JAMETOLOGY BAB XXVI

55 27 2
                                    

Aku memberi tahu Nilam kalau aku sudah tahu soal Rubi yang menyatakan perasaannya. Nilam memang sudah menolak Rubi. Nilam awalnya tidak ingin kalau perihal pernyataan perasaan Rubi ke Nilam disebarluaskan ke orang-orang lain. Aku memang mengonfrontasi Nilam, memastikan perasaannya. Namun, kalau Nilam sampai marah begitu, aku tidak bisa menyalahkan Nilam. Nilam boleh marah.

"Tolong jangan marah, terutama kepada Nilam."

Lia sudah sampai di kamarnya, di rumahnya. Jalan-jalan di kampus tadi berjalan lancar, mereka mendapatkan informasi baru, sayangnya berakhir kurang baik. Sesuai yang Nilam katakan, Lia menjelaskan kepada Lele dan Mayang apa yang terjadi di antara mereka berdua. Lia meninggalkan bagian soal Nilam mengatakan Rubi jamet karena beberapa hal. Pertama, Lia sama sekali tidak tega mengatai Rubi jamet. Kedua, meski kini Nilam adalah saingan cintanya, Lia tidak bisa meremehkan dan memperburuk kesan Nilam kepada dua sahabatnya. Aku tidak bisa menjelekkan Nilam. Itu justru akan menambah kesan tidak adil dalam bersaing. All's fair in love and war. Namun, aku tidak bisa. Aku cuma siswi SMA biasa.

Lia duduk di pinggir kasur dan mengamati rak buku di depannya. Raknya berisi koleksi buku-buku berbahasa Inggris yang dipunyainya. Sebagai anak seorang penerjemah, Lia memiliki rezeki lebih untuk mengoleksi buku-buku berbahasa Inggris. Lia ingat, Lia pernah meminjam buku novel Pride and Prejudice versi terjemahan Indonesia dari Lele, tetapi sebenarnya Lia sudah punya dan pernah membaca Pride and Prejudice yang bahasa Inggris. Lia ingin membandingkan yang berbahasa Inggris dengan yang berbahasa Indonesia waktu itu. Kini, Lia menjadi hafal ceritanya di luar kepala.

Mengapa Nilam bilang begitu? Mengapa Nilam berpikir seperti itu? Rubi bukan orang kampungan. Rubi baik, Nilam sendiri mengakui itu. Tapi ... mengapa?

Mengingat Pride and Prejudice, Lia berpikir. Lia akhirnya sampai menemukan sebuah dugaan. Dugaan simpel. Dugaan mengenai orang yang sedang menduga suatu perasaan. Dugaan yang merupakan perspektif dan subjektivitas yang tengah masuk akal saat ini.

Ini membuat Lia juga mengingat bahwa beberapa buku bahasa Inggris-nya sedang dipinjam oleh anggota keluarga yang lain jika dilihat dari beberapa tempat lowong di rak bukunya.

Orang boleh berpendapat, bahkan jika pendapatnya sendiri pun kontradiktif dengan pikiran dan perasaan dari diri orang tersebut. Orang juga bisa berubah dan mengubah pemikirannya sendiri. Aku menyadari bahwa hal kecil dan biasa bisa menjadi luar biasa. Aku mungkin cuma siswi SMA biasa. Namun, aku bakal melakukan satu hal kecil yang mampu berdampak luar biasa nanti, sewajarnya dilakukan siswi SMA biasa. Setidaknya, dengan begitu, aku masih bisa bermain adil. I'll do it. I'll play fair and square. I'll own up to all of this. Tinggal persiapannya kini.

Namun, apa selanjutnya yang akan dilakukan Nilam?

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang