Beberapa saat usai melepas pelukannya, Brama tersenyum sembari menatap Angel. Kedua tangannya pun mengusap air mata Angel lalu dia beralih mengelus pipi Angel lembut dengan sesekali menyelipkan helaian rambutnya ke belakang daun telinga.
“Sekarang makan dahulu, ya?” pinta Brama.
“Aku nggak lapar, Bram,” sanggah Angel.
“Kamu lapar, Ly. Jangan bohong, deh,” balas Brama. “Atau mau aku suapin?”
Tawaran Brama hanya dibalas dengan tersenyum tipis oleh Angel sembari menggeleng. Brama pun yang mendapat respons tersebut mendengkus kesal lalu dia memajukan wajahnya sehingga wajah keduanya sangat dekat. Angel yang di siatusi itu, jantungnya berdegup begitu pula Brama.
“Jantung ini sudah berdebar dari tadi gara-gara kamu,” kata Brama dengan posisi yang sama.
“Kok, aku?” sanggah Angel bingung.
“Iya. Ngerayu kamu makan ternyata hanya beda tipis dengan mendapatkan kepercayaanmu sama sulitnya,” kata Brama.
“Lalu?” tanya Angel penasaran.
“Mau makan atau bibir ini mendarat di pipi kanan kamu?” kata Brama dengan nada mengancam.
Deg!
Ancaman itu membuat Angel merinding, karena takut hal tersebut menjadi nyata, segera saja dia mengambil sayap ayam goreng di dalam nampan yang tepat berada di sampingnya. Namun, saat hendak menggigitnya tiba-tiba daging itu menambrak wajah dan hidung Brama yang belum sempat dijauhkan dari wajahnya.
“Yah, hidung aku dibagi, nih!” kata Brama sambil membersihkan mumbu dan minyak yang menempel. Memandang tingkah Brama, Angel pun tertawa senang. Jujur, ekspresi Brama sangat lucu baginya.
“Maaf, Bram,” ujar Angel membantu Brama membersihkan hidung dan wajahnya sesekali tertawa.
“Tak apa,” jawab Brama lalu mengambil tisu di atas meja lampu Angel.
“Namun, kamu makin menggemaskan, deh, kalau seperti tadi,” ujar Angel setelah berhenti membantu Brama.
“Oh, ya? Namun, kamu lebih menggemaskan tahu nggak? Apalagi ancamanku berhasil tadi untung nggak jadi,” kata Brama terkekeh seraya melemparkan tisu ke tempat sampah.
Angel hanya tertawa meresponsnya lalu dia memandang Brama meski tangannya memegang sayap ayam goreng.
“Lain kali nggak usah gitu. Aku merinding tahu nggak?” ucap Angel sesekali memakan daging goreng itu.
Respons itu membuat Bram tersenyum lalu menghela napas. “Aku nggak akan melakukan itu ke kamu, kok, tenang saja,” ucap Brama, kemudian mengacak rambut Angel.
“Terima kasih.”
“Oke. Sekarang pakai nasi, ya? Aku suapin,” ucap Brama. Tangan kanannya pun setelah mengacak rambut Angel, dia sudah membawa sesendok nasi yang siap masuk ke dalam nulut Angel.
Akhirnya, beberapa suapan membuat perut Angel terisi. Di sela-sela mereka bercerita dan bercanda, tangan kanan Brama bergerak mengambil sebutir nasi di ujung bibir Angel. Dia pun menatap mata Angel dalam.
“Ly, aku boleh minta sama kamu?” pinta Bram usai menghentikan perlakuannya.
“Minta apa, Bram?” sahut Angel.
Setelah menghela napas dengan sedikit menunduk lalu Brama menatap Angel kembali. “Jangan diam-diaman sama Mama, ya?”
Mendengar hal itu, Angel tersenyum sarkas. “Kamu siapa, Bram, Berani mengaturku?” sanggah Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Bersamamu
Genel Kurgu"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala d...