Chapter 24

3.2K 321 2.2K
                                    

Bestie, kalian ugal-ugalan banget kayak Shabira cepat banget tembus nya😭

Semakin cepat tembus, semakin aku tambah target komennya wkwk

Chapter selanjutnya mesti 2000 komen🤪

Btw yg baca lumayan banyak, tapi vote dikit, jangan pada pelit vote dong!

Pastikan untuk selalu vote, dan komen di setiap baris kalimat.

Happy Reading 🤍

------------------------------------------------------------

Manusia yang paling merugi adalah yang sibuk dengan aib orang lain dibandingkan aib dirinya sendiri.

— Ustadz Syafiq Riza Basalamah —

🕊🕊🕊

"BANG AL! AWAS!"

Mendengar teriakanku, dan melihat ada anak kecil perempuan di depan. Bang Al langsung mengerem mobilnya. Aku bernafas lega ketika mobil Bang Al tidak sampai menabrak anak kecil perempuan itu.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung keluar mobil menghampiri anak itu. Dia sedang berjongkok sembari memeluk lututnya. Sepertinya dia ketakutan.

"Adek, kamu nggak apa-apa?" Aku bertanya sembari berjongkok kemudian mengelus rambutnya.

Anak kecil itu hanya terdiam. Dia masih shock sepertinya. Lantas aku membantunya berdiri. Kemudian Bang Al menghampiri kami.

"Sha, dia baik-baik saja kan? Mau dibawa ke rumah sakit nggak?" tanya Bang Al dengan raut wajah khawatir.

Aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala. Kemudian aku melihat ada minimarket. Lantas aku menyuruh Bang Al untuk membelikan air minum. Sementara aku membawa anak kecil itu duduk di kursi yang tersedia di pinggir jalan.

Tidak berselang lama Bang Al datang membawa satu botol air mineral. Kemudian aku langsung menyuruh anak kecil itu meminumnya supaya dia lebih tenang.

"Luna!" Seorang Ibu tiba-tiba menghampiri kami. Dia langsung berhambur memeluk anak kecil yang bernama Luna itu. "Ya Allah Luna, Mama dari tadi nyariin kamu," lanjut Ibu itu.

"Ibu, mohon maaf tadi anak Ibu hampir saya tabrak ketika dia sedang menyebrang jalan," ucap Bang Al kepada Ibu tersebut.

"Hampir ketabrak? Kok bisa?" tanya Ibu Luna dengan wajah terkejut.

"Bu tenang dulu, jadi adek nya tadi nyebrang jalan sendirian, terus suami saya nggak ngeuh ada si adek di depan. Saya juga khawatir adeknya kenapa-kenapa, karena dia menyebrang jalan sendirian tanpa pendamping," jelasku.

"Luna, benar kamu nyebrang jalan sendirian?" tanya Ibunya kepada Luna.

"Luna tadi mau samperin penjual gulali yang didepan itu Ma," balas Luna sembari menunjukkan penjual gulali yang berada di sebrang jalan.

"Ya Allah Luna, kenapa nggak bilang sama Mama? Lain kali bilang ya, jangan nyebrang sendirian lagi," ujar Ibunya.

"Sekali lagi saya minta maaf ya, Bu," ucap Bang Al kepada Ibunya Luna.

"Iya Mas, nggak apa-apa. Saya juga bersalah karena lalai tidak mengawasinya. Tadi Luna sama saya lagi di minimarket terus dia tiba-tiba pergi tanpa sepengetahuan saya," balas Ibu Luna sembari tersenyum.

Mendengar penjelasan Ibunya Luna membuatku dan Bang Al merasa lega. Setelah itu kami mengucapkan terima kasih, lalu berpamitan pergi.

Ketika Bang Al hendak membuka pintu mobil, aku menahan pintu tersebut. Membuat Bang Al menatapku bingung.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang