Sesampai di kelas, dia langsung duduk pada bangkunya. Namun, tiba-tiba Abit datang dan wajahnya menatap datar Angel. Mengetahui hal tersebut, Angel menghembuskan napas pelan lalu dia menyenderkan tubuhnya di bangku seraya bersedekap.
“Ternyata cewek cacat seperti kamu juga bisa melanggar aturan, ya?” kata Abit sinis.
“Aku juga manusia, kali, Bit. Bisa berbuat kesalahan agar tahu yang benar,” jawab Angel.
“Oh. Jadi begitu, ya?” ucap Abit.
Mendengar ucapan Abit, Angel menghela napas lalu dia beralih duduk menyamping supaya dia berhadapan dengan Abit yang berdiri di depannya.
“Jangan basa-basi, deh, Bit. Kamu mau apa dariku?” tanya Angel. Kini, dia menatap wajah Abit lekat.
Abit yang mendengar hal itu tertawa lalu membalas tatapan Angel dan membungkukkan sedikit badannya agar dapat mengimbangi Angel yang duduk.
“Kamu sekarang berani, ya, Ngel, menatap diriku?” sanggah Abit. Tangan kanannya pun bergerak membelai rambut Angel. “Aku cuma mau satu permintaan darimu.”
Perlakuan Abit membuat Angel merinding. Segera saja dia menepis tangan itu dari rambutnya. Respons Angel membuat sang empunya tangan tertawa sinis.
“Apa Abit? Jangan banyak drama, deh,” sanggah Angel.
Akhirnya, Abit pun menegakkan tubuhnya lantas kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana.
“Aku ingin kamu pergi bersamaku nanti pulang sekolah,” pinta Abit.
“Ke mana? Aku nggak bisa,” balas Angel to the point.
“Oh, begitu, ya? Ada janji sama Brama ‘kan?”
“Dari mana kamu tahu?” tanya Angel kaget.
“Apa, sih, yang nggak aku tahu dari kalian? Hati-hati, Ngel. Brama ada sesuatu denganmu,” ujar Abit.
“Maksudnya?” tanya Angel bingung.
“Nanti kamu juga bakal tahu, Ngel. Aku harap hatimu tangguh.”
“Oke. Terus, kamu mau ajak aku ke mana?” tanya Angel penasaran.
“Berkenalan dengan seseorang. Apakah besok ada waktu habis pulang sekolah?” pinta Abit.
“Sama Mas Ray, boleh?” tawar Angel.
“Nggak! Ini atara aku dan kamu. Seperti saat ini. Kelas ini hanya ada aku dan kamu,” sanggah Abit.
Helaan napas Angel adalah responsnya kepada Abit. Dia sebenarnya takut, tetapi Angel juga penasaran dengan ajakan Abit. Dia ingin mengenalkan dirinya dengan siapa?
“Besok aku bisa. Namun, jujur aku takut denganmu, Bit,” kata Angel.
Entah kenapa perkataan Angel membuat Abit terbahak-bahak. Dia tak menyangka seorang Angelika Mentari akhirnya mengakui ketakutannya.
“Hah! Takut? Aku nggak salah dengar, nih?” ejek Abit.
“Iya, aku takut.”
“Takut karena?” tanya Abit penasaran.
“Kamu cowok, Bit, dan aku cewek. Aku tahu sebenarnya kamu orang baik. Namun, aku nggak tahu apa yang ada dipikiranmu,” jawab Angel.
“Aku paham, kok, Ngel. Namun, tenang aku tidak akan melakukan apa-apa. Rasa alami seseorang, jika berduan sama lawan jenis pasti ada, kok. Namun, terlepas dari itu, sejahat-jahatnya aku, Ngel, aku tidak akan merendahkan diriku sendiri dengan merendahkan cewek. Jujur, sih, meski kamu cacat, pahatan Tuhan yang diberikan pada dirimu itu sangat indah, Ngel. Siapa coba yang nggak tergoda? Ini ‘kan maksudmu?” tanya Abit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Bersamamu
Художественная проза"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala d...