22. Keinginan Yang Tertunda

1.9K 338 48
                                    

Berulang kali Acha tertawa geli melihat Faisal yang sejak tadi menggerutu dan uring-uringan tidak jelas. Meski dia bisa memahami perasaan suaminya, tetap saja harus tertawa karena tidak biasanya dia melihat Faisal bersikap seperti ini.

Biasanya Faisal yang hanya diam seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Namun sekarang pria iru bertingkah menggemaskan.

Sejujurnya alasannya sedikit menggelikan jika diceritakan. Tadi setelah percakapan tentang Mina, Acha tidak bisa tidur karena masih kepikiran tentang wanita itu.

Melihat istrinya masih belum tenang, Faisal merasa bersalah sehingga ia kembali membangunkan Acha yang sebenarnya belum tidur. Faisal bercerita bahwa Mina adalah teman masa kecilnya. Kebetulan Mina adalah keponakan dari pemilik panti.

Mendapati kenyataan itu Acha memang kaget karena Mina dan Faisal pernah menjadi teman kecil. Namun Acha lega karena ternyata hanya sebatas itu saja kedekatan mereka. Padahal dia sudah hampir emosi ketika mendengar Mina berbicara seolah-olah wanita itu yang paling tahu akan Faisal.

Keresahan Acha tentang Mina sudah selesai sehingga dia bisa tidur nyenyak. Namun tiba-tiba ide jahil melintas di otaknya. Ia sengaja menjahili Faisal dengan terus menciumi dada suaminya itu hingga membangkitkan sesuatu yang ada di diri Faisal.

Lalu mereka baru saja akan memulai ibadah malam. Faisal baru saja berhasil membakar hasrat Acha. Kemudian ketika keduanya sudah sama-sama merasa bergelora, tiba-tiba pintu kamar diketuk oleh Ina sehingga membuat semuanya redup seketika. Ina meminta agar Faisal keluar untuk mencari makanan karena di rumah mereka kedatangan tamu.

Sebab itulah yang membuat Faisal bermuka masam dan uring-uringan sejak tadi. Karena sesuatu yang tertunda, atau mungkin gagal.

"Tamunya siapa sih, Gus?" tanya Acha ketika mereka sedang menunggu pesanan dibuatkan.

"Saudara umi. Ngasih undangan kok malam-malam, ganggu orang istirahat saja." jawab Faisal.

Acha merapatkan bibir menahan tawa. Pria yang biasa terlihat kaku ini sungguh lucu saat sedang kesal. Ia ulurkan tangan untuk mengusap lengan suaminya.

"Sabar..."

Faisal diam saja tak menanggapi. Kepalang kesal, selain karena ibadahnya dengan Acha yang tertunda, dia juga kesal pada Ina yang selalu saja semena-mena jika meminta tolong. Atau lebih tepatnya menyuruh. Dan sayangnya Faisal tidak pernah ingin membantah kakak-kakaknya.

Akan tetapi, karena sudah ada Acha, Faisal punya pemikiran lain.

"Acha," panggilnya.

Acha yang sedang meminum es jeruknya hanya menoleh.

"Jika mbak Ina atau yang lain menyuruh kamu melakukan sesuatu. Jangan gampang diterima. Maksudku jangan ragu menolak jika memang tidak berkenan."

Mata Acha berkedip beberapa kali, tidak menyangka Faisal akan membahas ini.

"Mereka tidak pernah merepotkan kok," Acha berkata jujur, selama Acha tinggal di rumah Faisal, tidak pernah direpotkan sama sekali oleh saudara-saudaranya.

Sejujurnya Acha memang pernah mendengar sedikit cerita dari Umi Sanah tentang bagaimana Faisal yang harus meng-handle banyak hal karena ketiga kakaknya sering melimpahkannya pada Faisal.

"Bukankah Gus Isal sendiri yang harus melakukan itu?"

"Hm? Bagaimana?"

Acha tersenyum lalu merangkul lengan Faisal dan selanjutnya menyenderkan kepala di sana. Sambil memainkan jari jemari Faisal, Acha berkata, "Gus Isal yang seharusnya jangan ragu menolak jika memang tidak mampu melakukan permintaan mereka."

Hitam Putih Dunia PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang