JAMETOLOGY BAB XIII

98 34 6
                                    

Minggu UTS sudah dimulai dan rasanya sudah sangat sengit seperti sengat, terutama untuk siswa-siswi kelas 10 yang baru pertama kali mengikuti UTS di SMA Negeri 612. Pada minggu sebelumnya pun siswa-siswi kelas 10 sudah disibukkan dengan try out dan latihan-latihan pendalaman di bimbel. Nilam sendiri sudah belajar seminggu sebelum UTS. Nilam jadi jarang melihat ke kelas 10 C dan menemukan Rubi. Lagi pula, pada saat UTS, Nilam dan teman-teman sekelasnya mengerjakan ujian tidak di ruang kelas 10, tetapi di ruang kelas 11 D. Jadi, memang ada penentuan ruang ujian sehingga siswa-siswi tidak mengerjakan ujian di ruang kelas mereka masing-masing yang sebenarnya.

Selama seminggu UTS itu juga, siswa-siswi kelas 10 C ujian di ruang kelas 12 C yang agak jauh dari ruang kelas 11 D sehingga Nilam hampir tidak pernah bertemu siswa-siswi kelas 10 C seperti Rubi atau Lia pada saat UTS. Karena Nilam juga belum ikut bimbel, setiap selesai ujian pada suatu hari, Nilam akan segera pulang ke rumah untuk belajar. Nilam pun perlu menggunakan ongkos lebih karena memakai transportasi ojol selama UTS supaya bisa sampai di rumah lebih cepat.

Sampai pada hari Rabu, hari ketiga UTS, Nilam yang hendak pulang ke rumah karena sudah lelah dengan ujian Matematika Umum mendengar suara orang-orang memanggil namanya sebelum dia memanggil ojol di gerbang sekolah.

"Nah, itu dia Nilam."

"Nilam! Nilam!"

Nilam membalikkan badan lalu terlihatlah Lele dan Lia berlari-lari kecil mendatanginya.

"Hei, kalian," sapa Nilam dengan senyuman kecil. Nilam sebenarnya sudah sangat lelah, tetapi Nilam harus memasang wajah ramah saat berhadapan dengan kedua temannya. "Ada apa?"

"Kita cari kamu, Nilam," kata Lele.

"Cari aku?" Nilam menaikkan bibir, mencoba mengingat jadwal ujian. "Besok, kan, ada ujian pelajaran Bahasa Inggris. Kalian gak belajar? Kalian pasti sudah jago."

"Ya, habis ujian Bahasa Inggris, kan, Fisika," kata Lia. Tiap hari, paling tidak, ada dua mata pelajaran yang diujikan. "Kamu bisa ajari kami, gak?"

"Kalian mau belajar Fisika?"

"Kan kamu lumayan jago Fisika," timpal Lele. "Aku gak mau cuma bisa plonga-plongo hah-heh-hoh pas belajar Fisika di bimbel nanti, apalagi pas ujiannya."

"Apalagi pas ujian," Lia membeo, tetapi seraya mengangguk dengan bersungguh-sungguh.

"Oke, boleh," kata Nilam menyanggupi. Nilam teringat bahwasannya salah satu cara belajar yang efektif adalah dengan mengajarkan. "Tapi, kalau aku punya pertanyaan soal pelajaran Bahasa Inggris, kalian harus bantu jawab, ya."

"Ya!"

"Ya, boleh, Nilam."

Lia dan Lele pun menyanggupi.

"Jadi, kalian bimbel jam berapa?"

"Jam 4 sore. Sama-sama jam 4 sore, tapi tempat bimbel kita beda," jawab Lele.

"Oh." Sekarang menjelang pukul 2 siang. "Oke. Kita belajar di mana? Perpustakaan?"

"Boleh!"

***

"Kaji satu-satu per bagian. Kalau di sini, perhitungan sudutnya pakai cos. Kalau di situ, pakai sin."

"Oooh. Ditelisik satu-satu?" tanya Lele.

"Iya."

"Kalau ini, hitung waktu dan kecepatannya gimana?" Kini, Lia yang bertanya.

"Nah, begini ...."

Materi Fisika yang tengah diajarkan adalah gaya gerak statis dan dinamis. Nilam mengajarkan cara menghitung gaya dari benda statis seimbang, cara menghitung kecepatan atau kelajuan suatu hal yang bergerak, serta cara menelaah jarak, kecepatan, dan percepatan dengan penurunan rumus. Pada saat itu, perpustakaan tidak terlalu ramai dikunjungi orang, tetapi terlihat beberapa orang siswa atau siswi yang tengah membaca, meminjam buku, atau ikut belajar di meja-meja lain yang terdapat dalam perpustakaan. Nilam, Lia, dan Lele belajar Fisika di meja perpustakaan berbentuk persegi. Nilam berada di sisi meja persegi yang berbeda dari Lia dan Lele, mengajarkan Fisika dari sebelah mereka.

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang