"Gue suka sama lo Kak."
Ungkapan cinta yang di ungkapkan oleh remaja labil begitu duduk di kelas satu SMA tentu bukanlah perkataan yang bisa dianggap serius. Karena cinta monyet kerap hadir mengisi masa remaja yang menyenangkan.
Sudah cukup sepuluh...
Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.
Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.
Kalian semua ada kata kata atau quotes gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.
Kalo ada boleh langsung komen di samping.
Kalo kata kata atau quotes nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.
Tapi ingat kata kata atau quotes nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.
Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.
Kamu & kenangan
Hari kerja datang seperti biasa. Ya seperti biasa. Tapi, sayangnya Hanna perempuan yang kali ini tampak mengunakan blus dan juga rook span itu malah memilih untuk menonton film usai melakukan video call dengan sang pacar yang memilih untuk mengakhiri lebih cepat panggilan mereka, dari pada tidur lebih cepat karena besok Senin.
"Ngapa lo?" tanya Irna. Perempuan yang kali ini mengunakan corp top dan juga batik sebagai outer tampak melirik sang teman yang sedang melakukan finger print.
"Bergadang gue semalam," sahut Hanna.
"Bergadang? Tapi penampilan lo oke banget," kata Irna sambil melangkah menunju finger print usai Hanna gunakan.
Perempuan itu tampak menghela nafas panjang. "Gue kudu tampil oke walupun lagi ngantuk berat."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau ketemu klien lo?" Pertanyaan itu berasal dari perempuan yang tampak mengunakan blazer dan juga celana bahan.
"Iya," jawab Hanna.
"Pantesan rapi benar," cibir Irna.
"Kurang asam lo," ungkap Hanna sambil melangkah menuju dimana lift berada.
"Kapan berangkat?" tanya Bica.
"Kapan dapat suruhan dari atasan," ucap perempuan itu pendek.
Kedua temannya sontak mengangguk secara bersamaan. Sebelum mereka memilih untuk sibuk dengan handphone masing-masing.
Hingga tak lama setelahnya lift berhenti di lantai yang mereka tuju atau lebih tepatnya di lantai tiga belas.
Begitu tiba di lantai yang di tuju Hanna memilih untuk tetap melanjutkan langkahnya, membuat kedua temannya menatap perempuan itu penuh dengan penasaran.
"Gue mau ke pantry," jawab Hanna tanpa perlu mendengar pertanyaan dari sang teman.
Begitu tiba di pantry perempuan yang sedari tadi berusaha menahan kantuk itu memilih untuk menjatuhkan pantat nya di atas kursi kayu yang berada di pantry.