Chapter 43

5.4K 517 2.6K
                                    

Play lagu Fadhilah Intan - Dawai biar ngefeel 🤧

Untuk chapter selanjutnya 330 vote + 2500 komentar.

Pastikan untuk selalu vote dan komen di setiap baris kalimat 🤍

Happy Reading🤍

---------------------------------------------------------

"Ketika hatimu sedang penuh dengan kesedihan, ingatlah bahwa Allah akan memberikan kekuatan kepada hamba-Nya yang sabar."

- Anonim -

🕊🕊🕊

Hatiku semakin sakit ketika mengingat beberapa perkataan Bang Al yang tidak akan pernah menyakitiku lagi, dan tidak mau kehilanganku. Dan ternyata semua perkataannya hanyalah omongan belaka. Dia tidak menepati janjinya untuk tidak bertemu lagi dengan Nabila tanpa sepengetahuanku. Mengingat hal itu membuatku menangis tersedu-sedu sembari memeluk lutut dengan erat. Aku tidak peduli hujan terus mengguyur tubuhku.

"Kamu jahat Bang Al... aku benci kamu! Aku benci!" Aku meracau sambil menangis sejadi-jadinya dan memukuli kedua lututku.

Aku masih berjongkok sembari memeluk kedua lutut ku, meskipun tubuhku mulai kedinginan aku tidak peduli. Saat aku menenggelamkan wajah di atas kedua lutut ku. Tiba-tiba aku merasakan tubuh ku tidak terguyur lagi oleh hujan. Apa hujan sudah reda?

"Shabira, don't be sad."

Aku terkejut mendengar suara seorang laki-laki yang ku kenal, yang tak lain Elvano. Lantas aku pun mendongakkan kepala. Yang pertama kali aku lihat adalah sebuah payung berwarna hitam, yang sudah berada di atas kepala.

Kemudian aku beranjak berdiri. Betapa terkejutnya aku ketika melihat wajah seseorang yang memayungi diriku ternyata memang benar Elvano. Bahkan lelaki itu membiarkan tubuhnya terguyur hujan sambil memayungi diriku.

"El?" ucapku dengan air mata yang berlinang.

"Ayo masuk mobil," balasnya.

Aku pun mengangguk setuju. Kemudian Elvano membukakan pintu mobil depan, lantas aku pun memasukinya. Setelah itu dia memasuki mobilnya.

Elvano mengambil jas snelli lengan panjangnya yang berada di dekat kursi pengemudi. Kemudian dia menyampirkan jas tersebut di bahuku.

"Pakai Sha jas nya, nanti lo kedinginan," ujar Elvano.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Kemudian memakai jas snelli tersebut.

"Gue baru pulang kerja, eh lihat lo nangis sambil jongkok di pinggir jalan. Yaudah gue samperin," ucap Elvano. Aku hanya terdiam mendengarnya.

"Are you okay? Mau cerita sama gue, hm?" tanyanya.

"Aku mau cerita sama kamu, tapi dengan satu syarat," balasku sembari menatapnya.

"Apa?" tanyanya.

"Kamu jangan marah sama Bang Al. Apalagi berantem sama dia," balasku.

Elvano nampak terdiam beberapa saat, hingga akhirnya dia menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan ku.

"El, sebenarnya dari awal pernikahanku dan Bang Al hanya aku yang mencintai sendirian. Bang Al nggak cinta sama aku, tetapi aku mencoba bertahan dan sabar menunggu balasan cintanya. Aku juga tahu Bang Al belum move on dari Nabila," ucapku.

Elvano hanya terdiam sembari menatapku.

"Waktu dia di rawat di rumah sakit, dia bilang mau belajar mencintai aku. Aku pun mulai percaya sama dia. Bahkan, semenjak itu dia care banget sama aku, dan aku pikir dia sudah mencintaiku. Apalagi malam ini dia mengajakku dinner di restoran Hensin. Aku menunggunya berjam-jam di sana, tetapi apa? dia nggak datang. Dan ternyata dia lebih memilih datang menemani Nabila di rumah sakit tempat kamu bekerja." Aku berkata dengan air mata berlinang.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang