JAMETOLOGY BAB XXXI

53 24 3
                                    

Sedari kemarin, sejak pulang sekolah, Nilam memikirkan bagaimana caranya menyatakan perasaannya ke Rubi tanpa merugikan siapa pun. Siapa pun yang dimaksud di sini adalah Rubi, Lia, Lele, Mayang, dan Nilam, dirinya sendiri—mungkin juga beberapa orang lain antara kelas 10 C dan 10 D.

Nilam termenung di meja belajarnya. Buku-buku dan kertas-kertas di atas meja disiapkan agar Nilam mengerjakan tugas sekolahnya, tetapi Nilam melamunkan hal lain. Nilam sedang menyusun rencananya untuk menyatakan perasaannya kepada Rubi. Yang bisa Nilam rencanakan sejauh ini, Nilam harus menyatakan perasaannya dengan bertemu Rubi langsung, tidak lewat telepon atau chat, supaya makin jelas terlihat kesungguhannya. Nilam pribadi juga merasa bahwa ia lebih lancar berbicara kepada Rubi ketimbang mengirim pesan yang harus ia tulis atau tik terlebih dahulu.

Sejujurnya, Nilam kurang setuju dengan pernyataan bahwa Nilam tetap harus mengatakan perasaannya ke Rubi meski Rubi sudah menerima Lia karena itu hampir sama seperti Nilam "merebut" Rubi dari Lia yang telah diterima Rubi. Gimana kalau Rubi menerima perasaan Lia? Sebenarnya, Rubi orang yang terlampau baik, terkadang. Nilam mengulum senyum sendiri. Gimana kalau Rubi ternyata senang dengan pernyataan perasaan Lia? Menyukai Lia juga? Terlebih setelah ditolak aku?

Gimana kalau Rubi enggak mau ketemu aku lagi setelah menerima perasaan Lia, kalau dia menerima perasaan Lia?

Yang terakhir itu yang paling membuat Nilam frustasi. Mungkin saja Rubi masih mau bertemu Nilam, tetapi Nilam merasa tidak enak pula. Skenario terburuknya, Rubi tidak ingin lagi menemui Nilam karena sudah merasa "asyik" dengan Lia yang menyukainya dan diterima oleh Rubi, jadi yang terbaik adalah jika Lia ditolak oleh Rubi. Jadi, maksudnya, aku harus memastikan Rubi menolak Lia atau tidak? Kalau Rubi ternyata menolak Lia nantinya, kapan aku harus menyatakan perasaanku? Tentunya secepatnya, bukan? Setelah itu?

Nilam mengingat pesan Lia yang dikirimkan untuk Lele kemarin. Tentu saja Lia masih ingat kalau Lele adalah sahabat Nilam. Rasanya logis saja jika Lia mengirim pesan ke Lele yang paling sering berinteraksi dengan Lia, tidak ke Nilam-nya langsung.

"Ada satu hal itu yang seharusnya dia lakukan," gumam Nilam mengingat pesan dari Lia ke Lele.

Nilam memikirkan pesan Lia tersebut. Mungkinkah sebenarnya itu merupakan dorongan dari Lia agar Nilam menyatakan perasaannya? Setelah itu, baru Rubi akan memilih salah satu di antara mereka? Terlepas dari bagaimana pun jawaban Rubi kepada Lia? Bahkan Lia saja mendorong Nilam untuk menyatakan perasaannya ke Rubi. Perbedaannya hanyalah masalah waktu.

Perbedaan pertama: Kalau saja Nilam dkk. melihat pesan Lia sebelum Lia menyatakan perasaannya ke Rubi, Nilam dkk. bisa mencegah pernyataan perasaan Lia ke Rubi.

Perbedaan kedua: Kalau saja Nilam bisa menyatakan perasaannya kepada Rubi sebelum Rubi memberi jawaban ke Lia (jawabannya ditunda) (setelah Lia menyatakan perasaannya), Rubi akan dibuat bingung untuk memilih salah satu di antara mereka, dua pilihan, antara Nilam dan Lia.

Perbedaan ketiga: Kalau saja Nilam menyatakan perasaannya ke Rubi setelah Rubi memberikan jawaban penolakan kepada Lia, Nilam aman untuk menyatakan perasaannya karena Rubi sudah menolak Lia (Lia sudah ditolak oleh Rubi) dan Nilam tinggal menunggu jawaban apa pun dari Rubi.

Perbedaan keempat: Kalau saja Nilam menyatakan perasaannya ke Rubi setelah Rubi memberikan jawaban penerimaan kepada Lia, Nilam bisa dianggap merebut Rubi dari Lia karena Rubi menerima Lia (Lia diterima oleh Rubi).

Nilam menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Ternyata memikirkan perasaan dan menguraikannya itu melelahkan! Mungkin perasaan memang ada hanya untuk dirasakan. Aku cuma butuh merasakannya.

JAMETOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang