HS : Delapan

1.3K 67 11
                                    

Kalau ada typo mohon di komen

🔖 Happy Reading 🔖

"Desain Rumah ini permintaan langsung dari Maryam.  Karena awalnya  rumah ini diberi abi untuk pernikahan saya dan Maryam. Bukan kamu." 

"Dan jangan pernah berharap saya mau ngelakuin apa yang kamu minta Syakila."

***

     Syakila sudah rapih dengan gamis nya. Gamis biru ini ia dapatkan di dalam lemari di kamar mereka. Mungkin Zafran sudah menyiapkannya untuk Syakila.

Perut nya terasa lapar, dengan cepat ia berjalan turun menuju dapur, dan melihat seorang paru baya yang tengah sibuk memasak.

"Ning Maryam? masya allah ning cantik sekali kalau gak pakai cadar." Puji ibu itu. Syakila yang heran hanya  tidak memperdulikan itu dan lebih memilih duduk di meja makan.

"Bi, siapin aku makanan. Aku lapar." Yang di panggil merasa heran dengan nada bicara yang Syakila keluarkan. Maryam yang ia kenal lemah lembut dn memilki sopan santun yang tinggi, tapi kenapa sekarang berubah? Apa karena sudah menjadi istri dari Gus Zafran?

"B-baik Ning, sebentar."  Dengan tergesa-gesa asisten rumah tangga yang biasa di panggil mbok Karni segera mengambilkan beberapa hidangan yang sudah siap.

Sedangkan Syakila hanya tersenyum senang. Ternyata begini menjadi orang kaya dan mempunyai asisten rumah tangga, jadi bisa tinggal perintah aja dan ia bisa duduk dengan tenang.

"Gus Zizan di mana ya, bi?"

"Sepertinya di pondok Ning. Gus Zizan kan biasa mengimami sholat magrib dan subuh di masjid."

Syakila menikmati makanan nya dan berleha-leha menikmati fasilitas yang ada di rumah ini, sampai lupa kalau ia belum menunaikan sholat Magrib.

"Bi tolong ambilin air." Mbok Karni yang baru menyelesaikan cucia piring nya segera bergegas mengambilkan air untuk Syakila.

Mbok Karni yang belum tau kebenarannya menganggap Maryam banyak sekali berubah. Sekarang tanpa ragu Maryam berani memerintah nya, walaupun Mbok Karni memang sadar bahwa ia seorang asisten rumah tangga.

Dengan cepat Mbok Karni membawakan segelas minuman dingin kehadapan Syakila, yang tengah asik menonton tv sambil menikmati buah.

"Syakila!" Bentakan Zafran membuat keduanya terkejut. Syakila segera membenarkan posisi duduknya dan tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Ngagetin aja ka Zafran."

Zafran berjalan marah kearah keduanya, "berani banget kmu suruh-suruh Mbok Karni! Mana etika kamu?"

"G-gus maaf, ini bukan Ning Maryam?" Mbok Karni bertanya dengan hati-hati agar tidak memperkeruh suasana.

"Bukan mbok. Dia hanya orang asing yang mengagalkan pernikahan saya dengan Maryam. Dia bukan bagian dari keluarga Malik." Ucapnya tegas.

"Astaghfirullah, ternyata mbok salah orang. Mbok kira ini Ning Maryam. Makanya Mbok heran kenapa Ning Maryam berubah jadi tidak beretika." Syakila yang merasa tersindir menatap tidak percaya kepada Mbok Karni.

"Maksud mbok aku gak punya etika?" Tantangnya sambil berdiri menghadap mbok Karni dengan suara lantang.

Zafran terlihat geram mendengarnya. "Syakila!" "Mbok boleh pulang, istirahat yang cukup ya."

Setelah memastikan Mbok Karni pulang dengan selamat, Zafran lalu menarik tangan Syakila ke kamar mereka. Menghempaskan perempuan itu yang jatuh tersungkur.

"Jangan merasa berkuasa Syakila. Ingat posisi, kamu disini bukan siapa-siapa." Syakila terdiam bisu. Zafran yang ia kenal lemah lembut seolah berubah menjadi seorang monster yang mengerikan.

"Mbok Karni kan memang art ka. Itu memang tugas nya dia." Dengan amarah yang tidak bisa di bendung, Zafran tanpa sadar mencekik Syakila tanpa rasa tega.

"Denger ya. Saya yang sudah bertahun-tahun mempekerjakan mbok Karni tidak pernah sekalipun menyuruh dengan tanpa etika dan tata Krama." Nafasnya tercekat karena cekikan yang diberikan Zafran. Kedua pasang mata itu saling bertatapan.

Syakila ketakutan. Kepalanya menjadi pening. Oksigen di dalam tubuh nya seperti mau habis. Syakila menepuk-nepuk tangan Zafran. Dengan kasar Zafran melepaskan cekikan itu dan keluar meninggalkan Syakila yang menangis.

"Maafin Kila, ka Zafran." Ucapnya dengan tersedu sedan menatap kepergian suaminya.

Syakila meraup oksigen sebanyak-
banyaknya, menetralkan dirinya. Pusing yang ia rasakan semakin menjadi-jadi. Dengan tergopoh-gopoh Syakila menaiki kasur nya merebahkan diri.

Air mata sudah tidak bisa ia tahan. Sekeras apapun ia berusaha agar terlihat kuat, nyatanya ia hanya seorang perempuan lemah yang bisa hancur kapanpun.

"Ibu sakit."lirihnya sambil mengusap leher sepertinya memerah. Meninggalkan beberapa luka.

***

Kini Zafran tengah berdiri di depan sebuah masjid. Tujuannya kesini adalah untuk menemui Maryam yang tengah mengisi kajian khusus akhwat.

Terlihat Maryam yang keluar dengan beberapa orang yang tidak selesai menyalimi tangannya. Dengan cepat mobil Zafran bergerak maju menuju tempat Maryam. Dengan sekali klakson membuat atensi Maryam teralihkan, dan ia sangat hapal dengan sang pemilik mobil.

Maryam tidak kunjung naik. Baginya haram untuk berduaan dengan yang bukan mahram. Setelah melihat kebingungan Maryam, Zafran mengetikan beberapa pesan sehingga meyakinkan Maryam untuk masuk ke dalam mobilnya. Tetapi Maryam memilih untuk duduk di kursi belakang pengemudi.

Zafran membawa mereka kesebuah restoran dekat teman Maryam mengisi kajian. Kecanggungan terjadi di mobil tadi.

"Kita makan dulu ya, pasti kamu belum makan." Maryam diajarkan sedadi kecil untuk tidak menolak ajakan apapun yang bersifat baik dan tidak menjerumus. Maka dengan sukarela ia menyanggupi permintaan Zafran.

"Gimana tadi kajian nya? Tentang apa?"

"Lumayan seru. Tadi kita bahas tentang adap perilaku seorang istri kepada suami."

Zafran tersenyum mendengarnya. Maryam memang belum berada di fase menjadi seorang istri. Tetapi dengan menuntut ilmu Maryam menjadi lebih tahu dan siap menjadi seorang istri. Bahkan dalam Qur'an surat Al-Mujadalah ayat 11, yang berisi Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

"Masya Allah bagus banget topik nya."

Maryam sudah terlihat lebih mencair dari sebelumnya, mereka sudah mulai banyak menceritakan hal-hal lucu, yang membuat mereka tertawa sendiri. Atau bahkan sesekali membahas tentang penafsiran Al- Qur'an.

Bahkan jika orang disekitar melihat, keduanya seperti pasangan baru yang sedang di madu kasih.

Kesenangan itu berakhir setelah terdapat panggilan dari handphone Zafran, dengan nama sang istri yang tertera di layar. Maryam yang mengetahui itu berdeham, membuat Zafran mematikan ponselnya.

"Udah cukup malam, mas. Aku mau pulang.
Kasian juga Syakila di rumah sendirian. Aku pamit ya, aku udah pesan taxi online. Assalamualaikum." Pamit nya sambil terburu-buru.

Zafran tidak sempat menghalangi langkah Maryam karena suara panggilan yang tidak kunjung berhenti.

To Be Continued
Jkt, 13-03-24

Hijrah Syakila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang