Di sisi lain, Nadinia sudah berinisiatif membawakan wolker untuk Angel ketika dia tahu sahabatnya itu datang bersama sang kakak. Saat Nadinia ingin membantu Angel ketika mau turun dari mobil, tiba-tiba tangannya dicegah oleh Rayyan.
“Jangan dibantu, Ndin, biarkan dia turun sendiri. Toh, wolkernya juga sudah ada di depannya dan kedua tangan pun juga telah berpegang,” kata Rayyan tegas sesekali menatap Nadinia.
“Kejam sekali kamu, Ray. Nanti jatuh gimana?” tanya Nadinia waswas. “Mobilmu lumayan tinggi, Ray.”
“Jatuh tinggal ditolongin, Ndin. Biarkan dia turun sendiri. Kita awasi saja di sini,” ucap Rayyan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Perkataan Rayyan membuat Nadinia merinding, tatapan dan suara beratnya seketika berubah menjadi sembilan puluh derajat jika dia sedang mempertegas Angel. Merasa diperhatikan dengan tatapan, pandangan yang awalnya mengarah ke Angel yang sedang berusaha turun sendiri beralih memandang Nadinia.
“Kenapa? Natapnya biasa saja, kali. Nanti bahaya kalau naksir karena aku milik sahabatmu,” kata Rayyan terkekeh.
“Astagfirullah, Allahuakbar, Allahumasholiala syaidina Muhammad. Hidih! Naksir sama kamu? Yang ada Saras malah heran pacarnya kepedean banget. Serius! Kamu harus dirukyah, deh, Ray!” kata Nadinia sesekali menabok pundak Rayyan keras membuat sang empunya mengaduh.
Angel pun yang masih berusaha turun sendiri sesekali tertawa menyaksikan tingkah mereka dan akhirnya, dia berhasil turun juga. Namun, baru saja dia berdiri dengan wolkernya tiba-tiba tubuhnya diangkat oleh seseorang. Terkejut, itu responsnya ternyata yang membopong Angel adalah Brama.
“Pinjam adikmu bentar, Ray,” ucap Brama dia melenggang pergi membawa Angel di bopongannya.
“Eh, Bram, tunggu! Adikku bukan karung beras, asal bopong saja!” teriak Rayyan berlari menyusul Brama begitu pula Nadinia.
Sesampai di depan kolam ikan itu, Brama menurunkan Angel meski dia masih menompang tubuh Angel dengan satu tangannya. Sebelum Angel berkata akan keheranannya karena ada Ake di situ, langsung saja Brama memeluknya. Serangan tersebut, membuat Angel membeku di pelukan Brama.
“Balas aku, Ly,” bisik Brama di telinga Angel.
“Nggak, Bram. Kamu kenapa?” tanya Angel berbisik pula.
“Ya, sudah. Izinkan aku memeluk kamu seperti ini dulu,” pinta Brama. “I love you, Ly.”
Rayyan yang memandang adiknya dipeluk seerat itu oleh Brama, bergegas saja dia menarik kerah belakang Brama untuk melepaskan pelukannya kepada Angel. Untung saja, tubuhnya sudah dibantu Nadinia berdiri.
“Kamu lupa cewek yang kamu peluk itu adikku dan aku ketua OSIS di sini? Ini di sekolah, Bram. Kalian masuk BK nanti! Aku akan adukan ke Bu Bira,” kata Rayyan tegas ketika Brama sudah berdiri di sampingnya.
“Oke. Tak apa Ray. Aku cuma mau bilang sama Ake dulu. Sudah, ya, Ke? Aku membuktikannya ‘kan?” ucap Brama menatap Ake.
“Bukti apa, Bram?” tanya Rayyan bingung.
“Aku mencintai adikmu, Ray,” kata Brama tegas.
Mendengar ucapan Brama, Ake menarik Angel dari pegangan Nadinia dan lansung saja dia menjatuhkan Angel ke kolam ikan yang dalam itu. Untung saja, kolam tersebut lagi tidak ada ikannya.
“Apa yang kamu lakukan, Ke?” tanya Nadinia memekik terkejut. Dia pun ingin menolong Angel. Namun, sudah keduluan oleh Brama. Tingkah itu sontak membuat Rayyan kaget. Brama melakukannya? Apakah itu juga bukti, jika Brama benar-benar mencintai adiknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Bersamamu
General Fiction"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala d...