With---58: Rayuan

43 17 69
                                    

Akhirnya, setelah selesai mengikuti pelajaran online dari sekolahnya karena diskors. Angel lanjut mengetik tugas makalah sebagai hukuman tambahan di ruang tamu. Dia pun ditemani setumpuk buku yang terletak di atas mejanya itu tepat samping laptop. Saat sedang asyik mengetik Wanti datang. Beliau langsung duduk di sebelahnya saja.

“Diminum teh hangatnya, gih! Baru tahu kalau anak Mama bisa bandel juga,” kata Wanti sesekali terkekeh lalu meletakkan cangkir itu di atas meja.

“Angel ‘kan manusia, Mam,” jawab Angel tetap fokus dengan laptopnya.

“Ceritakan, dong, kok, bisa diskros kenapa?” tanya Wanti penasaran.

“Ng--“

“Nggak apa, Ma. Calon mantu Mama yang bandel jadi imbasnya ke Angel,” kata Brama yang tiba-tiba sudah berdiri di depan meja Angel lalu melajutkan ucapan Angel yang dia potong tadi.

“Mantu? Kalian…,” ucap Wanti menggantung sesekali tersenyum seraya memandang Brama dan Angel bergantian.

“Duh! Bram, kamu, ih! Aku belum cerita sama Mama, karena Mama belum tanya,” gerutu Angel. Akhirnya, dia mematikan laptop dan menutupnya.

“Nah, lho! Jelaskan tentang hubungan kalian sama Mama sekarang juga,” pinta Wanti.

Mendengar permintaan itu, Brama langsung saja duduk di samping Wanti.

“Gini, lho, Ma,” kata Brama menghela napas karena gugup.

“Iya, Bram. Ayo! Jelaskan saja,” balas Wanti. “Kalian pacaran atau hubungan tanpa status?”

Mendengar hal itu, Angel mendadak terbatuk. Untung, dia baru mengangkat cangkirnya dari atas meja. Alhasil, Angel kembalikan lagi cangkir itu.

“Enak saja kalau ngomong. Nggaklah, Ma,” sambung Angel kesal.

“Terus apa, dong? ‘Kan anak zaman sekarang kebanyakan gitu. Bahasa kerennya HTS-san, iya ‘kan?” kekeh Wanti yang berhasil bikin Angel kesal.

Brama pun yang memandang tingkah mama dan anak itu hanya tertawa kecil lalu menatap Wanti dengan lembut.

“Kita pacaran, Ma, Brama dan Angel diizinin nggak?” ujar Brama.

Pertanyaan Brama membuat Wanti menghela napas. “Boleh. Aku percaya sama kamu. Jagain Angel, ya?”

“Terima kasih, Ma,” jawab Brama. “Boleh saya ajak Angel keluar?”

“Ke mana, Bram? Aku masih ngambek sama kamu tahu,” sahut Angel sebelum sang mama menjawab. Dia pun sudah meminum tehnya, kemudian mematikan hotspot handphone-nya yang terkoneksi ke laptop.

“Yah, Ly! aku ‘kan sudah minta maaf,” sanggah Brama.

“Sudah aku maafin, Bram,” jawab Angel.

“Kalau gitu sudah, dong, ngambeknya,” pinta Brama. “Ma, bantu Brama, dong! Angel ngambeknya lama.”

Wanti pun hanya terkekeh mendengar permintaan Brama. “Kamu lebih tahu Angel, dong, sekarang daripada Mama. Ya, sudah. Mama ke dapur dulu, ya, kalian selesaikan berdua. Nanti kalau keluar, keluar saja. Nggak usah pamit. Mama izinin, kok.”

Brama mengangguk saja. Setelah Wanti benar-benar pergi, dia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Angel. Brama pun tidak dipedulikan oleh sang pacar yang tengah sibuk dengan bolpoin dan buku itu. Gemas akan hal tersebut dia berinisiatif memajukan  mukanya. Karena tingkahnya, hembusan napas Brama menyapu kulit pipi Angel secara menyeluruh. Walau hanya dari samping, Angel mulai tak nyaman akan hal tersebut.

“Ada apa, sih, Bram? Jangan mencuri kesempatan, ya, untuk cium pipiku lagi,” ucap Angel memberi peringatan. Posisinya pun masih sama dari yang tadi.

Kekehan Brama adalah responsnya dari ucapan Angel. “Nggak, kok, Ly.”

Angel hanya mengiakan. Namun, dia masih sibuk menulis.

“Aku ingin mengajak kamu keluar sekaligus ngerjain tugas. Ngambeknya tunda dulu, ya? Kita profesional hari ini,” kata Brama merayu.

Kata-kata itu membuat Angel menghentikan aktivitasnya, setelah menutup buku dia menoleh. Akhirnya, mereka pun saling menatap. Ditatap Angel seperti itu, tangan kanan Brama merapikan helaian rambut Angel dan menyimpannya di balik daun telinga.

“Mau, ya, Ly-ku?” pinta Brama. Dia pun selesai merapikan rambut Angel.

“Jangan modus, ya, Bram. Wong kamu nggak bawa apa-apa. Mana bukumu?” sanggah Angel.

“Buku dan flashdisk ada di mobil. Kalau laptop aku pinjam punya kamu. Nanti kita bawa. Mau, ya?” mohon Brama.

Akhirnya, setelah menghela napas. Angel mengiakan saja. Beres dengan semuanya, mobil Brama pun melaju keluar halaman rumah Angel. Tak lupa Brama juga membawakan wolker pacarnya itu di bagasi mobil.

****

Ternyata Brama membawa Angel ke pantai. Mereka pun duduk di gazebo dan tengah sibuk mengerjakan tugas. Sesekali Angel meminum air kelapa muda yang dia beli tadi. Begitu pula dengan Brama. Dia yang sedang menulis sesekali memakan udang gorengnya.

“Bram, babmu satu paragraf pertamamu salah banyak, nih!” ucap Angel sembari memperlihatkan layar laptopnya kepada Brama.

“Memang. Aku copy paste dari Google,” kekeh Brama. Dia beralih menggeser laptop itu di depannya.

“Yeee! Membuat makalah nggak boleh git--“ Kalimat Angel terpotong. Dia terkejut melihat sesuatu yang tak asing baginya. Tingkah itu membuat Brama heran.

“Ada apa, Ly?” tanya Brama.

“Kamu di sini dulu, ya,” pamit Angel setelah berdiri dengan wolkernya.

Brama menghela napas lalu kedua matanya mengikuti arah gerak Angel berjalan. Betapa terkejutnya Brama, ketika dia tahu orang yang akan dituju sang pacar. Brama langsung saja mengejar Angel. Meski jalan Angel lambat, dia sudah jauh darinya. Brama paham, Angel sudah sangat emosi kepada orang tersebut.

*****

Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang