JAMETOLOGY BAB XVI

73 30 11
                                    

Pekan sudah berganti. Hari Senin telah kembali. Nilam masuk kelas sedikit mepet dengan waktu mulai belajar di sekolah. Karena sedang tidak ada upacara, kegiatan belajar-mengajar pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 10 D bisa langsung dimulai. Beruntungnya juga karena Bu Hasnah tidak memberi tugas apa pun pekan lalu.

Saat istirahat pertama, Nilam dan teman-temannya dalam kelas 10 D mendengar suara-suara di luar kelasnya. Ada orang-orang yang memenuhi lorong depan kelasnya. Nilam dan beberapa teman sekelasnya melihat ke luar, baik dari pintu maupun ke lorong depan kelas. Siswa-siswi, kebanyakan siswi, melongok ke dalam kelas sebelah 10 D, yaitu kelas 10 C, lewat jendela kelasnya.

Pak Karyo, guru wali kelas 10 C, yang kebetulan sedang berada di kelas 10 C, mengonfrontasi kerumunan di luar, di lorong depan kelasnya dan bertanya, "Ada apa ini?"

"Oh, tidak apa-apa, Pak," jawab seorang siswi. "Cuma, Pak, di kelas 10 C ini ada anak baru pindah, ya Pak? Baru di pertengahan semester?"

"Tidak ada," jawab Pak Karyo. "Jumlah murid saya tidak berubah. Memang apa maksudnya?"

"Soalnya, kami melihat seorang siswa yang belum pernah kami lihat sebelumnya," kata seorang siswi lain. "Dia masuk kelas ini."

Mendengarnya, Pak Karyo tertawa. "Ada siswa yang baru ganti penampilan di sini. Dia siswa lama saya, kok. Sekarang, kalian semua bubar dari depan kelas 10 C ini. Ayo, murid-murid saya juga mau istirahat seperti kalian."

Kerumunan siswa-siswi bubar. Pak Karyo membubarkan mereka sehingga siswa-siswi kelas 10 C bisa keluar kelas mereka. Siswa-siswi kelas 10 D yang melihat keributan di depan kelas 10 C pun turut beristirahat, tetapi juga penasaran siapa siswa kelas 10 C yang disangka murid baru itu.

"Siapa, ya?"

"Ganti penampilan?"

"Pasti maksudnya jadi makin ganteng!"

"Tapi, bagaimana? Siapa?"

Siswa-siswi kelas 10 D yang masih bertahan di depan kelas mengamati siswa-siswi kelas 10 C yang keluar. Barulah beberapa menit kemudian, mereka melihat siswa yang dimaksud keluar kelas 10 C.

Ada seorang siswi 10 D yang berteriak, "Itu siapa?!"

"Itu dia orangnya!?" timpal siswi 10 D lainnya.

Nilam, Lele, Mayang, Abel, Aaron, dan siswa-siswi 10 D yang lain akhirnya melihat siswa tersebut. "Oooh!" Beberapa siswa dan siswi mengenali rupa siswa tersebut. Namun, siswa itu memang berpenampilan berbeda dari yang terakhir mereka ingat. Terutama bagi Nilam.

Gaya rambut Rubi berubah. Masih berponi asimetris, tetapi lebih pendek dan tidak terlalu menutupi dahinya lagi. Sisi-sisi pinggir rambut di kepala Rubi juga ditipiskan, dicukur sehingga cambangnya lebih terlihat, seperti dibuat cepak hanya di bagian pinggirannya. Perubahan itu membuat wajah Rubi tampak lebih lonjong dan tegas.

Karena poni Rubi sudah lebih pendek, dahi Rubi dengan bekas-bekas jerawat menjadi lebih terlihat pula. Hanya saja, bekas-bekas itu sudah tidak terlalu kentara, tidak sekentara yang Nilam terakhir lihat. Barangkali Rubi sudah melakukan perawatan dan memakai produk skin care sehingga kulit dahinya makin sehat. Malahan, bekas-bekas jerawat di dahi Rubi membuatnya tampak kelaki-lakian.

"Astaga! Itu Rubi?!" Lele bertanya, tidak percaya.

"Jadi terlihat beda, ya?" Mayang menimpali.

Nilam pun mengamati Rubi. Rubi memang berbeda dengan gaya rambut seperti itu. Namun, Nilam masih bisa mengenali wajahnya. Nilam bisa melihat senyum khas Rubi yang sampai membuat matanya menyipit.

Senyuman Rubi itu diarahkan ke kerumunan Nilam dan teman-teman kelas 10 D-nya.

"Mengapa dia tersenyum ke kita?" tanya Aaron.

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang