Mungkinkah dia?

567 13 0
                                    

Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.

Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.

Kalian semua ada kata kata atau quotes gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.

Kalo ada boleh langsung komen di samping.

Kalo kata kata atau quotes nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.

Tapi ingat kata kata atau quotes nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.

Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.












Kamu & kenangan












Acara perayaan secara formal sudah selesai sejak dua puluh menit yang lalu. Tapi walupun begitu suasana ballroom Hotel bintang tiga ini masih belum sepi. Malah suasana nya tambah meriah. Bukan karena pihak perusahaan yang mengundang komedian atau artis ibu kota, melainkan para karyawan yang berniat sekali menyumbangkan suara mereka yang syukurnya bagus untuk di terima di telinga para orang-orang yang berhadir, setelah tadi para investor yang pertama kali menyumbang lagu raja dangdut tentang bergadang.

Setelah duduk hampir setengah jam akhirnya kelima perempuan itu memilih untuk mencari makan yang bisa mengisi perut mereka tentu saja.

Tapi di tengah meja yang dihuni oleh Bica, Irna, dan Fifi yang heboh, Hanna perempuan itu hanya diam sambil sesekali menyantap zuppa soup yang di ambil dari prasmanan. Konsep yang digunakan dalam memberikan makanan yang tentu saja di jaga oleh para catering berjaga-jaga andai saja makanan nya habis.

"Lo kenapa diam baik," senggol Irna membuat Hanna yang tadi tampak melamun sambil menyantap makanannya di buat lumayan terkejut.

"Kenapa?" tanya Hanna keheranan.

"Kenapa?" tanya Irna bingung, "lo yang kenapa? Dari tadi kan bengong aja malah sambil geleng-geleng lagi kan bikin penasaran," sahut Irna.

"Bukan apa-apa kok," ungkap Hanna pendek. Mulai menikmati makanannya kembali.

"Makannya enak kan?" tanya Bica ikut penasaran.

Hanna mengangguk sekali.

"Oke lah. Tapi kalo ada apa-apa langsung bilang oke," pesan Fifi sambil kembali menikmati makanannya tentu saja dengan mengobrol.

Sebenarnya kalo boleh jujur hal yang membuat dirinya tampak tidak fokus dengan makanan kesukaannya yang berada di hadapannya adalah karena sosok lelaki yang duduk tak jauh dari mereka.

Sosok lelaki yang mengingatkan nya pada sosok remaja yang dulu cukup sering mengisi ruang kosong di hatinya, tapi sayangnya dirinya terlalu malas atau mungkin Hanna tidak percaya bahwa dirinya kembali bertemu dengan sosok lelaki itu setelah dulu dirinya berusaha mati-matian untuk melupakan cinta setelah hampir setiap hari dirinya seperti orang gila karena mengingat kelakuan random nya yang sok-sokan mengungkapkan cinta mentang-mentang dirinya mau pindah.

Setelah memilih untuk menghempaskan pikiran random nya itu akhirnya Hanna memilih untuk mengikuti pembicara yang sedang teman-temannya bicarakan.

Hingga getaran yang berasal dari handphone yang di taruh di atas meja dengan posisi tengkurap itu membuat Hanna memilih untuk bangun dari posisi duduknya.

Kamu & Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang