Hari raya selalu berhasil menjadi waktu campur aduknya perasaan. Bahagia, sedih, syukur, haru dan lain sebagainya. Tak terkecuali Acha yang tentu saja hari itu perasaannya lebih dominan ke bahagia dan syukur. Setelah bertahun-tahun menghalu bisa memakai baju couple dengan Faisal di hari lebaran, akhirnya tahun ini kehaluan nya menjadi kenyataan.
Selesai acara kecil penuh kasih sayang di rumah, mereka segera bersama-sama bertolak ke pondok khodijah yang diasuh oleh Rizky dan Syifa. Di sana mereka kembali berkumpul dengan keluarga terdekat, melakukan hal yang sama, saling meminta maaf sebelum lanjut ke komplek pusat untuk acara halal bihalal seluruh keluarga besar bani ahmad.
Sudah menjadi kebiasaan di sana bahwa di hari pertama hari raya, mereka khususkan untuk acara keluarga. Dalam artian belum menerima tamu dari luar karena jika sudah dibuka, khawatir mereka tidak punya kesempatan bersama keluarga sendiri karena sudah pasti tamu akan membludak sampai pertengahan syawal.
Seperti biasa, setelah acara halal bihalal semi resmi antar keluarga, mereka memilih untuk menikmati hari ini dengan penuh kehangatan namun juga santai mengingat di hari lain mereka masing-masing sibuk dengan urusan sendiri. Seperti tahun-tahun sebelumnya, orang paling kaya di bani ahmad selalu membagikan hampers khusus di hari raya pada seluruh keluarganya. Tahun ini mereka membagikan jam tangan untuk yang dewasa dan untuk anak-anak, tetap berupa uang dalam amplop lucu.
Dialah Arsha, anak dari Nazril yang hidupnya memang lebih berliku dari yang lain. Dianggap cucu tak berguna oleh kakek sendiri, menikahi wanita yang awalnya lebih tertarik pada kakaknya, lama dikaruniai anak bahkan menyentuh sepuluh tahun pernikahan, ditambah anak yang lama ia nantikan terlahir kurang sempurna di bagian kakinya. Untung saja berkat dukungan keluarga besar, anaknya masih bisa diobati sehingga kini tumbuh normal.
"Mbak Caca, Nuril tidak pakai sepatu besi lagi,"
Acha tersenyum gemas melihat anak kecil yang memamerkan pencapaian bahagianya. Dialah Nuril, anak pertama Arsha dan Zulfa yang terlahir dengan kaki bengkok. Selama lima tahun lebih anak itu harus menjalani terapi dan menggunakan sepatu ortopedi.
"Sudah bisa lari-lari terus." sambung anak itu.
"Wah, selamat ya! Ini hadiah dari Mbak Caca. Karena kamu sudah jadi anak hebat dan sabar, Nuril dapat dua."
Anak itu berjingkrak girang. Meski Acha yakin Nuril tak pernah kekurangan materi, tapi anak-anak tetaplah anak-anak yang akan bahagia dengan tulus ketika mendapat hadiah dari orang lain. Apalagi di momen lebaran seperti ini. Mereka merasa orang paling kaya sedunia.
Kemudian dengan gerakan malu-malu karena belum terlalu akrab, Nuril mendekat ke Faisal yang duduk di samping Acha. Anak itu mengulurkan tangan untuk menyalami Faisal dan mencium tangannya.
"Ini tambahan hadiah dari saya." ucap Faisal mengambil uang lima puluh ribu dari dompetnya, tanpa amplop lucu karena untuk urusan itu, ia percayakan semua uang THR nya pada Acha.
Acha menahan tawanya karena melihat suaminya yang sedikit kaku saat berbicara dengan anak kecil. Kemudian ia diam ketika Nuril mendekat padanya.
"Mbak, Nuril panggil dia apa?" bisik Nuril.
Kemudian Acha balas mendekatkan bibirnya di telinga Nuril dan membisikkan sesuatu yang berujung anak itu kembali menghadap Faisal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Putih Dunia Pesantren
Storie d'amoreIni tentang seorang gadis bernama Achadiya Divyan AlMalik dan dunianya di pesantren yang tidak selalu putih bersinar. Di manapun tempatnya pasti selalu akan ada dua sisi, hitam dan putih. Pun dengan dunia pesantren yang dikenal dengan surganya para...