Brama masih berjalan santai sembari membopong tubuh Angel. Dia pun menebak kalau mereka akan pergi ke ruang kelas. Ternyata salah, sebab setelah itu Brama melewati depan ruang kelasnya begitu saja. Angel menghela napas akan hal tersebut.
“Bram, kita nggak ke kelas saja? Aku kasihan kamu capek pasti,” ucap Angel. Kedua tangannya pun dia lingkarkan ke leher Brama atas perintah si pemiliknya sendiri.
“Nggak, biasa saja. Kita ke taman belakang sekolah,” jawab Brama.
“Ngapain? Kamu tuntun aku saja, deh. Kamu nggak malu dilihatin banyak orang, tuh? Pada bisik-bisik juga,” sanggah Angel.
“Biar kamu tenang. Nggak usah kelamaan. Bodo amat. Toh, ngapain kamu ngurusin mereka? Ini tentang aku dan kamu bukan mereka,” jawab Brama.
Jawaban Brama membuat Angel terdiam. Akhirnya, dia pasrah saja dengan kemauan Brama. Sesampai di taman, Angel telah didudukan di kursi. Brama duduk di samping Angel. Mereka pun saling berdiam diri. Melihat hal itu, Brama-lah yang mengajak berbicara terlebih dahulu.
“Sudah nggak takut ‘kan?” tanya Brama lembut sembari menatap wajah Angel yang tertutup oleh anak rambutnya.
“Sudah nggak, Bram. Namun, aku kasihan sama Nadinia,” jawab Angel seraya memainkan jari-jarinya, itu tandanya dia sangat gelisah.
“Sudah, nggak usah begitu. Nadinia baik-baik saja, kok,” jawab Brama. Perkataan Brama direspons oleh Angel tersenyum lantas menghentikan gerakan jari-jarinya.
Tingkah Angel membuat Brama tersenyum. Entahlah, gerak-gerik Angel saat ini membuat dia gemas. Kedua tangannya pun bergerak menyelipkan rambut Angel ke belakang daun telinga, kemudian berlanjut menangkup kedua pipinya. Angel kaget akan perlakuan Brama. Mendadak dia mendongak memandang mata Brama yang menatapnya itu. Padahal dia tadi sedikit menunduk.
Mengetahui Angel merespons dengan menatapnya balik, Brama makin mendekatkan wajahnya ke muka Angel hingga hidung mereka hampir menyatu.
“Bram, kamu mau ngapain?” tanya Angel gugup.
“Menatap wajahmu lebih dekat. Ternyata mata kamu lebih indah juga kalau ditatap seperti ini. Aku suka,” jawab Brama.
“Nggak terlalu dekat?” tanya Angel.
“Terlalu, sih. Namun, aku nggak akan ngapain-ngapain kamu, kok,” balas Brama.
“Ngapain apa?” Angel semakin gugup dengan jawaban Brama. Jantungnya pun mulai tidak aman. Kegugupan Angel membuat Brama tertawa kecil, dia pun masih dengan posisi yang sama.
“Aku nggak akan seperti yang ada di drama-drama Korea, kok. Aku tahu kamu sangat menghormati papamu dan Rayyan,” ucap Brama.
Angel merasa lega dengan ucapan Brama. Jujur, posisi ini membuat pikiran Angel ke sana. Namun, salah ternyata Brama memang cowok yang baik.
“Terima kasih. Boleh dilepas nggak?” tanya Angel.
Yang ditanya pun tersenyum lagi dan menggeleng, bahkan dia menundukkan pandangannya.
“Belum. Biar begini dahulu,” ucap Brama menatap mata Angel kembali. “Aku akan menjagamu, Ly.”
“Menjagaku? Aku sudah ada yang menjaga,” sanggah Angel.
Bibir Brama melengkung kembali mendengar hal itu.
“Aku tahu Danu sudah nggak ada di hatimu. Boleh, ya?” pinta Brama.
“Boleh apa, Bram?” tanya Rayyan yang tiba-tiba sudah menjewer telinga kanan Brama, membuat kedua tangkupan tangannya lepas dari pipi Angel. Brama pun heran. Mengapa tiba-tiba Rayyan nongol, padahal dia tadi tidak memberitahunya? Memang ikatan batin antara adik dan kakak ini tidak bisa diragukan lagi; selalu tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Bersamamu
Ficción General"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala d...