Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.
Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.
Kalian semua ada kata kata atau quotes gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.
Kalo ada boleh langsung komen di samping.
Kalo kata kata atau quotes nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.
Tapi ingat kata kata atau quotes nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.
Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.
Kamu & Kenangan.
Hanna hampir telat ke kantor. Padahal seingatnya semalam dirinya sudah menyetel alarm, tapi sayangnya alarm tak berbunyi sehingga membuat dirinya harus gedabak-gedebuk seperti ini.
Pagi harinya yang sangat tentram kali ini mendadak riweh tidak terkira. Dimulai dirinya belum sempat menggosok baju yang akan di pakai hari ini. Tapi, walupun begitu alunan musik tetap terdengar di Apartemen studio milik Hanna.
Hanya dengan menyantap dua roti yang hanya sempat di olesi selai coklat saja tanpa membuat kopi, dirinya melangkah keluar dari Apartemen, menyusuri lorong-lorong sepi nan dingin untuk menuju lift.
Sebelum benar-benar melangkah masuk ke dalam lift Hanna sempat terpaku beberapa saat saat melihat ke hadiran lelaki itu di sini.
"Pak Aksara," ungkap Hanna begitu pintu lift sudah tertutup dan menemukan lelaki itu di dalam lift yang akan dinaikinya.
"Ini di luar kantor jadi lo bisa panggil gue seperti biasa."
Hanna sempat terheran-heran sebentar sebelum kembali berujar, "Kak Gio kok bisa ada disini?" tanya nya heran.
"Gue habis nginap di Apartemen sepupu," ungkap pria dengan setelah rapi itu.
Hanna mengangguk beberapa kali. Lagi pula tidak mungkin selama hampir empat bulan dirinya tinggal disini tidak pernah melihat Gio. Ya walupun faktanya dirinya tidak pernah mengenal tetangganya selama tinggal disini. Tapi walupun begitu dirinya pasti tahu kalo Gio tinggal di sini karena mengingat hanya beberapa orang yang punya mobil penculik seperti Gio, jadi pasti sangat mudah untuk mengenali Foreman perusahaan mereka.
Selama beberapa menit mereka berada di dalam lift, tidak ada pembicaraan yang terjadi lagi. Gio sibuk dengan ponsel pintar yang berdering, dan dirinya yang berusaha menahan kantuk di dalam kotak persegi ini.
Lift berbunyi menandakan bahwa mereka sudah tiba di lantai yang di tuju, Hanna yang sejak tadi terpejam pun mulai membuka matanya. Melihat penampilan nya sekejap pada pantulan lift sebelum ikut menggambil langkah yang sama dengan Gio yang sudah lebih dulu melangkah.
"Berangkat bareng gue," ucap Gio tiba-tiba.
"Hah?" Hanna yang sedang dalam mode bingung pun di buat bertanya ulang ketika mendengar penuturan Foreman kantor mereka.
Gio berbalik menatap Hanna yang tengah menatap kearahnya dengan keheranan. Tanpa sadar tangannya bergerak untuk merapikan rambut perempuan itu.
"Kak," ucap Hanna begitu menyadari bahwa tangan lelaki itu baru saja mendarat pada kepalanya.
"Ada kapas," kata Gio sambil mengarahkan kapas ke hadapan Hanna.
"Ohh. Makasih," ungkap perempuan itu tulus, "boleh ulangi perkataan Kak Gio tadi nggak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu & Kenangan
Romansa"Gue suka sama lo Kak." Ungkapan cinta yang di ungkapkan oleh remaja labil begitu duduk di kelas satu SMA tentu bukanlah perkataan yang bisa dianggap serius. Karena cinta monyet kerap hadir mengisi masa remaja yang menyenangkan. Sudah cukup sepuluh...