Zafran masih berusaha menetralkan emosinya. Kini keduanya duduk di ruang tengah dengan suara isakan Syakila yang terdengar."Jadi kapan kamu mau jelasin." Suara berat itu selalu mengintimidasi Syakila secara tidak langsung.
"Mas.."
"Saya gak butuh basa-basi Syakila."
Helaan nafas berat terdengar, tapi Zafran sama sekali tidak perduli. Ia tidak pernah mau mengasihani penghianat.
"I-i-itu... Dia namau Malik. Aku kerja sama dia."
"Jadi pemuas nafsu?" Syakila menggeleng berusaha membantah itu semua.
"Pantes Cantika bilang saya di begoin kamu. Semuanya udah jelas Syakila, keluar kamu!" Zafran menyeret Syakila, tapi perempuan itu memohon memeluk kakinya.
"Hiks... Ka aku terpaksa. Aku butuh uang hiks waktu itu. Iya emang anak yang pertama kali aku kandung itu bukan anak kita. Tapi aku berani bersumpah anak yang aku kandung sekarang anak Kaka. Kaka tau kan gimana pergaulan aku dulu, seharusnya Kaka ngertiin aku." Zafran berjongkok dan meremas dagu Syakila.
"Itu masa lalu kamu, bukan saya. Beraninya kamu fitnah sama saya dan bikin pernikahan saya sama Maryam hancur HAH!?" Suara yang akhir-akhir ini terdengar lembut sekian kembali mengeras. Otot-otot diseluruh tubuh Zafran menegang menahan amarah.
Syakila menatap kecewa. Ia pikir Zafran sudah benar-benar mencintai nya dan melupakan Maryam, tapi apa?
"Kamu nyesel nikah sama aku?" Tanya Syakila lirih.
"IYA!" Zafran mengacak rambutnya frustasi, memalingkannya pandangannya dari Syakila agar tidak terhasut wajah sok polos perempuan itu.
"Saya akan ceraiin kamu Syakila. Kamu beresin barang-barang kamu sekarang dan saya akan antar kamu kerumah. Sekalian kita masih di Jakar-"
"Gak! Aku gak mau! Aku bakal bunuh diri kalo mas bener-bener ceraiin aku!" Syakila tidak main-main dengan ucapannya dan berlari ke arah dapur, mengambil pisau dan mengarahkan ke perutnya.
Zafran panik. Syakila orang yang gak pernah main-main sama ucapannya. Dia perempuan gila.
"Istighfar Syakila, jangan nekad. Walaupun kamu mau berbuat apapun saya gak perduli. Keputusan saya tetap sama!" Zafran berjalan keluar apartemen sebelum sebuah suara membuat ia membalikkan langkahnya.
Sret...
"Akh..."
"Syakila!" Perempuan itu benar-benar menggoreskan pisau di tangannya. Darah bercucuran membuat Zafran panik. Dengan segera ia membawa Syakila ke rumah sakit di bantu dengan keamanan apartemen.
Syakila ditangan dengan cepat oleh dokter. Dan perempuan itu membutuhkan 5 jaitan di tangannya.
"Syukurnya pasien bisa di selamatkan. Pak, sebagai suami anda harus selalu antisipasi karena perempuan yang hamil cenderung sering tertekan, sehingga kadang bisa menyakiti diri mereka sendiri." Setelah mengetahui kabar Syakila, Zafran memasuki ruangan inap. Disana Syakila terlihat memandangi ke arah jendela luar dengan tatapan kosongnya.
"Kamu gila ya?"
Syakila menangis mendapat cacian itu. Ia kembali merasakan dirinya adalah penyebab dari semua permasalahan.
"Sama tingkah kamu kaya gini saya semakin yakin buat ceraiin kamu Kil. Kamu masih kekanakan dan belum siap jadi seorang ibu."
Syakila menatap Zafran dengan mata merahnya, "Kalo mas berani ceraiin aku. Aku gak segan-segan buat buka kasus dan viralin kelakuan umi mas. Dan aku juga akan laporin mas masalah kdrt, dimana mas pernah tampar aku waktu itu. Aku punya semua bukti mas." Zafran mengepalkan tangannya menatap marah ke arah Syakila.
"Aku, gak mau hancur sekalian. Aku bakal bikin pesantren dan sekolah keluarga kamu hancur dengan kematian dan surat wasiat aku buat."
"Gila kamu Kil." Zafran memilih keluar meninggalkan Syakila, untuk meredamkan amarahnya.
Syakila mengerus perutnya, ia harus merasakan kepahitan hidup kembali. Kehidupan yang bahagia beberapa bulan terakhir sirna.
"Bunda ngelakuin ini biar adek ngerasain keluarga yang utuh." Lirih nya sambil terisak.
"Jangan pernah benci bunda ya dek."
***
Kabar bahwa Syakila bukan mengandung anaknya saat kehamilan pertama sudah Zafran ceritakan kepada Abi dan Umi nya. Selvi sudah sangat geram mendengar cerita dari suaminya.
"Terus kenapa mas Zafran gak pisah aja bi?"
"Gak segampang itu mi. Syakila ngancem bakal laporin kelakuan umi waktu itu dan buat usaha keluarga kita hancur."
Selvi dengan refleks menghentakan kakinya, kesal. Orang tua mana yang tidak kesal kalau anaknya di permainkan? Memang firasat seorang ibu tidak akan pernah salah.
"Kan umi udah bilang waktu itu, kalian gak percaya sih. Sekarang kalo begini kejadiannya kan repot."
Ibrahim mengelus pundak istrinya itu, menenangkan Selvi sebelum semakin meledak. "Sabar mi, nanti kalau mereka udah pulang kesini kita interogasi Syakila ya?"
"Kalo gitu suruh cepet pulang aja. Lagian proyek di Jakarta juga udah selesai kan?"
"Iya-iya mi, Abi suruh pulang mereka. Tapi berita ini jangan dulu menyebar ke yang lain ya?"
Selvi mengangguk pasrah dan menuruti suaminya. Liat saja nanti Syakila, habis kamu saya saya.
To Be Continued
Jkt, 22-05-24
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Syakila
Teen Fictionseharusnya Syakila sudah tau konsekuensi dari apa yang ia lakukan untuk memenuhi ambisinya memiliki Zafran, Seorang Gus muda dari pondok pesantren Al-Zaziyah. Berawal dari berteman yang saling mengenal lewat sosial media dan mempelajari, juga bimbi...