Tiba di rumah sakit, Brama langsung di ruangan Dokter Demian. Mereka duduk berhadapan. Brama pun menghela napas setelah menceritakan kejadian di pantai tadi.
“Yang membuat terguncang bukan perihal kakek dan neneknya meninggal, tetapi kejadian di pantai itu, Bram,” ucap Dokter Demian.
“Iya, Dok, saya rasa juga begitu,” jawab Brama.
“Saya boleh minta sesuatu padamu, Bram?” pinta Dokter Demian.
“Apa, Dok? Sekarang saya orang yang dipercaya Angel lebih dari Kak Hans dan Rayyan,” kata Brama.
Dokter Demian hanya mengangguk lalu dia berkata,”Jangan tinggalkan Angel di saat dia belum siap, ya? Apakah permintaan ini berat, Bram?”
Deg!
Jantung Brama berdebar ketika Dokter Demian mengajukan permintaan itu, mendadak air matanya jatuh dan dia langsung saja menghapusnya.
“Saya mencintainya, Dok. Namun, saya—“
Kalimat Brama terpotong sendiri, dia mulai terisak.
“Kenapa, Bram?” tanya Dokter Demian.
“Saya ingin bertemu Angel dahulu, Dok. Nanti kita berbicara lagi, ya?” tawar Brama.
“Baiklah. Angel sudah di ruang rawat,” jawab Dokter Demian, beliau tahu Brama sedang tidak baik-baik saja.
Setelah mendapat izin dari Dokter Demian, Brama langsung saja keluar dari ruangannya.
*****
Tiba di ruang rawat Angel, Brama bergegas menghampiri brankar dan berdiri di samping pacarnya. Manik hitam Angel pun masih tertutup dengan selang oksigen pada hidungnya.
“Ly-ku, Sayang.” Brama pun setelah berkata demikian mengecup punggung tangan Angel dengan lembut. “Maafkan aku.”
*****
🍒 Selesai 🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Bersamamu
Ficțiune generală"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala d...