Chapter 20

3.9K 299 542
                                    

Pastikan untuk selalu vote dan komen di setiap baris kalimat. Biar aku semangat.

Bisa yuk untuk Bab ini tembus 500 komen. Kalau tembus 500 komen lebih aku update cepat, tapi komen di setiap baris kalimat yaaa bestieee🤍

Happy Reading🤍

--------------------------------------------------------------

Jadilah kuat untuk semua hal yang membuatmu sedih dan patah. It's okay, just say it "qodarullah".

— Anonim —

🕊🕊🕊

Makan malam kali ini tidak seperti
biasanya yang hanya aku dan Bang Al saja, akan tetapi malam ini si Queen alias kucing kesayangan Bang Al ikut bergabung. Awalnya kucing itu duduk di samping kursi Bang Al, namun dia langsung pindah dan duduk di pangkuan suamiku.

"Dasar kucing manja," ucapku ketika melihat si Queen dielus-elus kepalanya oleh tangan kiri Bang Al. Kucing itu terlihat nampak nyaman duduk di pangkuan Bang Al.

"Dia udah biasa kayak gini Sha," balas Bang Al setelah mengunyah makanannya.

"Abang terlalu manjain si Queen, jadinya dia manja tuh," balas ku sembari memasukan satu sendok nasi ke dalam mulut lalu mengunyah nya.

Terlihat Queen menatap ke arahku, aku pun langsung menatap tajam kucing itu. Dan kucing itu membalasku dengan menjulurkan lidahnya. Menyebalkan!

"Abang, si Queen nyebelin! Dia malah melet-melet tuh lidahnya," ucapku sembari mencebikkan bibir.

Bang Al terkekeh-kekeh, setelah itu berkata,"Sha, coba kamu bersikap baik sama Queen, sayangi dia. Pasti dia bakalan nurut sama kamu."

"Bisa saja Sha kayak gitu, kalau si Queen nggak nyuri perhatian Abang. Soalnya Bang Al lebih perhatian sama si Queen, ketimbang sama Sha," balas ku setelah meneguk air minum.

Bang Al tidak merespon ucapanku, dia langsung pergi menuju kamar meninggalkanku dan Queen.

"Bang Al, kamu mau ngapain ke kamar? Ini makanannya belum habis, kamu marah?" tanyaku ketika melihatnya pergi begitu saja.

Lagi-lagi Bang Al tidak merespon. Sehingga membuatku serba salah.

"Queen, Papa kamu kenapa tuh?" tanyaku kepada kucing itu yang duduk berhadapan denganku.

Kemudian Queen langsung turun dari kursi dan langsung menghampiri. Mengendus-endus kakiku. Lantas aku mengangkatnya, dan membiarkan kucing itu duduk di pangkuanku.

"Queen, apa aku harus samperin Papa kamu?" tanyaku kepada kucing itu sembari mengelus kepalanya.

Kucing itu hanya terdiam seraya duduk santai di pangkuanku. Tidak berselang lama Bang Al kembali datang ke ruang makan. Namun, dia tidak langsung duduk melainkan menghampiri dan berdiri di belakangku.

"Bang Al, mau ngapain?" tanyaku.

Bang Al tiba-tiba memegang rambutku. Kemudian dia mengikatkan rambutku menggunakan ikatan rambut. Ternyata dia pergi ke kamar untuk mengambil ikatan rambutku. Bibirku pun langsung tersenyum.

"Aku perhatikan rambut kamu pas makan ke depan terus, jadi aku inisiatif ambil ikatan rambut ini buat ikat rambut kamu. Supaya kamu nggak ribet makannya," ucap Bang Al setelah mengikat rambutku.

Aku menoleh ke arahnya seraya tersenyum. "Makasih Sayang, nggak nyangka diam-diam kamu perhatian sama aku."

"Nggak usah geer!" balasnya dengan raut wajah jutek.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang