"Pergi dari sini dan minta pertanggung jawaban sama cowok yang sudah berani melakukan itu!"
Dan disinilah Syakila berada, stasiun Purwokerto. Beberapa hari yang lalu Syakila resmi di usir dari rumah atau mungkin sekarang namanya sudah dicoret dalam kartu keluarga. Semua itu Syakila lakukan untuk kebaikan dirinya sendiri. Menurut pemikiran sempit perempuan itu.
Kakinya melangkah ke arah kursi kosong di luar stasiun, menatap orang lalu lalang dengan tujuan mereka masing-masing tidak seperti dirinya. Sebenernya Syakila juga tidak tahu mengapa harus memilih Purwokerto sebagai tempat tujuan setelah di usir keluarganya. Padahal ia tidak punya kerabat disini. Syakila membelalak sambil tersenyum ketika mengingat seseorang. Dengan cepat tangannya mengambil handphone menghubungi seseorang.
Walaupun tidak punya kerabat Syakila ingat punya teman disini. Dan kebetulan sekali, temannya itu anak pemilik pondok pesantren yang ada di Purwokerto. Jadi Syakila pikir ia bisa menumpang sebentar sebelum mencari tempat tinggal sementara disini.
Syakila dan Zafran saling mengenal melalui sosial media, seperti aplikasi untuk mencari soulmate online. Saat itu Syakila hanya iseng memilih fitur telpon secara anonim dan belum sempat berbicara dengan seseorang itu, Syakila sudah menutup panggilannya. Tanpa disangka orang itu mengirim pesan kepadanya.
Singkatnya mereka begitu cocok untuk menjadi seorang teman curhat dan memutuskan beralih ke platform Instagram.
Disanalah Syakila tau kalau Zafran adalah seorang anak pemilik pondok pesantren di Purwokerto dan biasa di sapa dengan panggilan Gus. Sebenarnya Syakila cukup asing dengan panggilan tersebut karena ia berasal dari kota. Sangat jarang mendengar istilah itu. Paling ia hanya tau Gus Samsudin yang viral karena main serang-serangan secara gaib bersama pesulap merah.
Kalo ditarik garis mundur, Kedua nya pernah memutuskan bertemu di Jakarta saat dua tahun dan beberapa bulan yang lalu. Alasannya karena temannya itu ingin kabur saat di jodohkan dengan seseorang dan mengaku belum siap untuk menikah. Jadi, dia kabur dan meminta bantuan Syakila menjadi tour guide Zafran di Jakarta.
"Kila." Panggilan itu membuat lamunan Syakila buyar dan tersenyum sambil menatap seseorang di depannya.
Syakila bangun hendak memeluknya, "Ka Zafran, Kila kangen banget." Pria di depannya itu dengan refleks mundur beberapa langkah karena tingkah Syakila.
Melihat itu Syakila mengerucutkan bibir tidak suka. "Mentang-mentang udah balik ke habitatnya sok alim. Kemarin aja pas ketemu pegang-pegang." Cibir Syakila.
"Dulu khilaf, sekarang udah taubat." Jawabnya sambil terkekeh.
Zafran memilih duduk di samping Syakila, menatap perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. "Kenapa kok bisa di usir? Kamu ngelakuin apa lagi? Pasti fatal banget ya?"tanya Zafran dan tidak digubris oleh Syakila. Zafran memberikan ruang kepada perempuan itu agar menceritakan masalah nya tanpa menghakimi terlebih dulu. Walaupun firasatnya sudah mulai tidak enak.
"Nanti aja aku ceritanya, sekarang ayo ajak aku jalan-jalan dulu. Aku mau berburu kuliner disini." Mendengar antusias Syakila membuat Zafran tersenyum. Syakila nya tidak pernah berubah. Masih tetap ceria walaupun nama nya sudah tidak aman di dalam kartu keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Syakila
Genç Kurguseharusnya Syakila sudah tau konsekuensi dari apa yang ia lakukan untuk memenuhi ambisinya memiliki Zafran, Seorang Gus muda dari pondok pesantren Al-Zaziyah. Berawal dari berteman yang saling mengenal lewat sosial media dan mempelajari, juga bimbi...