Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.
Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.
Kalian semua ada kata kata atau quotes gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.
Kalo ada boleh langsung komen di samping.
Kalo kata kata atau quotes nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.
Tapi ingat kata kata atau quotes nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.
Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.
Kamu & kenangan
Karena ini hari weekend jadinya rumah yang biasanya hanya di huni oleh tiga orang dewasa itu mendadak riuh tak menentu. Maklum saja setiap ada hari libur Mami pasti akan menyuruh anaknya untuk pulang ke rumah. Mengisi kekosongan rumah yang sudah kosong selama lima hari.
"Om Io!!" teriak bocah berumur tiga tahun setengah itu.
"Ponakan om," sahut Gio. Lelaki yang baru saja membuka matanya sebab suasana riuh di lantai satu itu menghampiri sang keponakan untuk di peluk.
"Kayaknya nggak pernah ya gue kesini lihat lo udah rapi kalo bukan hari kerja," cibir perempuan yang tampak mengunakan dress rumahan itu.
"Lo dari pada ngehina gue tiap ke rumah ibuk lebih baik lo kebelakang sana buat sarapan biar gue bisa makan banyak," perintah Gio kepada sang kakak.
Perempuan tersebut hanya bisa menggelengkan kepala tak habis pikir pikir. "Habis hancurkan bumi deh kayanya gue makanya dapat adik minus kayak lo. Kalo nggak di kantor lo nggak ada baik-baik nya," cibir perempuan itu lagi.
"Kalian kalo udah kumpul gini ada aja yang buat bertengkar," tegur Mami sambil memperhatikan kedua anaknya yang tampak masih cekcok dengan cucu di gendongan om nya, tampak tak keberatan atas pertengkaran yang selalu terjadi setiap minggu.
"Mamiii!!" panggil perempuan itu manja. Sambil berlari ke arah pelukan ratu di rumah ini.
"Mami," ejek Gio sambil membawa keponakannya untuk menuju ke dapur mengabaikan gerutuan sang kakak akibat ulahnya yang suka meledek.
"Gio," tegur perempuan paruh baya itu.
"Iya Bu," ujar Gio patuh, "habis dia tiap pulang selalu kayak anak gadis yang nggak pernah pulang rumah. Padahal tiap pagi juga ke sini buat nitip nih keponakan ganteng gue."
"Marah lo emangnya?" kesal perempuan itu.
"Marah," heran Gio, "siapa yang marah? Gue nggak mungkin marah atas sikap manja lo itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu & Kenangan
Romantik"Gue suka sama lo Kak." Ungkapan cinta yang di ungkapkan oleh remaja labil begitu duduk di kelas satu SMA tentu bukanlah perkataan yang bisa dianggap serius. Karena cinta monyet kerap hadir mengisi masa remaja yang menyenangkan. Sudah cukup sepuluh...