Fakta

248 2 0
                                    

Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.

Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.

Kalian semua ada kata kata atau quotes gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.

Kalo ada boleh langsung komen di samping.

Kalo kata kata atau quotes nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.

Tapi ingat kata kata atau quotes nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.

Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.






Kamu & Kenangan





Setelah mandi dan menganti baju dengan baju rumahan miliknya. Lelaki berumur dua puluh delapan tahun itu memilih untuk membuka iPad miliknya yang sejak tadi tak di sentuh sebab tak dibawa ke kantor.

Dirinya perlu mengecek email sebentar, sebab handphone yang digunakan untuk mengecek email sedang dalam kondisi mengisi daya usai pemberitahuan baterai yang sisa sedikit, sedangkan untuk laptop sendiri Gio sudah sangat lelah sekedar untuk membuka benda persegi itu hanya untuk mengecek email. Lagi pula email miliknya tersambung dengan semua perangkat elektronik yang ia punya.

Setelah membalas beberapa pesan yang masuk Gio memilih untuk kembali meletakan barang tersebut. Dirinya memilih untuk bersandar pada sandaran tempat tidur, dengan pikiran yang mengingat tentang ocehan Hanna di kamar mandi yang sempat didengar nya sebelum keluar dari sana.

Setelah mengistirahatkan sejenak tubuhnya di atas kasur lelaki itu memilih untuk turun ke bawah. Sekedar untuk mencicipi agar-agar yang di buat Ibu.

Hingga tarikan kursi yang berada tepat di sebelah nya membuat Gio melihat sosok tersebut.

Pria paruh baya yang lebih sering di panggil Papi itu duduk tepat di sebelahnya dengan teko yang berada tepat di hadapan mereka.

"Tumben Papi yang turun buat ambil air biasanya kan Ibu?" ungkap Gio sambil kembali menyendok agar-agar ke dalam mulutnya.

"Ibumu kelihatan capek banget. Papi nggak tega buat bangunin cuman sekedar untuk ambil aja. Lagi pula Papi bisa ambil sendiri," sahut Papi sambil memperhatikan teko yang menjadi hadiah dari Kak Yuni saat ulang tahun pernikahan mereka tahun lalu.

"Papi perhatikan selama beberapa hari ini kamu sering banget lembur entah itu di kantor atau bahkan di rumah. Hari weekend juga nggak kamu pergunakan sebaik nya," ujar Papi memulai pembicaraan, "ada masalah di kantor?"

Gio tahu. Benar-benar sangat tahu tentang bagaimana sifat Papi. Pria yang berprofesi sebagai dokter spesialis saraf itu memang sedikit mengetahui tentang bagaimana cara kerja di KBS. Jadi jangan salahkan tingkahnya yang sudah hampir satu bulan ini dengan laptop memicu kecurigaan beliau.

"Bukan kok Pi. Aku juga lagi usahain projek yang sempat terbengkalai saat keberangkatan aku ke Singapore dulu," balas Gio.

Faktor pertama penghambat lalainya pembangunan Apartemen lima bangunan tersebut adalah, karena dirinya yang sempat pergi ke luar negeri guna untuk mengurus proyek yang sudah direncanakan oleh dirinya dari dulu bersama sang teman yang di temui di bangku perkuliahan sastra satu.

Secanggih apapun teknologi yang ada pada saat ini tentu saja tak bisa menandingi dengan kehadiran kita pada tempat tersebut. Jadi oleh karena itu setelah dirinya pulang dari Singapore, Gio langsung meletak fokusnya pada proyek yang hampir dua tahun terbengkalai. Walupun sebenarnya dirinya tak bisa menaruh fokus tersebut di proyek tersebut sebab ada beberapa proyek lagi yang masih dirinya urus.

Kamu & Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang