With---37: Buatmu

35 9 71
                                    

Pagi itu Angel telah siap untuk berangkat ke sekolah. Namun, sebelumnya dia meminum obat terlebih dahulu. Angel pun tak hilang akal, walau dia tidak bisa membawa gelas dari ruang makan, tetapi Angel dibantu menelan obat oleh air dalam botol minumnya yang sengaja dia siapkan di kamar.

Saat Angel meminum obat terakhirnya dari enam obat, dia terkejut dengan datangnya Brama yang tiba-tiba menempelkan sebatang cokelat pada dahinya. Setelah menutup botol dan meletakkan di meja lampu Angel menghadap Brama yang kini telah berganti posisi duduk di sampingnya meski masih menempelkan cokelat itu.

“Bisa nggak ketuk pintu dulu sebelum masuk? Ngagetin saja,” kata Angel kesal.

“Nggak. ‘Kan tidak ditutup pintunya. Nih! Cokelat mau ditempelin terus? Diambil gih! Pegal tahu,” gerutu Brama.

Angel pun jengah lalu mengambil cokelat tersebut.

“Dalam rangka apa, nih, kasih cokelat segala? Ulang tahunku sudah lewat, kali,” ucap Angel.

Brama langsung menepuk jidat heran dengan balasan Angel. Biasanya cewek kalau dikasih cokelat itu merasa senang, sedangkan ini? Datar-datar saja. Dia pun menghela napas, kemudian menatap Angel.

“Karena kamu suka cokelat dan untuk menaikkan mood-mu ‘kan kemarin terkuras banyak,” jawab Brama.

“Tahu dari mana kamu, kalau aku suka cokelat?” tanya Angel.

“Krisna. Kamu benar sahabatan sama dia, Ly?” tanya Brama balik.

“Iya. Memang kenapa?”

“Nggak ada perasaan cinta gitu?”

“Nggak.”

Alhamdulillah.” Brama pun tersenyum mengucap syukur seraya memandang Angel.

“Ngomong-ngomong … terima kasih, ya, Bram,” ucap Angel.

“Sama-sama. Namun, aku punya sesuatu lagi buat kamu,” ucap Brama lalu mengeluarkan setangkai bunga mawar dari balik punggungnya dan diberikan kepada Angel seraya tersenyum. Sambil terkekeh Angel menerima bunga itu, dia tidak menyangka Brama membawakannya lagi.

“Terima kasih. Ih! Masih ada embunnya juga,” ucap Angel sesekali menghirup wangi bunga tersebut.

“Iya, sama-sama. Suka ‘kan?” tanya Brama.

“Banget. Aku letakkan di gelas kaca dulu, ya, Bram. Akhirnya, bungaku yang setangkai doang ada temannya. Oh, ya, cokelatnya juga nanti aku makan, kok. Biar di atas meja dulu.”

Anggukan Brama adalah responsnya, dia pun memandang meja belajar sekaligus rias itu. Di atasnya memang ada beberapa buku dan alat make up. Kamar Angel berukuran sedang, meski terlihat banyak barang. Namun, begitu rapi.

Setelah meletakkan dua benda itu, Angel mengambil kotak kecil yang ada di meja. Dia pun ingim membawanya, tetapi Angel kesulitan. Tahu hal tersebut, Brama langsung menghampiri dan mengambil alih.

“Isinya apa ini, Ly?” tanya Brama menyusul Angel duduk berayun di kasur. Dia pun duduk di sampingnya pula.

“Sini! Ini buat kamu sebenarnya,” ucap Angel lalu mengambil kotak itu dari tangan Brama.

“Apa, sih, Ly? Duh, aku penasaran. Jangan-jangan bom? Jangan aneh-aneh, deh, Ly,” kata Brama terlihat waswas.

Ekspresi Brama membuat Angel tertawa lalu dia menyuruh Brama mengadapnya. Usai saling berhadapan Angel tersenyum memandang Brama, lantas membuka kotak itu dan mengeluarkan liontin huruf A. Angel menggantungkan kalung tersebut di depan Brama.

Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang