HS: 35

377 34 9
                                    


Keduanya kini duduk di restoran hotel sambil menyantap sarapan mereka. Syakila tidak banyak berbicara dan terkadang memainkan sarapannya. Hal ini membuat atensi Zafran teralihkan kepada istri kecilnya. Tidak ada senyuman atau energi semangat yang biasa Syakila tunjukan. Bahkan saat keduanya saling merengkuh sebelum pergi sarapan, Syakila meringis sakit karena luka di belakang punggunya.

"Kil, makanannya kenapa di mainin gitu? anak kita gak suka makanan nya?"

anak kita

Saat keduanya sudah di ambang perpisahan Zafran masih bisa mengatakan itu, membuat Syakila tersenyum kecut lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Kila cuman ngerasa lagi gak nafsu makan."

"Kamu mau makan apa? Nanti kaka beliin di luar."

"Enggak usah ka, nanti kalo Kila laper, Kila beli sendiri. Kaka harus siap-siap ke bandara, gak perlu khawatirin Kila lagi." Jawabnya sambil sedikit tersenyum.

Dan tidak ada pembahasan lagi setelahnya. Zafran kembali fokus dengan makanannya dan Syakila yang menatap pandangan di luar jendela. Matanya menatap sekeliling, dan tertuju pada satu keluarga kecil yang sedang menikmati sarapan mereka. Sang ayah bergantian menyuapi balita yang duduk di kursi makannya, sedangkan sang ibu menikmati makanan nya sambil sesekali menyuapi suaminya.

Syakila terkejut saat Zafran menarik kursi dan duduk di sampingnya, menyuapi Syakila dengan menu sarapannya. Zafran tahu apa yang Syakila rasakan, dan hal ini membuat hati kecilnya terasa ngilu.

"Ka Zafran ngapa--"

"Aaaa..." Walaupun bingung Syakila tetap menerima suapan itu. Zafran terkekeh saat melihat saus steak yang mengotori wajah nya. Ia mengambil handphone dan memotret Syakila. Hal itu membuat Syakila terkejut dan tertawa melihat hasilnya.

Zafran mengelap sisa saus itu dengan tisu membuat Syakila terdiam menikmati pemandangan ini. Mungkin sehabis ini tidak akan ada lagi sikap manis Zafran ataupun wajah tampannya yang bisa Syakila pandangi dengan bebas.

"Abi gak sabar ketemu adek, sehat-sehat ya di dalam perut bunda." Ujar nya sambil mengelus perut Syakila dan di akhiri dengan kecupan.

Semua perlakuan manis ini adalah bentuk salam perpisahan yang Zafra berikan utuk dirinya. Sebab suatu saat perlakuan manis ini akan dicurahkan pada istri Zafran sesungguhnya. Yang dimaksud sesungguhnya disini adalah, yang Zafran cintai, yang keluarga besar Malik menerimanya dan sah dimata hukum dan negara. Sedangkan Syakila tidak memenuhi ketiga Syarat sederhana itu.

Syakila memeluk suaminya itu dengan erat sambil menahan air matanya yang berusaha keluar. Syakila sudah lelah untuk menangis, ia berjanji setelah ini akan kuat untuk diri sendiri dan anaknya.

"Kamu perempuan hebat Kil, udah ya jangan nangis lagi, kasian baby nya." Zafran mengelus pundak istrinya dengan lembut. Jika kalian ingin tahu, Zafran juga menahan tangisnya agar Syakila tidak merasa sedih.

***

Syakila membantu Zafran untuk merapihkan pakaiannya dan mengemasi beberapa barang yang akan di bawa. Syakila tidak mengemasi barangnya karena Zafran memperpanjang reservasi selagi menunggu kunci apartemen. Mereka keluar hotel pukul 9 dan menunggu jemputan Zafran di lobby. Sedari tadi tangan mereka saling menggenggam. Syakila benci perpisahan. Cuaca Jakarta pada hari ini juga sedikit mendung seperti mengetahui isi hati Syakila.

Saat sebuah mobil berhenti di hadapannya Syakila mengigit bibir ketakutan. Benar ini mobil yang akan Zafran tumpangi. Bahkan saat pria itu ingin melepas tangganya hendak memasukan koper ke dalam mobil, Syakila menggeleng dengan mata berkaca-kaca.

Dan akhirnya semua barang Zafran di masukan oleh supir, sedangkan pria itu menangkup wajah Syakila, mencium pelipis perempuan itu sedikit lama, menciumi tangan mungilnya dan perut buncitnya.

"Jaga diri baik-baik ya, Kil." Seolah seperti pelukan terakhir mereka, Syakila memeluknya dengan begitu erat menumpahkan semua kesakitannya. Tidak perduli saat Zafran membalas pelukannya dan mengenai luka di tubuhnya.

Dengan langkah yang terasa sulit Zafran masuk ke dalam mobil melepaskan pelukan dan genggaman mereka. Gerimis mulai turun beriringan dengan air mata Syakila. Angin kencang menghembus menabrak setiap jengkal tubuhnya yang rapuh.

Saat mobil yang Zafran tumpangi sudah berjalan meninggalkan hotel Syakila tidak bisa berbuat apapun, sampai hujan turun dengan deras ia menerobosnya dan mengejar mobil Zafran.

"Ka Zafran...."Teriak nya sambil menangis berlari mengejar mobil.

"Ka Zafra jangan tinggalin Kila, hiks." Kaki nya yang mulai membengkak karena kehamilannya berlari dengan tergopoh-gopoh mengejar sang suami.

Banyak dari mereka yang melihat aksi Syakila seperti dalam scene-scene drama ataupun telenovela mengejar cinta sejati. Tidak ada yag memberhentikan aksinya sampai ia terjatuh tersungkur tidak kuat lagi berlari.

***

Zafran memejamkan matanya berusaha menahan air mata yang siap jatuh kapan saja. Ia tidak sanggup untuk melihat keadaan di belakang. Zafran berusaha memantapkan hatinya atas keputusan yang ia ambil.

"Pak." Panggilan dari supir membuanya membuka mata.

"Sepertinya istri bapak berusaha mengejar mobil ini." Dengan terkejut Zafran menolehkan kepalanya. Syakila benar-benar menerobos hujan mengejar mobilnya. Zafran kembali menghadap kedepan berusaha tidak perduli.

"Terus jalan aja pak." Hati dan mulutnya tidak berjalan searah. Saat lampu merah menyala Zafran menoleh kembali kebelakang memastikan sejauh apa Syakila mengejarnya. Hingga ia melihat istrinya itu terjatuh tersungkur membuat Zafran terkejut dan bergegas membuka pintu mobil, ikut menerjang hujan menghapiri Syakila.

Melihat kehadiran Zafran di depannya, Syakila tersenyum dalam tangisnya, "Kamu ngapain Syakila? Ini hujan nanti kamu bisa sakit."

Syakila tidak bisa menjawab dan hanya mengelus wajah suaminya dengan lemas. Lampu lalu linta kembali hijau, denga cepat Zafran menggendong Syakila dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Kaki nya masih gemetar di tambah tubuh yang basah kuyup. Giginya berkali-kali gemertak menahan dingin.

"Kila boleh ya, ikut Kaka." pinta nya dengan suara yang gemetar kedinginan sambil memeluk tubuh nya sendiri.

***

Perjuangan Syakila dengan aksi nekat nya tidak sia-sia. Setelah mengambil semua barang di tinggalkan di hotel dan mengganti pakaiannya, Syakila ikut terbang dengan Zafran ke Purwokerto. Di dalam pesawat Syakila hanya menatap ke luar jendela dengan kepala yang bersandar di kursi sampai terlelap.

"Astagfirullah, kamu demam Kil." Ujar Zafran pelan saat mengecek tubuh istrinya.

Perjalan Jakarta-Purwokerto tidak terlalu banyak memakan waktu, mereka sampai di jam 2 siang. Keduanya memutuskan untuk makan di restoran yang ada di dalam bandara.

"Makan yang banyak ya sayang, pasti cape kan ngejar kaka tadi?"

To Be Continued
Syakila the real Cegilnya Zafran. Untung bayi nya gak kenapa-napa. Kalian jangan bucin kaya Kila ya😅 Segitu dulu, bye!!!

Hijrah Syakila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang