JAMETOLOGY BAB XXVIII

48 25 1
                                    

"Kamu tahu Nilam dari kelas 10 D, enggak? Itu teman sekelasmu, kan? Jadi, dia dinyatain perasaan "suka" sama seorang cowok dari kelas 10 C, namanya Rubi, kalau gak salah. Jadi, si Rubi ini nyatain perasaannya ke Nilam pas Kak Kintan, Kak Septian, dan Kak Juan lagi di ruang OSIS. Mereka berdua bahkan lagi kumpul divisi media pensi sama Lany di ruang OSIS, belajar software desain buat media. Yang OSIS ada Lany, Kak Kintan, Kak Septian, dan Kak Juan yang tahu pas itu terjadi. Aku diceritain itu sama Kak Kintan dan Kak Septian di sekolah tadi."

"Nilam teman dekatku, Kak. Jadi, ternyata Rubi menyukai Nilam?"

"Lia, Rubi suka sama Nilam."

Di ruang TV keluarga, Nunu dan Lele duduk di sofa sambil menonton sebuah film di salah satu saluran televisi. Nunu dan Lele sama-sama menyukai film yang membuat mereka berpikir di saat orang lain kurang menikmati film-film "berat", antara karena membosankan dan karena terlalu membingungkan. Baik Nunu maupun Lele pasti akan memasukkan film-film garapan Christopher Nolan atau Martin Scorsese ke daftar putar film mereka. The Shawshank Redemption, 2001: A Space Odyssey, Interstellar, Arrival, Gone Girl, Shutter Island, dan Tenet, mereka sudah libas semua. Saat ini pun mereka sedang menonton Memento.

Menurut mereka, dua bersaudara ini, menonton film-film yang "berat" justru menawarkan eskapisme lebih banyak ketimbang film hiburan yang cenderung lebih ringan.

Mbak Dilla datang mendekati meja di ruang TV untuk meletakkan dua stoples kue di depan Nunu dan Lele. Satu stoples berisi kukis butir coklat, satu stoples berisi kraker keju.

"Non Lele, Den Nunu, itu kuenya di stoples, udah dibuka," kata Mbak Dilla setelah membawa kedua stoplesnya.

"Makasih, Mbak!" ucap Nunu dan Lele bersamaan.

Berikutnya, mereka melanjutkan menonton sampai siaran film beralih sementara ke iklan. Nunu dan Lele pun menunggu iklan berakhir hingga filmnya diputar kembali. Sembari menunggu, Lele mengingat kejadian di sekolah tadi siang, mengingat keadaannya sendiri dan teman-temannya. Nilam memang tidak banyak mengajaknya berbicara setelah bermaafan. Lele belum bertemu Lia langsung. Lele bisa mengira kalau mereka akan berbaikan, tetapi tidak dalam sekelip mata.

Tepat saat film di TV sudah kembali, Lele bertanya kepada Nunu, "Kenapa Kakak ngasih tahu aku soal Nilam yang dinyatakan perasaan sama Rubi di ruang OSIS?" Lele menoleh kepada Nunu.

"Soal Nilam? Teman sekelasmu?" Nunu bertanya bingung.

Kemudian, Lele pun menceritakan duduk perkaranya kepada kakaknya: Lia yang menyukai Rubi dan sering bercerita kepadanya soal perasaannya, Nilam yang ternyata disukai Rubi, serta Lele yang sudah pernah diberi tahu pernyataan perasaan suka Rubi kepada Nilam.

"Oh." Nunu mengatupkan bibir dan memperlihatkan ekspresi sesal. "Apakah aku sudah berkontribusi dalam mengacaukan keadaan?"

"Kurang lebih gitu, Kak."

Nunu meletakkan satu tangannya di pinggang. "Yaaah. Aku seharusnya menyimpan cerita dari Kak Kintan dan Kak Septian agar kamu tidak tahu."

"Gak apa-apa," kata Lele seolah-olah meralat dirinya sendiri. "Kalau dipikir lagi, akulah yang sudah mengacaukan keadaan dengan memberi tahu Lia langsung. Aku yang bersalah."

"Kamu udah minta maaf ke Nilam, kan? Dia juga maafin kamu?"

"Udah, Kak." Lele mengangguk lemah. "Masalahnya, aku sangat menyesal. Di satu sisi, aku ingin membantu Lia. Di sisi yang lain, aku enggak mau ngecewain Nilam, yang ternyata di situ aku gagal karena aku sudah mengecewakannya."

"Hei, yang penting kamu udah minta maaf," kata Nunu. "Kalau kamu ngerti apa yang Nilam rasain, kalau kalian saling mengerti perasaan masing-masing, kalian pasti berbaikan lagi. Kamu belum gagal dan kegagalan bukan penghalang pertemanan kalian."

Lele memikirkan kata-kata Nunu. Ada sedikit kelegaan yang Lele rasakan karena Lele merasa pertemanannya dengan Nilam didukung oleh Nunu. Lele menghela napas. "Terus, gimana soal Lia?"

Nunu mengangkat bahu dan tangannya. "Lia perlu melakukan hal yang benar juga. Apa itu? Aku sendiri gak tahu. Lia-nya sendiri yang bakal tahu."

Meski dengan keterbatasannya, berbicara dengan Nunu memberi pencerahan untuk Lele. Lele merasa senang dan plong karena sudah mengobrol dengan Nunu, kakak lelakinya. Segalanya terasa telah diluruskan. "Kak Nunu, makasih."

"Iya, sama-sama." Tiba-tiba, sesuatu teringat oleh Nunu. "Eh, ngomong-ngomong, nanti gimana jawaban kamu ke si Juno? Si Juno nanyain, tuh!"

Nunu mengubah arah obrolan dan Lele mendengus karena jengah.

"Besok, kok, aku ngomongnya ke Kak Juno!"


Catatan penulis: Coba pindai barcode Spotify di paling atas untuk mengetahui lagu-lagu kesukaan Lele dan Nunu dalam satu playlist. Jangan lupa vote dan comment juga!

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang