, Dokter Demian melanjutkan membaca. Ternyata Angel juga alergi penambah darah berbentuk obat apa pun jenisnya. Pantas saja waktu diperiksa tadi, jantung Angel berdegub lebih kencang dari sebelum dia dikasih obat penambah darah. Untuk tindakan operasi, ternyata ada hubungannya juga dengan otak dan jantungnya. Saraf Angel bagian inti di kakinya, jika dipaksa ditegakkan tidak dengan alami. Dia akan fatal karena organ itu berhubungan langsung ke semua anggota tubuh terutama kedua organ tersebut.

“Hasil dari tindakan operasi sangat merugikan bagi Angel. Apalagi kalau kehilangan fungsi otaknya secara normal. Wong otak normal saja dia depresi apalagi itu,” ucap Dokter Demian lagi.

Beliau pun membaca kembali, dia menemukan fakta unik lagi di diri Angel. Tentang imunnya. Si imun dalam tubuh Angel memang tidak stabil, tetapi meski kekebalannya tipis ia bisa membantu Angel untuk bertahan sampai dia benar-benar tumbang. Biasanya tumbangnya tubuh Angel ketika dia sudah demam atau pingsan. Dokter Demian heran, pertahanan Angel memang benar-benar tangguh.

Akhirnya, selesai membaca. Dokter Demian keluar dari ruangan untuk memeriksa Angel, semoga dia sudah siuman kali ini. Pingsannya Angel sudah lebih dari dua jam. Angel memang sangat butuh istirahat.

Sesampai di ruang rawat Angel, beliau tersenyum. Pasiennya itu sudah sadar dan herannya lagi dia sudah dengan santai menikmati buah jeruk.

“Sudah sadar, kok, nggak panggil saya?” tanya Dokter Demian ke Bu Kenanga.

“Baru mau manggil, Dok. Ngupasin jeruk dahulu,” jawab Bu Kenanga.

“Gimana badanmu, Ngel?” tanya Dokter Demian sambil memeriksa kantong darah Angel.

“Seger, sih, Dok. Namun, pegel di punggung,” balas Angel lalu memasukan potongan jeruk ke mulutnya.

“Wajar, sih, pingsanmu dua jam lebih. Capek banget pasti, ya?” ucap Dokter Demian lalu dia beralih menatap Angel.

“Hah? Dua jam, Dok?” tanya Angel terkejut.

“Iya. Kantong darahmu sampai habis setengah, tuh!”

Mendengar  hal tersebut, Angel mendongak ke atas, melihat kantong itu lalu beralih menatap Dokter Demian dengan cengiran kuda. Mendapatkan balasan seperti itu sang dokter terkekeh dan mengacak rambut Angel.

“Kamu, Ngel. Selalu saja bikin nyaman orang karena tingkahmu yang ceria. Mungkin ini juga yang membuatmu bisa kuat sampai sekarang.”

Ungkapan Dokter Demian membuat Angel tertawa lalu menggeleng. “Dokter salah. Yang membuat saya kuat sampai sekarang bukan itu.”

Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang