Chapter 15

3.6K 269 160
                                    

PASTIKAN UNTUK SELALU VOTE DAN KOMENTAR DI BARIS KALIMAT.

HAPPY READING BESTIE🤍

-------------------------------------------------------------

Aku percaya, Allah mempunyai takdir terbaik bagi hambanya. Kalau pun suatu saat nanti kamu ditakdirkan untukku, Allah pasti akan kembali menyatukan kita berdua.

— Pelabuhan Hati —

@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Usai mengantarkan keluarga dari Jerman dan teman-teman geng Black Glory ke bandara. Aku langsung dibawa pergi ke rumah baru Bang Al untuk tempat kita tinggal. Tidak hanya kami berdua, melainkan Papa dan keluarga Bang Al pun ikut mengantarkan kami.

Aku pergi satu mobil dengan Bang Al menggunakan mobil pribadinya. Selama perjalanan dia hanya terdiam dan fokus menyetir. Karena bosan, aku pun memilih tidur.

"Dek Sha, bangun."

"Dek Sha, udah sampai, bangun yuk."

Aku dapat mendengar suara Bang Al yang lembut memanggilku dengan panggilan Dek Sha. Panggilan kesayangan darinya untukku semasa kecil. Akan tetapi, setelah aku menginjak SMA dia tidak pernah memanggilku seperti itu lagi sampai sekarang. Apa itu hanya mimpi?

"Dek Sha, bangun yuk." Aku merasakan Bang Al mengelus-elus pelan pipiku dengan lembut. Sontak membuatku yang tadinya enggan membuka mata pun akhirnya terbuka. Kemudian aku tersenyum lebar menatap Bang Al.

"Shabira, bangun udah sampai!" katanya dengan nada cuek dan langsung membuang wajahnya dariku.

Senyumanku memudar melihatnya kembali bersikap cuek. Aku mengerutkan dahi karena bingung, pasalnya tadi dia bersikap lembut sembari memanggilku Dek Sha, tetapi kenapa dia kembali cuek? Benar-benar membingungkan.

"Bang Al, tadi Abang panggil Sha dengan panggilan Dek Sha, ya? Terus tadi Abang ngelus pipi Sha? Iya kan?" Aku menatapnya dengan mata berbinar cerah sembari tersenyum.

Bang Al menoleh sekilas ke arahku."Enggak."

"Pasti bohong, udah sih ngaku aja! Apa tadi Sha cuma mimpi, ya?" Aku memijit keningku benar-benar bingung.

"Masa sih cuma mimpi? Tapi mimpinya berasa nyata banget," lanjutku sembari menatapnya bingung.

Bang Al mengembuskan napasnya perlahan, kemudian berkata dengan nada cuek tanpa menatap ke arahku."Shabira cepat turun!"

Setelah mengatakan itu Bang Al langsung turun dari mobil, sementara aku memilih duduk di dalam mobil, menunggu dia membukakan pintu mobil untukku. Namun apa yang terjadi? Dia langsung pergi begitu saja meninggalkan istrinya. Benar-benar menyebalkan!

Ketika aku hendak membukakan pintu, tiba-tiba seseorang membukakan pintu siapa lagi kalau bukan Elvano.

Aku langsung keluar dari mobil, kemudian tersenyum menatap Elvano."Thank you El."

"My pleasure, princess Shabira," balasnya diakhiri senyuman.

Aku pun hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ish Bang Al, ngapain bengong? Ayo buka pintunya!"

Terdengar Kiara mengomeli Bang Al. Aku pun langsung menatap ke arah Bang Al, dan ternyata dia sedang menatap ke arahku dan Elvano. Tidak berselang lama, dia langsung memalingkan wajannya dariku. Kemudian langsung pergi membuka pintu rumah.

"Yuk Sha, masuk rumah," ajak Elvano. Aku pun mengangguk seraya tersenyum.

Kemudian kami pun berjalan berdampingan memasuki rumah bercat putih berlantai dua. Halaman depan rumah yang sangat luas saja sudah membuatku terpukau, apalagi saat memasuki rumahnya. Mataku berbinar cerah, benar-benar takjub melihat desain interior ruang tamu yang sangat bagus bertema warna monokrom.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang