36. Mood Swing

1.8K 334 69
                                    

"Ya Allah, ini kenapa kalian jadi ada di mana-mana begini?"

"Kenapa sih, Ma? Biarkan saja."

"Masalahnya, Pa, ini yang komen tidak semua baik, ada yang menghujat juga."

Rendra dan Acha hanya bisa saling sikut ketika kini ulah mereka membuat ramai di kalangan keluarga. Bahkan bukan hanya keluarga, tapi juga kalangan umum. Apa yang sempat Rendra khawatirkan benar terjadi. Di antara ribuan orang yang datang konser kemarin, benar ada yang mengenali mereka. Kini wajah mereka, terutama Acha sudah wara-wiri di media sosial. Ada yang diedit dengan musik jedag-jedug, ada yang diedit dengan lagu dan ditambah kata-kata galau, ada yand diedit menjadi template santri gaul. Bahkan ada juga yang mengeditnya dengan lagu religi dengan caption 'innalillahi.. Ketika generasi yang dianggap bisa memberi contoh baik agamanya, malah miris akhlaknya.'

Ning dan gus juga manusia yang butuh hiburan

Gue suka gaya lho, Ning Cha

Tipe ku banget, pinter ngaji, pinter party juga. Sayang udah sold out

Duh, nyesel kemarin gak jadi berangkat

Tutor jadi idamannya Gus Rendra

Dimana bisa checkout duplikatnya Gus Rendra?

Beli dimana tiket konser yang bonus nonton bareng gus Rendra?

Astagfirullah, g pantes banget keturunan kyai ada di situ

Anak kyai hafal lagu galau juga, wkwkwkwk

Seperti itulah sebagian komentar yang sedang Sean baca. Masih ada ratusan komen lain yang sudah malas ia baca. Itu baru satu postingan, masih ada banyak postingan lain yang serupa dan rata-rata dikomen banyak orang. Sungguh, Sean pusing melihat ulah kedua anaknya ini, ditambah ia sedikit tidak terima jika anak-anaknya dihujat tanpa tau kebenarannya. Apalagi di grup keluarga besar sudah ramai membahas hal ini, meski tidak ada dari mereka yang marah, rata-rata hanya menanggapi santai bahkan dianggap sebagai hal biasa, tidak perlu dipikirkan dengan berat.

"Kalian ini lho, aneh-aneh saja." ucap Sean.

Dito hanya santai saja, ia menepuk punggung istrinya sambil terkekeh, melihat istrinya pusing. Lalu ia mendekatkan diri sambil berkata, "Jangan diambil pusing! Wajar kan sesekali manusia itu pengin merasakan sesuatu hal yang berbeda. Kadang sesekali pengin lihat konser, pengin naik gunung, pengin balapan, bahkan pengin ikut demo pun bisa-bisa saja."

Sean langsung melirik tajam. Ia paham bahwa Dito sedang menyindirnya. Mengingatkan tentang masa lalu di mana dirinya pernah ikut dalam demo hingga terjebak kerusuhan.

"Tidak apa-apa. Tidak ada sesuatu hal buruk yang mereka lakukan kok." ucap Dito lagi yang akhirnya membuat Sean berhenti mengomentari kedua anaknya.

Merasa mendapat pembelaan dari sang papa, Rendra dan Acha sama-sama merasa tenang. Namun keduanya kembali meringis ketika sang papa beralih pada mereka.

"Tapi bukan berarti langsung Papa setuju dengan kalian yang pergi tanpa pamit lalu suka pergi ke tempat hura-hura seperti itu. Kadang-kadang tidak apa, tapi jangan langsung dijadikan hobi. Dan satu lagi, Papa tidak suka jika kalian bertindak diam-diam begitu!"

"Iya, Pa. Acha minta maaf."

"Rendra juga, lain kali akan lebih kuat pendirian untuk menahan mbak Acha."

Dito langsung menggelengkan kepala mendengar penuturan Rendra yang menggelikan. Apalagi ketika Acha melayangkan protes melalui cubitan di paha adiknya. Sementara Faisal hanya bisa terkekeh melihat kakak beradik itu.

Hitam Putih Dunia PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang