Catatan penulis: Sesuai yang dijanjikan, kita akan mengenal lebih dalam karakter Rubi di bab ini. Oleh karena itu, alur ceritanya agak maju-mundur dari sini.
Rubi sedang menongkrong di suatu kafe bersama teman-temannya sejak pukul setengah 8 pagi. Kafe tersebut memang sudah buka dari pukul 8 pagi. Saat tengah mengobrol, Rubi melihat jam di dinding kafe. Sudah hampir waktunya rapat hari Sabtu. "Kawan-kawan, aku mau rapat divisi media pensi dulu, ya. Bentar lagi soalnya."
"Oh, ya, Rubi," kata Yahya, salah seorang teman Rubi. "Kamu mau cari tempat sendirian?"
"Ya, mau cari tempat sendiri dulu. Aku pisah diri dulu, ya."
Rubi duduk sendiri di meja lain. Rubi menyiapkan earphone dan ponsel pintarnya untuk mengikuti rapat. Wi-Fi kafe sedang cukup kencang, jadi Rubi menyambungkan koneksinya ke Wi-Fi. Rubi masuk ke room rapat yang sudah disediakan Lany. Rubi memperhatikan teman-teman sedivisinya juga memasuki room rapat. Akhirnya, satu nama orang itu masuk juga ke room beberapa menit setelah Rubi masuk. Nilam masuk ke room rapat tanpa kamera yang dinyalakan dan dengan mikrofon yang dibisukan. Rubi melihat nama Nilam sebagai hadirin dalam room rapat.
Rubi memegang rambutnya yang mulai memanjang lagi. Harus dirapikan. Dia berencana untuk menyempatkan diri nanti ke tempat potong rambut untuk menipiskan bagian sisi kepalanya dan memendekkan poninya lagi.
Nilam Widita Nurdiani. Nama Nilam selalu berdentang bak lonceng dalam otaknya. Pertama kali Rubi melihat nama Nilam di kertas daftar presensi pembantu OSIS. Rubi tahu 'nilam' adalah salah satu jenis batu permata, nama lain dari safir. Rubi tidak menduga bahwa akan ada orang dengan nama batu permata seperti dirinya di luar keluarganya.
Ya, itu sebelum Rubi sadar nama lengkap Lia, Siti Emeralia Khatulistiwa, yang diambil dari emerald atau zamrud. Di kelasnya, kelas 10 C, para murid biasa diabsen guru dengan nama panggilannya langsung, ada kolom keterangan nama panggilan pada buku absen yang dibuat oleh sekretaris kelas 10 C. ("Biar lebih mudah, lebih cepat, dan lebih akrab," alasan sekretaris kelas 10 C.) Baru setelah Rubi pernah melihat nama-nama lengkap siswa-siswi kelas 10 C, Rubi mengetahui nama lengkap Lia. Rubi merasa konyol karena tidak memperhatikan itu sebelumnya.
Namun, untuk Rubi, tertarik dengan seseorang hanya karena namanya pun bisa memungkinkan. Batu nilam adalah batu yang menandakan sesuatu yang royal, setia, suci, dan surgawi. Rubi menduga kalau orang yang bernama Nilam akan mencerminkan batu permata yang menjadi namanya tersebut.
Ternyata benar saja. Rubi akhirnya melihat dan bertemu dengan Nilam secara tidak sengaja dan tidak terduga di kafe lain yang waktu itu, yang menjadi tempat Nilam mengerjakan tugas. Setelah di kafe itu, Rubi mengenali Nilam yang juga pembantu OSIS. Mereka bertemu lagi saat pertemuan untuk membahas pensi SMA Negeri 612 dan kali itu benar-benar bertatap muka. Bagaimana pendapat Rubi soal Nilam kali itu? Meskipun tidak teramat cantik, Rubi menilai Nilam cukup manis. Itu sama sekali tidak mengurangi ketertarikan Rubi terhadap Nilam, mungkin malah bertambah karena kini Nilam sudah menyadari keberadaannya. Sisi kurangnya ialah Nilam mengenali dia sebagai jamet.
Pada saat rapat daring divisi media pensi ini, Rubi sesekali menyalakan mikrofon agar ia bisa berbicara untuk memberi ide dan masukan konten di media sosial pensi SMA Negeri 612. Nilam mungkin sudah tahu Rubi pintar. Akan tetapi, Rubi ingin tetap menunjukkan kalau seorang jamet bisa memberi masukan yang membangun demi keberjalanan pensi SMA mereka.
Tidak ada yang salah dari dianggap jamet. Jamet biasanya dilihat dari gaya berpakaian dan (terkadang) gaya berbicara yang nyeleneh. Rubi tahu dia ingin diakui, divalidasi, oleh Nilam. Meskipun begitu, Rubi merasa nyaman-nyaman saja dengan dirinya sendiri. Rubi hanya mencari tahu apakah dia memberi pengaruh kepada Nilam karena Nilam sudah memberi pengaruh kepada dirinya. Pengaruh Nilam membuat Rubi memodifikasi penampilan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAMETOLOGY
Teen FictionNilam tidak menyukai laki-laki jamet alias 'jajal metal' yang suka berpakaian dan punya gaya berbicara aneh serta menongkrong dan mengobrol berkepanjangan seperti tidak ada tujuan. Menurutnya, masa muda tidak boleh dilewati secara sia-sia tanpa renc...