سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Kalau ada typo mohon di komen
🔖 Happy Reading 🔖
Sambutan hangat Alam dapatkan dari keluarga Chaniago pemilik pesantren Tahpuz. Dirinya di tugaskan Abah untuk menghadiri undangan sebagai perwakilan Pesantren Al-Zaziyah.
"Kyai Adam apa kabar lam?" Tanya Kyai Said, anak dari Kyai Mukhtar.
Alam menyalimi tangan calon mertuanya dan duduk setelah di persilahkan. "Alhamdulillah baik kyai."
"Mau ketemu Zahra?" Nyai Laila datang menggoda Alam dari arah dapur dengan membawa beberapa minuman dan makanan yang di hidangkan.
Perjodohan antara Alam dan Zahra sudah pria itu ketahui kemarin sebelum berangkat ke Padang. Alam tidak masalah, walaupun ia tidak tahu sosok Zahra perempuan yang seperti apa. Ia percaya jika Abah yang menjodohkan.
Alam hanya bingung untuk merespon seperti apa. Walaupun ini bukan kali pertama ia berkunjung ke pesantren Tahpuz, tetapi Alam tidak pernah melihat sosok Zahra yang ingin di jodohkan olehnya.
"Gak perlu umi. Biar nanti saat khitbah saja."
Nyai Laila hanya tersenyum mendengarkan. Alam memang pemuda yang taat agama dan menikahi anak nya bukan karena nafsu. Tidak sedikit orang yang melamar Zahra hanya karena kecantikan dan sifat yang di punyai putrinya.
Setelah mengobrol panjang, Kyai Sait mengajak Alam untuk berkeliling pesantren. Alam sangat menikmati pemandangan yang ada. Gunung-gunung di seberang, udara sejuk, dan desiran ombak membuat pria itu merasa nyaman.
"Alam, saya mau kesana sebentar ada urusan. Kamu boleh liat-liat lagi kalau mau, nanti setelah ba'da Maghrib kita ketemu lagi di Masjid ya?"
"Baik Kyai." Alam bersalaman kepada kyai Sait sebelum pergi meninggalkannya.
Kakinya melangkah menelusuri pesantren yang sudah banyak berubah, tanpa sadar langkahnya sudah memasuki pondok putri.
Alunan suara seorang perempuan mengumandangkan ayat-ayat Allah. Dengan hati yang berdesir dan perasaan sedikit penasaran, Alam mengintip siapa sang pemilik suara."Jadi pada saat Yaa Ayyuha, Hukum tajwidnya Mad Jain Munfashil alasannya huruf mad bertemu hamzah di lain kalimat. Cara bacanya dipanjangkan 2, 4, hingga 6 harakat." Seorang perempuan dengan beberapa santri di belakangnya. Sepertinya sedang ada kelas tajwid atau hafalan.
"Na'am?"
"Na'am Ustadzah."
"Kalau gitu pelajaran cukup sama disini. Kalian siap-siap ya, mandi pakai wangi-wangian untuk sholat Maghrib." Setelah kelas itu di tutup, beberapa santriwati meninggalkan tempat yang tadi mereka singgahi.
Alam memilih menunggu untuk melihat perempuan seperti apa yang tadi mengalunkan ayat suci dengan begitu indahnya. Sampai perempuan itu selesai merapihkan barang-barangnya dan melangkah keluar, dan terkejut melihat Alam yang berdiri di depannya.
"Assalamualaikum, ada yang bisa saya bantu?"
"Waalaikumsallam. Saya tadi berniat buat jalan-jalan melihat pesantren tapi nggak sengajak denger suara kamu baca surat An-nisa." Perempuan itu hanya terkekeh malu.
"Tadi itu kamu pakai nada-"
"Jiharkah." Perempuan itu memotong ucapan Alam dan menjawabnya dengan yakin. Alam tersanjung mendengarnya.
"Mau saya bantu untuk pesantren tour? Pesantren kami punya beberapa view yang luar biasa cantiknya dan jarang orang lain tau."
Alam menyetujuinya dan membiarkan perempuan itu untuk memandunya. "Nama saya Alam." Ujar Alam berusaha membuka obrolan, perempuan di depannya hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Syakila
Teen Fictionseharusnya Syakila sudah tau konsekuensi dari apa yang ia lakukan untuk memenuhi ambisinya memiliki Zafran, Seorang Gus muda dari pondok pesantren Al-Zaziyah. Berawal dari berteman yang saling mengenal lewat sosial media dan mempelajari, juga bimbi...