With---61: Tak Sanggup

40 15 55
                                    

Akhirnya,  Brama dan Angel selesai mengerjakan makalah meski tinggal kesimpilannya saja. Kini, mereka sudah tiba di rumah Angel. Namun, Angel terkejut ketika dia mendapati bendera kuning bertengger di sana. Sudah berdiri dengan wolkernya, dia langsung saja melangkah masuk rumah. Sesampai di ruang tamu, dia mendapati dua manusia yang berbaring bersebelahan dengan seluruh tubuh sampai muka ditutupi kain putih. Lantunan surat Yasin pun menggema di ruangan tersebut, semua orang juga membacanya tanpa memedulikan Brama dan Angel yang berdiri tak jauh dari mereka.

“Itu Kakek dan Nenekmu ‘kan, Ly?” tanya Brama kaget.

Angel tidak menjawab, dia malah berbalik badan menuju mobilnya Brama. Tingkah itu membuat Brama menyusulnya. Kini, dia berdiri di samping Angel yang sesekali memegang dadanya. Entahlah rasa sakit di hatinya Angel datang kembali. Mengerti akan hal tersebut, Brama berinisiatif mengelus punggung Angel lembut. Brama sudah mengetahui tentang hubungan Angel bersama kakek dan neneknya orang tua dari Arka tersebut. Angel merasakan sakit yang berlapis perihal keluarga. Brama memahaminya dari cerita Nadinia saat dia masih berpacaran dengannya. Nadinia sering kali memergoki Angel menangis dalam senyumnya ketika dia merespons kata-kata yang tidak pantas dari kakek dan neneknya kepadanya.

“Maafkan mereka, ya? Mereka sudah tiada, biar mereka tenang, Ly,” kata Brama sesudah mengelus punggung Angel.

“Bukan itu, Bram, yang membuatku tak sanggup,” jawab Angel. Dia mulai terisak. Angel pun tahu jika Brama sudah mengetahui semuanya akan hal itu dari Nadinia.

“Lalu?” tanya Brama.

“Antarkan aku ke rumahnya Nadinia, Bram, aku nggak sanggup di sini,” pinta Angel.

“Tapi ini nggak sopan, Ly, kamu harus ke sana dulu menemui mereka untuk yang terakhir kalinya,” sanggah Brama.

“Aku nggak sanggup, Bram. Bawa aku pergi dari sini dulu,” ucap Angel.

Ucapan Angel membuat Brama tidak ada pilihan, dia mengiakan saja dan membantu Angel masuk ke dalam mobilnya tak lupa wolker itu dia juga masukkan ke dalam bagasi mobil. Di dalam mobil, Angel menangis. Kondisi itu membuat Brama berinisiatif memeluk tubuh Angel. Dalam pelukan tersebut, Angel semakin menangis.

“Ly, aku nggak tahu sesakit apa hatimu. Jangan ragu untuk berbagi denganku, ya?” pinta Brama. Dia sesekali mengecup lembut kepala Angel dan menghapus matanya sendiri yang sudah berair, situasi ini mendadak membuat Brama terbawa suasana. Menjadi Angel memang sulit, tetapi dia harus tetap menjalani.

“Jangan, Bram. Ini saja sudah cukup,” lirih Angel yang masih menangis dalam pelukan Brama.

Brama mengiakan, dia hanya memperdalam pelukannya. Berhatap rasa sakit di hatinya Angel segera mereda.

******

Tiba di rumah Nadinia, Angel juga mendapati Saras di sana. Nadinia pun bergegas menghampiri Angel disusul Saras juga untuk membantu sahabatnya itu turun dari mobil. Setelah itu, Angel langsung saja berdiri dengan wolkernya yang sudah diambilkan Brama tadi. Mendapati mata Angel sembab, Nadinia menatap Brama tajam.

“Angel kamu apain, Bram? Dia habis nangis ‘kan?” tanya Nadinia to the point.

“Iya. Angel habis menangis,” jawab Brama.

“Kamu yang membuatnya menang--“

“Bukan, Ndin. Kakek dan Nenek meninggal. Aku butuh kamu. Aku nggak sanggup, Ndin,” sahut Angel memotong ucapan Nadinia.

Sahutan Angel membuat Nadinia paham. “Aku paham, Ngel. Yok! Ke kamarku, ya, nanti kamu bisa cerita. Aku dan Saras ada untukmu.”

“Aku pamit. Jagain pacarnya Brama, ya?” pinta Brama dengan mengedipkan mata kanannya.

“Apa? Pacar? Serius, kalian pacaran?” tanya Nadinia dan Saras bersamaan sangking kagetnya.

“Menurut kalian?” tanya Brama lalu memeluk Angel sayang. “Kamu di sini dulu, ya. Kalau mau didampingi pulang chat saja.”

“Terima kasih, Bram,” ucap Angel ketika Brama sudah melepas pelukannya.

“Aku pulang,” pamit Brama sembari mengelus pipi kanan Angel.

Dirasa Angel sudah sedikit membaik, Brama melepas sentuhan di pipi Angel. Dia yakin Nadinia dan Saras semakin bisa meredam kesedihan Angel. Akhirnya, dia pun benar-benar pulang.

*****


Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang