Kalau ada typo mohon di komen
🔖 Happy Reading 🔖
"Ka Zafran." Elusan lembut di Kepalanya membuat Zafran terbangun. Zafran segera menepis tangan Syakila.
"Bukan mahrom kil." Peringatnya sambil menjauh dari Syakila.
Sebelum pergi dari ruang inap Syakila, Zafran menoleh kearahnya, "Tadi Abi telepon, akad akan di langsungkan disini." Zafran memalingkan wajah nya dan berjalan pergi keluar untuk memberi kabar kalau Syakila sudah sadar.
Bukan terkesan ingin buru-buru, tapi kalau anak itu memang terbukti anak Zafran, Syakila berada di posisi yang tidak aman. Fitnah bisa muncul kapan saja.
Syakila hanya terdiam menatap kepergian Zafran. Rasa sakit di dada nya sudah tidak bisa di tahan, terlalu besar luka yang dibiarkan menganga. Syakila kembali menangis.
"Ya Allah, sakit banget. Maafin Kila."
***
"Umi masih gak mau makan?" Khodijah hanya mengangguk menjawab pertanyaan Mega. Umi nya mendadak jadi sering diam dan melamun.
"Khodijah gak boleh sedih ya, nanti bunda bantu ngomong lagi sama umi. Sekarang Khodijah duduk dulu, makan." Mega menarik keponakannya untuk duduk di menyantap sarapan.
"Abi dimana Bun?"
"Abi lagi ngurus berkas-berkas pernikahan mas mu. Akad nya dilangsungkan di rumah sakit." Jawab Mega sambil menyendokan beberapa lauk.
"Mas Zafran beneran mau nikah ya Bun?"
Raut kesedihan itu bisa Mega lihat. Ia tau perasaan yang Khodijah rasakan sekarang. Keduanya begitu dekat sebagai saudara kandung.Kalau diingat-ingat, dulu Zafran kecil begitu bahagia saat tau Khodijah hadir di antara keluarga mereka. Zafran menjadi kaka yang baik dan bertanggung jawab. Saat Zafran ada urusan di luar pun Khodijah akan merengek meminta ikut.
"Doakan yang terbaik untuk mas mu ya? Karena sekarang belum ada bukti yang mengarah kalau mas Zafran gak bersalah."
***
Pernikahan impian, gaun yang megah, kue pernikahan yang bertumpuk, rasa haru dan senyuman yang tergambar. Semua itu lenyap pada hari ini dalam kehidupan Zafran dan Syakila. Andai ia menunggu lebih lama, apa itu semua akan terjadi?
"Silahkan masuk, pak."
"Terimakasih pak kyai." Suara tawa khas bapak-bapak membuat Syakila menoleh. Disana sudah ada Abi, Abah, Zafran dan penghulu.
Syakila melihat raut wajah Zafran yang terlihat tidak bersemangat. Dan menundukkan pandangannya saat Zafran balik menatapnya.
"Ini calon mempelai perempuannya?" Syakila tersenyum kikuk menjawab nya.
"Syakila, saya udah ngomong sama keluarga kamu, mereka mau membantu pernikahan kalian lewat paman kamu yang menjadi wali. Tapi lewat panggilan video."
"Iya, bi. Syakila gapapa."
Semua orang sudah siap di tempatnya, Syakila di tuntun untuk duduk di dekat Zafran. Panggilan Video dari keluarganya sudah terhubung, dengan perasaan yang tidak bisa Syakila Rasakan, dengan mantap Zafran menggenggam tangan penghulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Syakila
Teen Fictionseharusnya Syakila sudah tau konsekuensi dari apa yang ia lakukan untuk memenuhi ambisinya memiliki Zafran, Seorang Gus muda dari pondok pesantren Al-Zaziyah. Berawal dari berteman yang saling mengenal lewat sosial media dan mempelajari, juga bimbi...