Setelah satu-dua jam menunggu di sekolah, Nilam, Lele, dan Mayang akhirnya menaiki mobil Lia yang datang untuk menjemput mereka dan mengantar ke kampus perguruan tinggi tujuan mereka. Lia datang pada pukul 11.00 lewat, jadi Nilam sudah selesai rapat divisi media pensi.
Nilam sudah duluan ke sekolah sendirian dan duduk di kantin untuk mengikuti rapat divisi media pensi. Lele dan Mayang datang pada sekitar pukul 10 lewat seperempat jam, menemani Nilam yang rapat di kantin sekolah. Nilam hanya menyimak rapat tadi, tanpa bersuara, tetapi Nilam sudah membuat notula rapat untuk dirinya sendiri sehingga Nilam bisa mengingat dan menyimpan bahasan rapat tadi.
"Kalau bisa, nanti di sosial media Instagram, susunan posnya jangan dibuat grid 3-3 gitu, Kak. Nanti malah berantakan. Tapi, kalau mau 3 kali sekian begitu, buat di awal-awal aja, asalkan jangan banyak-banyak. 3 × 1, 3 × 2, maksimal 3 × 3, Kak. Biar kita juga enggak kesusahan mendesainnya."
Masukan Rubi menarik dan fisibel. Nilam sendiri kurang menyukai pos Instagram gaya grid "3n" yang kalau posting-annya bertambah satu atau dua, pokoknya selain jumlah kelipatan tiga, pasti grid pos yang awalnya sambung-menyambung itu akan terpisah. Itu justru akan membuat tampilan pos pada laman suatu profil di Instagram kurang rapi.
Nilam, Lele, dan Mayang sudah berada dalam mobil Lia yang dikendarai supir Lia. Mereka melaju ke kampus perguruan tinggi tujuan mereka. Selagi dalam perjalanan, mereka berempat mengobrolkan jurusan kuliah mana yang ingin mereka masuki.
"Lia jadi mau masuk Farmasi, kan? Biar jadi bisa belajar buat bikin skin care," Lele bertanya ke Lia.
"Jadi. Tapi, buat pilihan kedua, aku mau coba Sastra Inggris. Aku bakal belajar banyak materi Sosial dan Bahasa juga," jelas Lia. "Gapapa, asal gak kebanyakan ngitung di Matematika."
"Oh, aku malah mau masuk antara Fisika atau Matematika," ujar Mayang. "Mana yang lebih kelihatan sulit? Fisika atau Matematika?"
"Bergantung kampus. Ada kampus yang bikin Fisika lebih tinggi daripada Matematika, ada juga sebaliknya. Lihat-lihat peminatnya juga. Makin banyak peminatnya, makin sulit dan ketat seleksinya," jelas Lele.
"Oh, gitu."
"Kalau Nilam mau masuk ke mana, nih?" tanya Lia. Lia yang duduk di bagian depan mobil menoleh ke belakang hingga Nilam terlihat pada pandangannya.
"Aku mau masuk Teknik Industri," jawab Nilam. "Cuman, ya, akhir-akhir ini, aku juga tertarik Teknik Pertambangan. Jadi, aku mau jadiin Teknik Pertabangan cadanganku."
"Oooh. Eh, bukannya Teknik Pertambangan lebih sulit buat masuk? Pelajarannya juga?" Lele menduga setengah asal karena Lele belum tahu detail pastinya.
"Nggak tahu. Aku sebenarnya lebih tertarik Teknik Industri. Harus pintar pilih perguruan tinggi juga kalau mau jadiin Teknik Pertambangan pilihan kedua."
"Iya ya, lihat tempat kuliahnya juga," timpal Mayang. "Kamu mau kuliah di mana, Lele?"
"Jujur, aku belum tahu," jawab Lele. "Tapi, mungkin aku mau kuliah di tempat yang sama kayak Kak Nunu biar gampang kalau sedaerah."
"Emang Kak Nunu mau kuliah di mana?"
"Nah, itu dia, Kak Nunu sendiri belum tahu pasti soalnya dia juga masih suka berubah-ubah."
"Yeee!"
Pembicaraan mereka terus berlanjut dalam mobil. Nilam melihat sebuah buku di kantung belakang kursi mobil di depannya. Nilam mengambil buku tersebut. Buku itu berjudul Enlightenment Now: The Case for Reason, Science, Humanism, and Progress. "Buku apa ini?"
"Oh, itu buku filosofi sosial begitulah," jawab Lia sambil menoleh ke Lia di belakang. "Bukunya dalam bahasa Inggris. Ayahku mau menerjemahkan buku itu ke bahasa Indonesia."

KAMU SEDANG MEMBACA
JAMETOLOGY
Novela JuvenilNilam tidak menyukai laki-laki jamet alias 'jajal metal' yang suka berpakaian dan punya gaya berbicara aneh serta menongkrong dan mengobrol berkepanjangan seperti tidak ada tujuan. Menurutnya, masa muda tidak boleh dilewati secara sia-sia tanpa renc...