Chapter 37

5.1K 391 1.9K
                                    

Bab ini panjang banget aku nulisnya 3486 kata. Bacanya pelan-pelan biar ngefeel. 😭🤍

Pastikan untuk selalu vote dan komen di setiap baris kalimat. Biar aku semangat lanjutin nya.

Target selanjutnya 240 vote + 5000 komentar.

Happy Reading🤍

-------------------------------------------------------------

Dalam menjalani kehidupan, kita harus bersyukur kepada Allah dan jangan pernah sia-siakan apapun yang kita miliki saat ini. Sebab, hidup akan terasa nikmat apabila dijalani dengan penuh keikhlasan serta bersyukur.

— Pelabuhan Hati —

🕊🕊🕊

Terlihat Bang Al kembali memasuki kamar setelah bertelepon. Aku kembali meletakan fotoku semasa kecil ke dalam kardus seperti semula.

"Barang dari kamu yang aku simpan masih lengkap, kan?" tanya Bang Al sembari berjalan menghampiriku.

"Sha senang, Abang masih menyimpan barang-barang pemberian dari Sha. Tapi ada satu hal yang bikin Sha sedih," balasku sembari tersenyum miris menatapnya.

Bang Al nampak terkejut. Kemudian dia meraih kedua tanganku, lalu menggenggamnya. "Kenapa, hm?"

"Kenapa Abang ingin melupakan Sha?" Aku bertanya dengan lirih.

Bang Al terdiam, kemudian dia melirik ke arah kardus menatap foto kecilku. Sebelum Bang Al mengambilnya, aku yang mengambilnya terlebih dahulu. Lalu diperlihatkan kepadanya.

"See! The back of this photo says that you want to forget me. Why?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

Bang Al lagi-lagi terdiam membuatku kesal melihatnya. Entah kenapa dadaku rasanya sangat sesak sekali.

"Meskipun kamu tidak pernah membalas perasaan cintaku, tapi dulu kamu selalu bilang kalau aku seperti adikmu sendiri. Tapi, kenapa kamu mau melupakan aku? Seburuk itukah aku di hadapan kamu, sampa-sampai kamu mau melupakanku?" Air mata yang sedari tadi ditahan pun sudah mengalir deras membasahi pipi.

Melihat Bang Al hanya terdiam. Aku langsung mendorong pundaknya sembari menatap tajam dengan air mata berlinang, lalu berkata,"Kamu jahat!"

Aku langsung pergi meninggalkannya. Namun ketika memegang handle pintu untuk keluar, Bang Al langsung menarik tanganku lalu membawaku kedalam pelukannya.

"Lepasin!" Aku berkata sembari mendorong tubuhnya. Namun Bang Al semakin mengeratkan pelukannya.

"Shabira dengar! Dulu aku memang ada niat melupakan kamu dan menjauhi kamu, karena aku nggak mau menghambat study kamu. Mama Feli pernah bilang waktu kamu mau ujian nasional, bukannya belajar tapi kamu selalu cari aku. Bahkan pulang sekolah selalu datang ke tempat acara pertandingan bola basket di kampus buat lihat aku doang. Mungkin dengan cara aku melupakanmu dan menjauhimu bisa membuatmu menghindar saat itu, dan lebih fokus belajar," jelas Bang Al sembari mengelus kepalaku.

Aku terdiam sejenak. Menurutku penjelasan Bang Al kurang masuk akal, tidak mungkin dia ingin melupakanku hanya karena aku tidak mau belajar. Pasti ada hal lain yang dia sembunyikan. Lantas aku melepas pelukannya, lalu menatapnya curiga.

"Aku minta maaf," ucap Bang Al sembari menghapus air mataku.

"Bang Al, Sha nggak yakin dengan alasan Abang. Apa ada hal lain yang Abang sembunyikan sehingga dulu Abang mau melupakan Sha? Atau mungkin dulu Abang pernah cinta sama Sha?" tanyaku.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang