Chapter 42

4.7K 483 2.1K
                                    

Play lagu Mahalini - Mati-Matian biar ngefeel🤧

Untuk chapter selanjutnya 300 vote + 2000 komentar. Dan harus tembus dua-duanya, kalau tembus cepat vote & komentar nya bakalan update.

So, jangan pada pelit komen & vote 😌

Pastikan selalu vote dan komentar di setiap baris kalimat biar aku semangat lanjut cerita ini.

Happy Reading🤍

-----------------------------------------------------------

Teruntuk wanita yang terlihat baik-baik saja padahal tidak, bertahanlah di sana. Seperti halnya senja, duka pun tak berlangsung lama. Ingatlah ketika engkau merasa berada disituasi yang menurutmu rumit, "Allah tidak membebani melebihi kemampuan hamba-hambanya."

- Ummu Fatimah -

🕊🕊🕊

"Sorry Sha, gue berkata seperti itu cuma pengin ingetin lo saja. Gue nggak mau lo menyesal dan sakit hati nantinya," kata Elvano seraya tersenyum tipis.

Aku pun tersenyum miris mendengarnya. "Sejak kapan ya, El, kamu jadi hobi gosip kayak gini?"

"Sha, nggak gitu. Gue cuma ngingetin lo saja karena gue tahu yang sebenarnya," balas Elvano.

"Elvano dengar! Bang Al itu Abang kandung kamu. Kok kamu tega nuduh dia kayak gitu? Selama ini Bang Al nggak pernah loh ngejelek-jelekin kamu di belakang, tapi kenapa kamu kayak gitu?" ucapku dengan nada sedikit emosi.

Elvano hanya terdiam seraya memalingkan wajahnya dariku.

"El, aku nggak akan percaya sama omongan kamu, sebelum aku tahu kebenarannya sendiri!" Aku berkata dengan tegas.

Setelah mengatakan itu aku beranjak pergi melewati meja Bang Al dan teman-temannya sembari menatap Bang Al dan Nabila. Melihat keberadaanku, mereka berdua yang semula mengobrol pun langsung terdiam. Sementara aku, melanjutkan pergi menuju stand makanan untuk mengambil dessert.

Ketika mengambil dessert, tiba-tiba Bang Al sudah berdiri di sampingku. Aku hanya menoleh ke arahnya sekilas.

"Kamu mau zuppa soup?" tawar Bang Al.

Aku hanya menggelengkan kepala. Setelah mengambil dessert chocolate lava cake, aku mengambil satu gelas jus jeruk. Begitupun dengan Bang Al.

"Sha, sini dessert sama jus jeruknya biar aku yang bawa," ucap Bang Al.

"Nggak perlu," balasku tanpa menatap ke arahnya.

Setelah mengatakan itu aku langsung mencari meja dan kursi yang masih kosong. Usai menemukannya, aku langsung duduk di sana. Begitupun dengan Bang Al, dia ikut duduk berhadapan denganku.

"Sha, kamu kenapa?" tanya Bang Al.

Aku hanya mengedikkan kedua bahu. Kemudian memakan chocolate lave cake tanpa menatap ke arahnya.

"Aku minta maaf, kalau kamu marah karena kelamaan ngobrol bareng teman-teman aku, termasuk Nabila," ucap Bang Al.

"Kayaknya seru banget ya, ngobrol sama Nabila?" tanyaku sembari tersenyum tipis.

"Sha, aku ngobrol sama yang lain juga kok. Tadi kita cuma ngobrolin masa-masa kuliah dulu, terus bahas kegiatan sosial yang diadakan sama Firman dan Nabila. Mereka lagi open donasi, terus aku tertarik buat ikut donasi. Jadi aku tanya-tanya sama mereka," jelas Bang Al.

Mendengar penjelasannya aku percaya, tetapi aku tidak membalas apa-apa hanya terdiam sembari memakan chocolate lava cake.

"Kalau kamu nggak percaya, bisa tanya langsung sama Daffa atau Bayu," ucap Bang Al.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang