JAMETOLOGY BONUS 11,5

104 39 2
                                        

Muhammad Misbah mendengarkan cerita istrinya mengenai putri sulungnya yang disukai seorang teman lelaki di SMA. Pak Misbah baru saja pulang dari tempat kerjanya dan mendapat sambutan dari Bu Intan di ruang TV keluarga. Mendengar cerita Bu Intan, mata Pak Misbah, sang ayah, berbinar-binar.

"Hohoho! Wah, Nilam itu memang cantik dan pintar! Tentu saja bakal ada laki-laki yang suka," Pak Misbah menunjukkan kebanggaannya.

"Iya. Tapi, kan, ...," Bu Intan lanjut bercerita soal perlakuan Nilam ke Rubi.

"Ah, itu konflik remaja biasa. Mereka bakal belajar. Nilam anak baik-baik, dia pasti minta maaf. Harus itu."

"Iya. Sudah kubilang Nilam untuk minta maaf ke temannya juga."

Pak Misbah menepuk pundak Bu Intan. "Itu bagus, Santan. Yang penting, Nilam mau belajar dari kesalahannya. Kita percaya saja sama Nilam, ya."

Bu Intan tersenyum. Jangan salah duga, "Santan" adalah akronim dari "Sayang Intan", panggilan sayang Pak Misbah kepada Bu Intan. Bu Intan meraih tangan Pak Misbah.

"Oke. Aku setuju. Makasih juga, ya."


Catatan penulis: Pak Misbah, ayahnya Nilam, adalah penerjemah buku bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Panggilan sayang "Santan" untuk Bu Intan pun tidak sembarangan, ada artinya. Pada kanji Jepang, san (燦) berarti 'brilian', 'berkilau', atau 'mengilap'. Jika dicocok-cocokkan, karena suku kata "-tan" yang juga terdapat pada "Intan", "Santan" bisa berarti 'intan yang berkilau/mengilap'. Selain itu, san (三) juga bahasa Jepang dari angka 3 (tiga) untuk menunjukkan Pak Misbah dan Bu Intan yang dikaruniai tiga orang anak: Nilam, Ardi, dan Tarum. Suku kata "-tan" sendiri bisa dijadikan variasi dari sufiks honorifik "-chan" di Jepang yang digunakan untuk memanggil orang (biasanya perempuan) yang lebih muda yang akrab.

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang