HS: 34

194 29 5
                                    


Syakila tersadar dari pingsannya dan kembali menangis tersedu-sedu. Dirinya sudah berada di kamar sekarang, entah siapa yang mengangkatnya. Rasa sakit mulai ia rasakan di sekujur tubuhnya.
Syakila sudah tidak tahan, di pikirannya saat ini hanya ada suaminya. Syakila hanya ingin kembali pada Zafran, tidak perduli keluarga suaminya itu menolak.

Syakila mengambil ponsel nya dan membuka tombol blokir di kontak Zafran. Dengan tangan gemetar dan takut ia menekan nomor itu. Berkali-kali tidak ada jawaban sampai ia pasrah dan hanya bisa menangis tanpa suara.

"Ka Zafran, Kila mau pulang. Kila sakit disini..." lirihnya.

Sampai sudah dititik putus asa, handphone nya kembali berbunyi dengan nama Zafran yang tertera. Dengan cepat Syakila mengangkat panggilan itu.

"Ka Zafran--" Belum selesai bicara tetapi Syakila kembali menangis, menumpahkan semua rasa sakitnya. Suara Zafran terdengar khawatir dan memanggil nama nya berkali-kali.

"M-maafin Kila, hiks... Kila mau pulang, Kila kesakitan." Hanya kalimat itu yang Syakila bisa sebutkan sambil terisak-isak, sesekali menutup mulutnya takut ibu nya akan marah saat mendengar tangisannya.

"Kila di rumah."

"Kaka lagi ada di Jakarta, Kamu siap-siap ya, Kaka jalan sekarang ya, sayang." Syakila hanya bisa berucap syukur, entah kebetulan atau takdir Allah, Zafran bisa membawanyya lebih cepat dari sini.

"Terimakasih ya Allah."

Mendengar isak tangis istrinya yang tidak berhenti membuat Zafran khawatir. Dengan cepat ia meminjam mobil pribadi keluarga Malik yang sengaja ditinggal di Jakarta. Mobil Fortuner hitam itu mulai membelah jalanan kota Jakarta di malam hari.

Sesampainya ia di kediaman Syakila dengan cepat Zafran berlari dan alangkah terkejutnya saat melihat wajah Syakila yang penuh dengan lebam merah. Zafran membawanya kedalam pelukan, membuat Syakila kembali menangis.

"Kita izin sama ibu dulu ya."

"Ibu lagi pergi Ka, aku udah bilang sama adik aku."
Zafran membantu membawa koper Syakila. Selama perjalanan menuju mobilnya banyak tatapan yang mengarah kepada mereka berdua dan bisikan-bisikan jahat tentang Syakila.

"Itu suaminya? Ganteng, tapi kok masih mau balik ya sama perempuan murahan gitu, kaya ga ada perempua lain."

"kena pelet kali."

Disepanjang perjalanan, istrinya hanya menatap keluar jendela sambil menangis. Zafran tidak tega, ia menggenggam tanggan Syakila untuk menenangkan dan mengusapnya lembut.

Zafran memutuskan untuk membawa Syakila ke hotel tempat ia menginap. Sebelumnya sampai Zafran sempat mampir ke apotek untuk membeli beberapa obat.

Zafran duduk di samping Syakila memberikan segelas air minum. "Kila bisa ceritain ke Kaka kalo Kila siap."

"Makasih ka, udah bawa Kila pergi dari lingkungan jahat itu." Saat Syakila mulai tenang, Zafran perlahan mengobati luka yang ada di wajah istrinya sambil mendengarkan apa yang terjadi.

"Dan ternyata ibu gak suka Kila bela itu semua, karena bagi ibu, itu semua fakta. Kila dipukul pakai hanger dan ikat pinggang." Zafran yang melihat Syakila akan menangis segera memeluk istrinya.

Selama mendengarkan cerita Syakila pria itu hanya bisa menahan amarah dan kesedihannya. Zafran pikir selama ia jauh dari Syakila, istrinya akan baik-baik saja. Tapi dugaan nya salah besar, Syakila dan anaknya harus mendapat perlakuan tidak baik dari keluarganya sendiri.

Zafran membantu mengganti pakaian Syakila dan ia pikir luka istrinya hanya ada di area wajah, tetapi di bagian punggung dan perut nya banyak sekali tanda lebam keunguan.

Hijrah Syakila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang