Malam Minggu Pahing, adalah malam di mana terlaksana agenda rutin mujahadah dan amaliyah untuk seluruh santri baik putra maupun putri. Dengan di pimpin pak Yai Husein, mereka bersama-sama membaca ratibul haddad dan dilanjutkan amaliyah lain. Dimulai setelah isya dan biasanya selesai pukul sebelas malam.
Dalam rutinan itu, biasanya pak kyai juga memberikan nasehat-nasehat singkat namun berbobot bagi santri-santrinya setelah selesai amaliyah dan terkadang para santri putra maupun putri yang diberi dawuh sebagai pengurus, memanfaatkan waktu itu untuk memberikan pengumuman-pengumuman. Bisa berupa pembayaran, kegiatan-kegiatan, berita terbaru seputar pondok, bahkan terkadang juga dijadikan sebagai momen untuk melaksanakan hukuman bagi santri yang melakukan pelanggaran.
Seperti malam ini. Setelah amaliyah, tidak ada siraman rohani yang diberikan sehingga para pengurus mengambil alih untuk menyampaikan beberapa pengumuman.
Seluruh santri putra dan putri yang duduk di halaman komplek yang terhalang sekat, sudah mulai kasak-kusuk, tidak setenang ketika amaliyah berlangsung. Namun mereka mulai kembali tenang ketika dua orang santri putri dan dua orang santri putra maju kedepan. Mereka adalah perwakilan dari pengurus keamanan ketertiban pesantren dan masing-masing berdiri di sisi yang berbeda. Dua santri putra berdiri di sisi ujung selatan tepat di depan para santri putra. Kemudian dua orang santri putri berdiri di ujung utara tepat di depan jamaah putri.
Di pinggiran gedung, tepatnya di depan ruang kelas yang dipakai untuk madrasah, terjejer beberapa kursi yang masing-masing sudah di duduki oleh pak kyai dan bu nyai, juga anak dan menantunya yang bisa ikut acara rutinan ini.
"Kalau udah mbak Qomar yang maju, bau-bau ada pelanggaran. Bener nggak, Mbak?"
Acha bertanya pada Ulfah yang duduk di sampingnya. Qomar adalah salah satu pengurus yang berada di depan dan Ulfah sebagai lurah komplek sudah pasti tahu pengumuman apa saja yang akan disampaikan malam ini karena sebelum ini pasti para pengurus sudah rapat.
"Kenapa kok gugup, Ning? Apakah Anda merasa melakukan pelanggaran?" Mata Ulfah memincing ke arah Acha. Gadis berparas tegas itu terdengar sedang menggoda Acha.
Mendapat pertanyaan itu tentu Acha langsung mendesis pasrah. Jika bisa jujur, memang benar dia merasa gugup. Entah kenapa dia merasa cemas jika kejadian tiga hari yang lalu dimana dia bertemu gus Isal dan ada santri putra yang tidak terima. Sehingga hal itu bisa sampai ke telinga pengurus.
"Nebak aja, Mbak Ul. Biasanya kalau udah mbak Qomar yang turun tangan berarti memang ada pelanggaran."
Ulfah terkekeh geli. "Ya sudah, ditunggu saja kejutannya, Acha."
Bibir Acha mengerucut sebal. Temannya ini benar-benar sengaja membuatnya penasaran.
Ternyata kecemasan Acha tidak terjadi. Hal pertama yang diumumkan adalah agar para santri mengisi formulir kelengkapan data yang akan segera dibagikan. Selanjutnya, sesuai dugaan Acha ada beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh santri sekaligus hukuman yang harus dilaksanakan. Ada beberapa santri baik putra maupun putri yang tercatat tidak ikut jamaah sholat melebih batas jumlah yang ditoleransi. Ada santri yang tercatat terlambat kembali ke pondok setelah liburan selesai. Ada santri yang kedapatan mencuri setelah dilakukan beberapa kali investigasi. Khusus santri yang kedapatan mencuri ini tidak diumumkan namanya hanya sebatas menjelaskan bahwa laporan dari santri-santri yang kehilangan barang sudah tertangani.
Dan hal yang membuat Acha terkejut adalah pengumuman terakhir. Perihal salah satu pelanggaran yang cukup dianggap berat di lingkungan itu. Yaitu santri putra dan putri yang diketahui memiliki hubungan. Masalahnya, ada nama Nurul di daftar itu.
Di depan sana saat ini sudah berdiri setidaknya enam pasang santri. Benar ada santri putra yang kemarin Acha lihat bersama Nurul. Dari pengumuman itu juga Acha jadi tahu bahwa santri putra itu bernama Bagas. Meski pengurus tidak mengumumkan si A pasangan siapa, maupun si B pasangan siapa, namun kebanyakan yang lain sudah bisa menebak pasangan-pasangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Putih Dunia Pesantren
RomanceIni tentang seorang gadis bernama Achadiya Divyan AlMalik dan dunianya di pesantren yang tidak selalu putih bersinar. Di manapun tempatnya pasti selalu akan ada dua sisi, hitam dan putih. Pun dengan dunia pesantren yang dikenal dengan surganya para...