JAMETOLOGY BAB XX

80 31 20
                                    

Nilam dan Rubi sudah sampai di tempat tujuan mereka pada Kamis besoknya, setelah pulang sekolah. Rubi tidak percaya Nilam akan membawanya ke tempat ini. Nilam memang meminta Rubi untuk mengantarnya ke tempat tersebut.

Rubi masih melongo tidak percaya. "Kita mau ngapain di sini?"

"Kita punya misi untuk diselesaikan," sahut Nilam.

"Misi? Misi apa? Kamu yakin misi itu bakal berhasil?"

"Kenapa? Kamu tidak yakin? Kamu takut? Kamu bolos?"

"Bukan begitu." Rubi menghela napas. "Untung aja hari ini guru mata pelajaran lintas jurusanku sedang tidak ada, jadi aku bisa ikut sama kamu. Tapi, yang benar saja kalau kamu mau bertemu mereka."

"Aku memang mau bertemu mereka. Aku mau mengobrolkan sesuatu. Aku tahu apa yang mau aku obrolin."

Mereka sedang berada di SMA Negeri 774. Motor Rubi diparkirkan di tempat parkir taman yang tidak jauh dari SMA Negeri 774. Mula-mula, Rubi mengira kalau Nilam mengajaknya pergi ke taman, tetapi ternyata tujuan sebenarnya bukan itu.

Nilam meneruskan untuk berjalan masuk melewati gerbang SMA Negeri 774. Rubi mengikuti di belakang Nilam dengan ragu. Saat melewati lorong masuk SMA Negeri 774, Rubi seolah teringat sesuatu yang membuatnya penasaran.

"Nilam!" panggil Rubi cepat.

"Apa, Rubi?"

"Sebelum kita mulai, kamu belum kasih tahu aku kamu memilih divisi apa buat jadi panitia pensi."

"Aku dulu memilih divisi media di pilihan pertama dan divisi dekorasi artistik di pilihan kedua. Ya, aku masuk pilihan pertamaku," jawab Nilam yang berhenti berjalan sesaat dan berbalik badan di depan Rubi. "Ayo deh, Rubi. Kita cuma mau mengobrol, kita bakal baik-baik saja. Kita pasti masih hidup saat keluar dari sini. Lagian, kamu bawa "senjata" buat berjaga-jaga, kan?"

"I-iya."

"Oke." Nilam lanjut berjalan dan Rubi mengekor. "Aku sempat bertanya-tanya ke kakak pengurus OSIS yang juga anggota Meteor. Ia tahu di mana biasanya para anggota geng 774 menongkrong. Di dalam sekolah, mereka suka berkumpul di belakang gudang peralatan olahraga. Jadi, kita bakal ke sana."

"Oh? Siapa kakak pengurus OSIS yang anggota Meteor?" Rubi ingin tahu.

"Kak Graha—Nugraha Muhammad El-Fatah, kelas 12 G, kepala bidang jasmani dan kesehatan, tapi jangan bilang-bilang kalau kamu tahu dari aku."

Nilam dan Rubi terus berjalan ke gudang peralatan olahraga milik SMA Negeri 774. Tidak ada yang mencurigai mereka karena mereka memakai jaket yang menutupi nama SMA pada seragam mereka. Nilam memakai kardigan rajut pink-ungu dan Rubi memakai jaket bomber hitam.

Ternyata, para anggota geng 774 lintas angkatan yang masih berada di SMA memang sedang berkumpul di belakang gudang. Mereka duduk-duduk di rerumputan yang tumbuh di tanah di belakang gudang. Nilam dan Rubi sampai di belakang gudang. "Hei, permisi!"

Seruan Nilam membuat para anggota geng 774 yang kebanyakannya sedang mengenakan rompi denim biru menoleh kepadanya dan Rubi. Rubi menelan ludah. Tidak biasanya ada siswa atau siswi SMA mendekati para anggota geng di SMA mereka sendiri. Mereka ini malah mendatangi geng motor SMA lain, SMA saingan mereka, pula.

"Ada yang bisa dibantu?" Seorang anggota geng 774, anak kelas 12, menyahut untuk bertanya. Dia memiliki berewok tipis yang unik.

"Aku mau menemui anggota geng 774 yang kapan lalu makan di warung sate dekat SMA Negeri 612. Mereka menggangguku, menggodaku, padahal aku sudah punya cowok." Nilam menunjuk Rubi.

"Nilam?" Rubi heran. Rupanya, Nilam terlarut dalam peran pura-pura menjadi pacar ini demi melakukan misi.

"Ada yang mengganggumu?" tanya anggota geng 774 yang memiliki berewok.

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang