Chapter 46

5.7K 542 3.2K
                                    

⚠️ Boleh emosi sama tokoh, tapi dilarang komen kata kasar yang mana komen bahasa Binatang dan bahasa yang bener2 kasar. Aku aja yang baca komentar nya istighfar. Emang gak malu ya ngetik komen bahasa kayak gitu? Perempuan loh😌

Mohon maaf kalau cerita yang kutulis ini bikin kalian emosi. Tapi aku minta kalian terus bersabar dan ikutin alurnya. Jangan dianggap serius, karena cerita ini fiksi bukan nyata🙏

⚠️ Berhubung suka gak muncul notifikasi pemberitahuan update. Aku sarankan kalian follow akun IG aku : nurhoiriah16_ dan alshasquad_ atau masuk saluran IG aku nama salurannya Blue Butterfly. Aku suka info cerita ini update di sana. Jangan lupa gabung ya salurannya 🤍

Untuk chapter selanjutnya 360 vote & 4000 komentar.

Pastikan untuk selalu vote dan komen di setiap baris kalimat biar aku semangat lanjut nulis cerita ini.

Happy Reading 🤍

----------------------------------------------------------

Melupakanmu mungkin itu yang terbaik untukku. Selama ini aku tidak pernah menyesal telah menunggu balasan cintamu dengan sabar, sekalipun yang kuharapakan tidak akan pernah terwujud. Setidaknya saat ini, aku paham artinya mengikhlaskan.

Shabira Deiren Umzey

🕊🕊🕊

Pukul sepuluh malam aku baru saja tiba di villa milik Pak Indra yang berada di daerah Pangalengan, kabupaten Bandung. Ketika keluar dari mobil aku disambut ramah oleh Pak Indra dan istrinya bernama Ibu Yanti serta Mang Ujang yang tak lain penjaga villa.

Villa berlantai dua bercat putih ini mempunyai halaman yang luas, rumput yang menghijau serta banyak pohon-pohon membuat udara malam hari ini sangat dingin, apalagi setelah turun hujan. Namun, selain udaranya sangat segar, suasananya juga tenang karena jauh dari hiruk pikuk masyarakat. Paling beberapa motor dan mobil yang lewat, itupun tidak sebanyak di pertigaan gema.

Kemudian aku langsung dibawa masuk ke dalam villa. Aku cukup terkejut sekaligus terpukau melihat villa yang sangat luas ini. Kupikir Papa menyewa villa yang hanya berisikan dua kamar, ternyata tidak.

Di lantai dasar villa ini ada ruang tengah besar, ruang santai keluarga, dua kamar tidur, dua kamar mandi dalam, dan ada dapur di belakang. Lantai dua, ada dua kamar tidur juga, dua kamar mandi dalam, dan balkon yang menghadap pemandangan hamparan kebun teh yang sangat indah.

Aku pun memilih kamar yang di lantai dua supaya bisa melihat pemandangan hamparan kebun teh tersebut. Tidak hanya itu, di belakang ada kolam renang, dan juga gazebo untuk bersantai.

"Nak Shabira, selama di sini kalau butuh sesuatu atau apapun boleh minta tolong sama Mang Ujang, ya," ujar Ibu Yanti.

"Iya Bu, sebelumnya terima kasih Ibu sama Bapak sudah jauh-jauh mau datang ke sini," balasku diakhiri senyuman.

Pasalnya Pak Indra dan Ibu Yanti tinggal di Bandung Kota. Ketika mendapatkan kabar dari Papa, aku berangkat malam ini, mereka langsung pergi ke villa Pangalengan ini.

"Nggak apa-apa Nak Shabira, saya sangat senang bisa menyambut kedatangan putri Pak Andre ke villa ini," balas Pak Indra diakhiri senyuman.

Setelah itu Pak Indra dan Bu Yanti pamit pulang. Sementara Mang Ujang, dia masuk ke dalam pos penjaga yang berada di depan villa. Ketika aku hendak masuk ke dalam villa, tiba-tiba Mang Ujang menghampiriku.

"Neng Shabira," panggilnya.

Aku pun menoleh ke arahnya. "Iya Mang, ada apa?"

"Neng, punteun saya teh mau ngasih tahu semisal neng cari saya terus saya lagi nggak ada di villa. Neng bisa pergi ke rumah saya. Rumah saya dan keluarga ada di belakang villa ini," balas Mang Ujang.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang