40. Keinginan Acha

1.8K 397 32
                                    



Selamat Berbuka puasa bagi yang menjalankan
😊😊

🍂🍂🍂🍂🍂

Malam ini Faisal baru saja selesai menghadiri sebuah acara khotaman bersama abah dan uminya di suatu pondok yang masih satu daerah dengan mereka. Atau lebih tepatnya ia mengantar kedua orangtuanya hanya dengan ditemani seorang santri tanpa ada salah satu dari kakak-kakaknya. Seperti biasa.

Faisal merasakan sikap kakak-kakaknya semakin menjadi-jadi setelah semua tahu bahwa Faisal adalah anak kandung abah. Faisal menganggap bahwa mereka masih dipengaruhi rasa kecewa pada abah sehingga sampai saat ini benar-benar lepas tangan dengan segala urusan abah.

Bukan hanya mereka sebenarnya. Faisal pun masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan rasa kecewa pada abahnya sendiri. Namun sekeras apapun ia ingin protes, takdirnya tidak akan berubah. Beruntung ada Acha yang tak jera mengingatkan agar dirinya secara perlahan memaafkan abah.

"Kapan kamu ada waktu agak longgar barang dua hari, Sal?"

"Belum tahu, Bah. Tidak dalam waktu dekat." jawab Faisal. Bukan bermaksud membuat abahnya berpikir negatif, tapi karena memang dirinya sedang banyak pekerjaan menanti. Beberapa hari  belakang pun dia sering pulang satu jam lebih telat. Merasa bersalah juga karena tidak bisa banyak membantu Acha memperbaiki proposalnya.

"Itu Sal, kemarin ada yang kasih tau abah. Katanya bisa berjalan normal lagi lantaran berobat alternatif di daerah Purbalingga. Jadi maunya Umi, selain rutin tetap ke dokter, kita coba ke alternatif itu juga. Siapa tau jadi lantaran kesembuhan abah." kata Lihah.

Sembari terus memperhatikan jalanan agar tidak salah menyetir, Faisal fokus mendengarkan penjelasan umi.

"Kalau kamu sedang sibuk, nanti sama yang lain saja." sambung Lihah.

"Tidak apa-apa, nunggu Faisal saja kalau sudah longgar." putus Khalid.

Faisal belum memberikan tanggapan. Sisi egoisnya ingin menolak karena merasa selama ini dirinya yang lebih sering mengantar mereka kemana-mana. Tapi kembali lagi, teringat bagaimana dulu ia berniat untuk selalu menjaga dan merawat abah dan uminya.

"Nanti cari waktu yang pas."

Ucapan Faisal yang menjadi final dari pembahasannya dengan sang abah dan umi tentang rencana berobat alternatif. Selain itu karena mereka juga telah sampai.

Jika biasanya Khalid membutuhkan kursi roda, belakangan ini dia memakai alat bantu jalan agar bisa sendiri. Kendati begitu Faisal tetap membantu abahnya hingga ke kamar.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Faisal yakin bahwa Acha telah tertidur karena istrinya itu tidak pernah tidur terlalu larut.

Akan tetapi dugaannya salah. Begitu ia membuka pintu kamar, terlihat Acha yang masih duduk di karpet sambil menghadap layar elektronik yang ditaruh meja kecil. Wanita itu masih serius mengerjakan tugas akhirnya. Wajahnya sangat serius dan tekesan lelah. Namun tertolong oleh bando berbentuk lucu yang membuat Faisal tersenyum geli. Kapan pula istrinya membeli benda yang menurutnya antik semacam itu.

"Kok belum tidur?" tanyanya sesaat setelah mengunci pintu.

"Sebentar lagi, sekali nunggu Mas pulang."

Faisal berhenti melangkah karena panggilan Acha yang tiba-tiba berubah. Setelah beberapa detik terdiam, ia langsung tersenyum. Efek lelahnya Acha sungguh manis.

"Apa ini?" tanya Acha ketika Faisal meletakkan sebuah goodie bag berwarna hijau di hadapannya.

"Berkat," jawab Faisal.

Hitam Putih Dunia PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang