HS: Dua puluh sembilan

796 68 39
                                    

Hijrah Syakila part epic nya mending di novel atau karya karsa? KOMEN YA^^

Di sarankan mendengarkan lagu
"Di kekang malam" - Rosa

Happy reading

Flashback

Syakila menatap Zafran dari atas balkon kamar sambil melambaikan tangannya.
Dirasa sudah aman, dengan cepat ia mengganti pakaiannya dan mengeluarkan koper dari bawah kasur.

Mungkin panggilan cewek gila untuk Syakila saat masa sekolah itu benar adanya. Perempuan itu memutuskan untuk mengikuti Zafran dengan travel umroh yang sama.

Semua tekad nya ini di bantu oleh Alam sepupu suaminya agar Syakila bisa memberikan kejutan kepada Zafran. Syakila membayangkan bagaimana terkejutnya Zafran saat tau ia mengikuti dan pada akhirnya mereka menghabiskan waktu-waktu indah bersama. Untuk penyamaran nya kali ini, perempuan itu dengan senang hati memakai cadar yang menutupi setengah bagian wajahnya, hitung-hitung belajar.

Tapi kesenangannya tidak bertahan lama saat melihat sosok Maryam dan keluarganya yang juga ikut bersama rombongan keluarga Malik. Ditambah ia hanya duduk di kelas ekonomi, sedangkan mereka duduk di kelas bisnis. Syakila jadi gagal untuk memantau suaminya.

Selama di perjalanan menuju jeddah Syakila menatap takjub ke arah luar jendela. Berkali-kali mengucap syukur atas nikmat yang Allah berikan.

Karena ini adalah perjalanan pertama Syakila ke luar negeri, tubuh nya merasa capek dan pegal-pegal di beberapa titik.

Sesampainya disana Syakila langsung menunaikan ibadah di Masjidil Haram. Rasanya begitu menenangkan mendengar lantunan ayat-ayat Allah yang begitu merdu.

Kedua tangan nya terangkat, mengadah dan meminta kepada sang pencipta. Kepada zat yang memberinya kehidupan dan segala Rahmat.

"Ya Allah, terimakasih atas semua karunia, nikmat mu yang telah engkau berikan kepadaku. Engkaulah yang maha mendengar dan mengetahui isi hati hambamu. Jadikanlah aku sebagai hambamu yang selalu taat pada perintah dan laranganmu."

"Ya Allah ya Tuhan ku, aku meminta kepadamu segala kebaikan untuk
keluarga ku, suami ku, dan anak ku. Luluhkan lah hati keluarga suamiku agar bisa menerima diri yang penuh dosa ini."

"Ya Allah, hamba selalu meminta untuk kebahagian suami hamba. Jaga dan lindungi ia...aamiin..."

🧸

Syakila merapihkan pakaiannya ke dalam lemari. Ini sudah waktunya istirahat, dan travel membebaskan untuk mereka yang ingin berjalan-jalan melihat keindahannya kota Mekkah.

"Loh Syakila kamu habis dari mana? Mau istirahat  ya?" Itu Irma, teman sekamarnya.

"Abis sholat tadi di Masjidil Haram. Bagus ya pemandangan. Tadi aku udah jalan-jalan sebentar sih mbak, ini mau istirahat."

"Baru aku mau ajak kamu ke pernikahan seseorang, satu travel juga sama kita. Anaknya Bu Kyai itu, keluarga pesantren. Beruntung banget ya calonnya dapet anak kyai, di nikahkan di rumah Allah. Jadi iri"

Pernikahan? Dan anak kyai?

"Kamu tau orang nya yang mana?"

"Anak pertama sih katanya, cowok. Udah ganteng, mapan. Paket lengkap pokoknya."

Dengan perasaan panik Syakila menanyakan dimana pernikahannya akan berlangsung. Syakila berlari kembali ke Masjidil Haram, mencari sekumpulan orang yang mungkin ia kenal.

Zafran izin untuk beribadah, tapi mengapa ia malah menikahi perempuan lain? Dengan tenang meninggalkan dirinya seorang diri di rumah.

Langkahnya terhenti saat melihat gerombolan yang ia cari. Tangan suaminya yang menggenggam tangan Abi Maryam sudah menjawab semua pertanyaan. Sejauh apapun ia mencoba menjauhi mereka, masih ada dukungan penuh dari dua keluarga.

🧸

"Saya terima nikah dan kawinnya Maryam binti-"

"Tidak sah!" Genggaman tangannya terlepas saat seseorang tiba-tiba menepisnya dan memeluknya dengan erat. Semua keluarga dan hadirin terkejut melihat tindakan nekat dari seorang perempuan bercadar yang dengan tiba-tiba memeluk Zafran erat sambil menangis.

Selvi dengan sigap menarik perempuan itu dan mendorongnya, menatap marah kepada seseorang yang menghalangi setiap jalannya.

"Awh!" Perempuan itu meringis memegangi perut nya yang terasa nyeri.

"Siapa kamu!?"bentak Adam.

"Ka Zafran hiks." Pria itu tersadar dari lamunannya menatap perempuan yang sedang menangis. Apa ia sedang berimajinasi? Suara Syakila terdengar jelas. Semua pertanyaan itu ia singkirkan saat menatap dalam mata kecoklatan yang ia kenal.

Zafran bangkit dan menghampiri Syakila, membuka cadar yang menutupi wajah perempuan itu.

"Syakila?" Dengan perasaan yang masih tidak menyangka, Zafran memeluk erat istrinya. Ikut menangis mensyukuri bahwa istrinya bukan korban dari kegelapan yang terjadi.

Semua yang menyaksikan berbisik-bisik membicarakan topik utama. Menanyakan apa pernikahan ini sebuah paksaan karena obsesi calon pengantin wanita? Dan keluarga yang berusaha memisahkan sepasang suami dan istri.

Setelah keributan itu Syakila di interogasi habis-habisan oleh keluarga Malik. Malu yang mereka tanggung tidak bisa ditutupi oleh apapun. Keluarga Maryam jelas kembali kecewa karena lagi-lagi harus dipermalukan karena tingkah Syakila.

"Kamu bilang dia udah mati mas? Kenapa ada disini?"cecar Selvi sambil menunjuk-nunjuk Syakila.

Mendengar pertanyaan itu membuat Syakila bingung. Zafran menganggap nya sudah mati atau gimana?

"Lagi mas, kamu bikin umi sama yang lainnya malu! Kamu yang bilang kalau Syakila gak akan tau tentang rencana kita. Tapi tanpa di undang dia bisa ada disini, mengacaukan semuanya. Kamu lagi-lagi menyakiti hati Maryam!"

Kenapa mertuanya hanya memikirkan tentang Maryam? Kenapa tidak pernah sekalipun Selvi merasa iba kepada dirinya dan cucu nya sendiri?

"Munafik!" Perkataan itu dilayangkan bersamaan dengan tamparan yang Selvi layangkan untuk Syakila.

"UMI!" Zafran melindungi Syakila dalam pelukannya.

Ibrahim yang melihat situasi sudah tidak terkondisikan membawa istrinya keluar dari kamar Zafran diikuti seluruh keluarga.

"Mas..." Zafran bisa melihat pipi Syakila yang memerah dan air mata yang sudah tergenang di pelupuk matanya.

"Maafin kaka Kil, maafin kaka." Syakila menolak pelukan itu, memukul dada Zafran sekencang mungkin agar terlepas. Ia terlanjur kecewa, ia marah dan ia juga rapuh.

Suaminya yang selama ini ia selalu doakan di setiap langkahnya ternyata mempunyai niat untuk melukai hatinya untuk kesekian kali. Semua perhatian yang Zafran berikan ternyata hanya fiktif belaka untuk mengelabui Syakila.

Sampai akhirnya tubuh Syakila merasa lemas dan menghentikan semua pemberontakan. Memilih menangis dalam dekapan Zafran dengan suara yang begitu lirih.

"Maaf Kil, maafin Kaka." Sebelum dirinya benar-benar terlelap, Syakila bisa mendengar itu semua dan merasakan sebuah kecupan di kepalanya. Merasakan tubuh Zafran yang bergetar menumpahkan semua kesedihan juga menyesal atas perbuatannya.

To be continued
Jkt, 18 Juli 2024

Sedih ya liat Syakila di gituin. Gemes sendiri sama Umi Selvi. Komen dong gais harus di apain orang-orang itu🔥

Hijrah Syakila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang