Tidak terasa, hari sudah Senin kembali. Para siswa masuk seperti biasa, pada pukul setengah 8 pagi. Yang membuatnya tidak biasa, selain jumlah PR yang berbeda, adalah hari ini akan ada pengumuman penerimaan panitia pensi dengan divisi yang dimasuki siswa-siswi pendaftar.
Saat jam istirahat pertama, Nilam mendapatkan pesan pemberitahuan dari Kak Lany, seorang pengurus OSIS kelas 11 G yang juga ketua divisi media pensi SMA Negeri 612. Ini menandakan bahwa Nilam diterima masuk divisi media pensi sekolah. Nilam menghela napas lega. Setidaknya, dia masuk divisi pilihan pertamanya.
"Nilam," Lele memanggil dari bangku sebelah kanannya. "Kamu masuk divisi mana?"
"Aku masuk divisi media," jawab Nilam kepada Lele.
"Pilihan pertama, ya? Aku masuk divisi dokumentasi, pilihan keduaku."
"Oooh."
"Tapi gapapa. Aku jadi punya alasan buat mainin kamera," ujar Lele.
"Ya baguslah."
"Oh ya, nanti ada pertemuan perdana seluruh panitia pensi di lapangan plaza pas waktu pulang sekolah nanti. Pastiin, sebisa mungkin, kita udah di sana sebelum jam 16.00."
"Oke, Lele. Udah dikasih tahu juga sama kakak ketua divisiku."
Lele beralih ke Mayang yang duduk di belakangnya. "Mayang daftar jadi panitia pensi juga, gak?" Mayang bukan pembantu OSIS. Jadi, Lele ingin tahu apakah Mayang menjadi panitia pensi atau tidak.
"Iya. Aku masuk divisi ticketing," kata Mayang. "Tapi, aku enggak bisa ikut pertemuan perdana nanti sore. Aku ada try out di bimbel."
"Oh, ya gapapa. Kamu udah kasih tahu kakak ketua divisinya?" tanya Lele.
"Udah. Aku udah kasih tahu Kak Wiryo, kakak ketua divisi ticketing."
"Oke kalau gitu."
***
Sepulang sekolah, siswa-siswi SMA Negeri 612 mulai memenuhi lapangan plaza sekolah. Lapangan plaza SMA Negeri 612 ini hanya bisa digunakan untuk upacara dan kumpul-kumpul. Jika hendak melakukan pelajaran Olahraga, siswa-siswi SMA Negeri 612 menggunakan lapangan basket dan lapangan sepak bola yang terpisah, ada di luar lingkungan sekolah tetapi tetap dekat untuk ditempuh dengan berjalan kaki.
Para pengurus OSIS yang juga jajaran panitia pelaksana pensi meminta para siswa duduk menghadap tiang bendera di lapangan. Nilam duduk di lapangan plaza sekolah bersama Lele di sebelah kirinya. Nilam mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia belum melihat Rubi di mana pun, padahal Rubi seorang pembantu OSIS, kelas mereka berdekatan, dan siswa-siswi kelas 10 D sudah dipastikan bubar keluar kelas. Mungkin dia belum datang ke sini. Mungkin dia tidak masuk sekolah. Oh, mungkin juga dia tidak mendaftarkan diri menjadi panitia pensi sekolah. Nilam berhenti mencari karena pertemuan perdana panitia pensi akan dimulai.
"Selamat sore! Selamat datang, teman-teman! Wah, senangnya melihat antusiasme teman-teman untuk berpartisipasi dalam acara pensi sekolah kita," kata Nunu membuka acara kumpul perdana para panitia pensi. "Semua sudah dapat pesan dari ketua divisi masing-masing, belum?"
"Sudah!" Siswa-siswi panitia pensi berkoar untuk menjawab pertanyaan Nunu.
"Baik! Nanti, kalian bakal bertemu sama ketua divisi kalian. Sudah ada informasi divisi dan nama ketuanya, bukan? Nah, ini diperkenalkan dulu lagi kakak-kakak ketuanya, biar mudah kalau mau berkumpul nanti dan nggak tertukar. Mulai dari ... kakak yang ini. Nah, sini! Perkenalan dengan nama, kelas, dan divisi yang diketuai, ya."
Divisi pertama adalah divisi acara. Kemudian berlanjut ke divisi pendanaan, divisi dokumentasi, divisi dekorasi artistik, divisi media, divisi medik, dan divisi-divisi lainnya. Nilam sudah melihat Lany, ketua divisi media yang akan menjadi ketuanya kelak. Dengan begitu, Nilam telah mengenali Kak Lany yang berambut hitam lurus panjang sepunggung dan berkacamata.
Setelah semua ketua divisi pensi dikenalkan, Nunu menginstruksikan, "Habis ini, kalian akan berkumpul sama ketua divisi masing-masing, ya. Ingat ketua divisinya, jangan nyasar. Oke, para ketua divisi, silakan mencari tempat berkumpul di sekitar lapangan plaza ini. Setelah itu, baru kalian, teman-teman yang staf panitia mencari ketua divisinya. Oke? Nah, silakan!"
Para ketua divisi bubar dari barisan di depan staf-staf panitia pensi. Para panitia pensi mulai berdiri sambil mengemasi tas dan barang bawaan mereka. Nilam menggendong tas punggungnya dan berkata kepada Lele. "Lele, kamu tahu harus ke mana, kan? Di mana divisi dokumentasi?"
"Ya. Kak Juno, divisi dokumentasi, jalan ke pohon itu," ingat Lele. "Kamu ke divisi media, kan?"
"Iya."
"Kayaknya aku lihat Kak Lany jalan ke pinggir sana," tunjuk Lele.
"Oke. Makasih, Le."
"Kembali ke kamu juga, Nilam."
Nilam mengikuti arahan Lele. Akhirnya, Niam menemukan Lany, kakak kelasnya, di pinggir lapangan plaza. Siswa-siswi lain yang menjadi staf divisi media sudah datang dan mengerumuni Lany. Nilam segera mempercepat langkahnya untuk mendatangi Lany.
"Halo! Halo! Yang divisi media kemari, ya!" Lany berseru dari pinggir lapangan plaza.
Nilam sudah mendekati Lany. Ada seorang siswa panitia, staf divisi media, yang berdiri di dekat Lany bertanya, "Kak, kita mau ngapain habis ini?"
"Di sini, kita mau kenalan ke sesama anggota staf media," kata Lany. "Kan kita semua bakal bekerja sama sampai acara pensi tahun ini selesai. Jadi, kita harus saling kenal, dong. Tak kenal, maka tak sayang."
"Haha. Tak kenal, maka taaruf."
"Oh ya! Benar juga, tuh! Hahaha!"
"Hahahahaha!" Lany dan beberapa orang staf ikut tertawa. Nilam mendengus dan mengulas senyumnya, hampir tertawa, karena menyadari selorohnya perbincangan tadi.
Setelah tidak ada lagi siswa-siswi yang mendatangi Lany, Lany akhirnya meminta staf-stafnya untuk duduk di lapangan sesudah lama berdiri. "Oke, semuanya, kita duduk dulu, deh. Silakan duduk!"
Lany dan para staf divisi media duduk membentuk lingkaran di pinggir lapangan. Karena duduk melingkar, Nilam bisa melihat siswa-siswi yang menjadi anggota divisi media pensi sekolah di sekelilingnya. Jantung Nilam hampir copot saat melihat orang yang duduk di seberangnya.
Alamak. Nilam ternyata salah menduga. Nilam menemukan seseorang yang awalnya dia sangka tidak menjadi panitia pensi. Rubi ternyata mendaftar untuk menjadi panitia pensi dan kini, Rubi menjadi staf sesama anggota divisi media pensi bersama Nilam.
Tidak disangkanya lagi, Rubi melihat Nilam. Rubi sepertinya telah menyadari kalau dia dan Nilam berada dalam satu divisi pensi yang sama sekarang. Tangan kanan Rubi melambai kecil untuk menyapa Nilam. Nilam mendengkus. Nilam memilih untuk mengabaikan Rubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAMETOLOGY
Teen FictionNilam tidak menyukai laki-laki jamet alias 'jajal metal' yang suka berpakaian dan punya gaya berbicara aneh serta menongkrong dan mengobrol berkepanjangan seperti tidak ada tujuan. Menurutnya, masa muda tidak boleh dilewati secara sia-sia tanpa renc...